29 • I Miss You

160 43 5
                                    

Langit telah sempurna menjadi jingga, memaksa setiap insan yang melihatnya untuk terdiam dan menatapnya. Hembusan sang bayu yang memberi sensasi sejuk memang semakin menggiyurkan. Ditambah lantunan musik lembut dari ponselnya, membuat si gadis sukses memejamkan mata larut dengan ketenangannya.

"Belle?"

Vokal lembut itu menelisik masuk ke rungu si gadis, membuat netranya seketika terbuka dan spontan menoleh.

"Yes?"

Gadis itu juga tersenyum, "Ada apa?"

"Makan malam, Belle," jawab sang Ibu.

Belle mengangguk, "Oh, aku menyusul."

Kemudian sang Ibu melangkah pergi, dan Belle masih menatap presensi itu hingga suara pintu terdengar dan beliau sepenuhnya menghilang dari pandangan.

Senyumnya menghilang. Menatap bunga mawar biru yang Ia letakkan di wadah air tepat di dekat jendela adalah hal rutin yang gadis itu lakukan.

Ia rindu, sangat rindu.

Tapi mau bagaimana lagi? Semua ini sudah tertata rapih, dan Belle tak bisa merubahnya.

Pribadi itu beranjak dari duduknya, berjalan sempoyongan menuju pintu, hingga sepenuhnya keluar dari ruangan dengan nuansa warna biru ini.

Langkahnya sempat terhenti ketika melihat dua orang yang Ia sayangi telah duduk di meja makan dengan sedikit tawa yang menyertai.

Belle menunduk, entahlah, ini laksana makan malam pertamanya bersama ayah dan ibu. Padahal tidak. Belle pun telah masuk ke rumah ini lagi semenjak dua minggu yang lalu. Ia pun masih ingat bagaimana ekspresi sang Ayah ketika melihat batang hidungnya lagi.

Tentu saja, beliau sangat marah.

Untungnya, sang Ibu berhasil meredakan amarahnya hingga pipi Belle pun tak jadi merah.

Semarah itu?

Benar.

Anggap saja, itu sebagai bentuk kasih sayang dan kekhawatiran beliau, mengingat masa lalu sang anak sulung dan kerajaannya.

"Belle? Apa yang kau lakukan di sana? Kemari," panggil sang Ayah.

Walau diiringi dengan senyuman tulus, satu kalimat itu mampu membuat Belle meneguk ludahnya. Ia teringat, pagi tadi--sebelum ayahnya bekerja, beliau bercakap bahwa akan memberitahukan hal penting pada makan malam.

Belle takut, jika hal penting itu menyangkut tentang dirinya dan juga,

Taehyung.

Jika kalian berpikir Belle tak lagi memikirkan lelaki itu, kalian salah besar.

Nyatanya? Kalian bisa melihat sendiri, bukan?

"Arabelle?"

Vokal yang sama kini membuat lamunan Belle buyar. Tanpa menjawab, Ia segera melangkahkan kaki dan duduk di kursi makan yang kosong.

"A-Apa yang ingin Ayah bicarakan?" sungguh, Belle sangat gugup kali ini.

Labium sang Ayah tertarik samar, masih fokus pada piringnya kemudian Ia menjawab, "Makanlah dulu."

Belle kembali meneguk ludah. Ia merasa bahwa dirinya salah telah bertanya itu, karena ayahnya pasti akan tau betapa gugupnya Ia sekarang.

Astrological SignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang