-7-

233 37 1
                                    

    Masih di malam yang sama, jam menunjukan pukul 11 malam. Angin nya terasa lebih dingin dari sebelumnya. Membuat [Name] dan Kita memutuskan untuk duduk di depan sebuah kedai setelah mereka membeli beberapa cemilan.

    Beberapa jam ini mereka habiskan berdua. Berjalan berkeliling sesekali mampir untuk membeli jajanan. Beberapa kali juga kita menegur [Name] untuk tidak terlalu banyak minum kopi, dan beberapa kali pula [Name] harus kecewa karena larangan nya.

    "Hah menyenangkan!" Ucap [Name]. Kita menatapnya dari samping. Surai Hitam legam yang kini terikat rapi, netra yang senada dengan rambutnya. Dan Senyuman yang tak banyak orang bisa melihatnya.

    "Arigatou na, Shin" ucap [Name] . Gadis itu menggeser posisi duduknya. Mendekat ke arah Kita dan menatap pemuda di sampingnya lamat lamat. Tangan nya bergerak mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Yang sedari tadi ia simpan.

    Kita membulat kan matanya. Saat sebuah pisau jenis Fixation Bowie berada di genggaman nya.

     "Bukan nya ini salah satu pisau paling berbahaya di dunia?" Tanya nya tak percaya. [Name] terkekeh pelan.

     " Tergantung orang yang memakainya. Kalau kau yang memakai aku yakin itu hanya akan berbahaya bagi bahan masakan" Ucapnya masih di selingi kekehan.

      "Apa? Kau berharap aku memberikan benda lain yang lebih layak?" Tanya [Name]. Kita menggeleng pelan.

     " Lagipula apa yang dimiliki pembunuh selain senjata kan?" Ucapnya bangkit dan berjalan pergi di ikuti Kita di belakangnya.

       "Tenang saja aku tidak menyuruhmu untuk membunuh orang dengan itu. Cukup simpan saja.
      
                                          ~~~~~~~~~
     Bukan nya langsung pulang, mereka malah mampir ke toko kue . Padahal jam sudah lewat tengah malam.

     " Shin jangan dulu pulang oke?" Ucap [Name] . Kita terdiam, lalu tersenyum tipis.

      " Sejak kapan kau memanggil nama depanku?" Tanya nya.

     " Sejak tadi, ehhh? Maaf aku tidak sadar" ucap [Name] membungkukkan badan 90 derajat.

     " Tenang saja. Aku suka saat kau memanggil nama depanku" [Name] diam, terlihat rona tipis muncul di pipinya, segera ia mengalihkan pandangan nya dan mulai berjalan di ikuti Shin di belakangnya.

     " [Name] ini bukan jalan pulang kita" [Name] menatap Shinsuke tajam. Tangan kanan nya menggenggam gagang pistol yang masih di dalam sakunya.

     Tangan nya terulur menggenggam tangan pemuda di sampingnya. Shinsuke tampak kaget namun tak di hiraukan [Name]. Mereka mulai berjalan memasuki gang sempit di depan nya.

      "Shin aku ingin kau tetap bersamaku" Ucap [Name] tanpa menatap Shinsuke. Pemuda bersurai dwi warna itu tersenyum tipis. Namun sedari tadi ia merasakan hawa yang mencekam.

         "MINGGIR!"
         DOR!
  Shinsuke terlempar ke samping akibat [Name]. Sedangkan [Name] sudah mengeluarkan pistolnya. Bahkan telah menewaskan seorang laki laki yang hendak menyerangnya tadi.

     Sudah [Name] duga. Ada orang yang mengikutinya sedari tadi . Dan benar saja.

     "Oya oya, tak kusangka target kita kali ini hanya seorang nona manis" Ucap seorang pria yang baru saja datang . Tubuh tinggi tegap, kacamata hitam, Dan rambutnya yang di sisir ke kebelakang tak salah lagi dia adalah salah satu rekan eksekutif yang kemarin [Name] bunuh.

     Pria itu mendengus pelan " memangnya pembunuh sepertimu pantas berkencan dengan pemuda baik hati sepertinya ?" Tanya pria itu.

      [Name] hanya diam. Tangan kanan nya masih menodongkan pistol pada pria itu.

Black and White [Kita Shinsuke x reader] {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang