Bahagian 8
Pagi menjelang, cuaca tak begitu cerah. Awan mendung bersatu , di ikuti angin yang berhembus kencang. Sepertinya hujan akan turun hari ini.
Beberapa orang berdiri di depan sebuah pusaran. Berdoa sesuai kepercayaan . Dan berusaha untuk merelakan. Sekarang, pemuda baik hati itu telah di kebumikan.
Gadis itu hanya mampu melihat dari kejauhan. Tak kuat rasanya saat tubuh yang selalu menjaganya kini telah bersemayam di tempat terakhirnya. Tak ada air mata yang keluar. Mungkin ia akan mewakilkan nya pada hujan.
" Bangun lah rumah yang megah di surga sana, tuan mafia yang tak bisa membunuh" gumam nya berjalan menjauh dari area pemakaman.
Hari ini [Name] terlanjur bolos. Jika kembali ke sekolahpun. Ia pastinya akan di hukum . Jadi dia putuskan untuk pergi ke cafe tempatnya bekerja.
"Silahkan pesanannya, eh [NAME]? " Pekik salah satu pelayan yang merupakan teman senior nya di cafe tersebut.
" Iya kak. Aku pesan capuccino ya" pelayan itu mengangguk dan segera menyiapkan pesanan nya.
Iris kelam itu menatap kosong pemandangan di luar sana. Kendaraan yang berlalu-lalang, orang orang yang berjalan kesana kemari sesuai kebutuhan. Dan anak anak yang berlarian . Bahkan di tengah keramaianpun [Name] tetap merasa kesepian.
Tak lama pesanan nya tiba. [Name] berterimakasih, namun tak langsung meminum kopinya. Ia masih ingin menikmati kesendirian nya.
Seseorang dengan seragam lengkap mendekat. Membinta izin untuk duduk di kursi depan [Name] karena kursi yang lain sudah penuh oleh Pengunjung lain. [Name] mengizinkan. Toh dia hanya ssndirian.
"Kau bolos sekolah?" Tanya pemuda itu mencoba ramah. [Name] mengangguk.
"Apa kau tau arah ke SMA Inarizaki? " Belum sempat pemuda itu meneruskan pertanyaan nya. [Name] menatapnya dengan tatapan tajam . Membuat pemuda itu tak melanjutkan pertanyaannya. Mungkin gadis itu tak mau di ganggu. Fikirnya.
"Kau darimana?" Tanya [Name]. Pemuda itu tersenyum.
" Tokyo, Kudengar SMA Inarizaki tak pernah kalah di kejuaraan Nasional. Maka dari itu aku datang ke sini untuk melihatnya" Jelasnya.
"Latih tanding?" Pemuda dengan almamater biru itu menggeleng.
" Lebih ke memata matai" Ucap nya berbisik. [Name] diam tak paham. Apanya yang harus di mata matai?
" Lebih baik menyerah saja. Mereka itu kuat " jawab [Name] enteng. Pemuda itu hanya tersenyum tipis.
" Dan lagi aku dari Inarizaki"
~~~~~~~~
Suara teriakan terdengar dimana-mana. Seperti guntur yang menggemparkan Dunia. Jalanan memadat, dengan suara klakson dari mereka yang tak sabar . Juga tak tau apa yang terjadi beberapa ratus meter di depan nya.
Seorang gadis tergeletak bersimbah darah. Tangan dan kakinya tak bisa bergerak. Namun netranya masih awas. Nafas nya pelan, sedikit tercekat. Sepertinya besi itu menusuk jauh di bagian dalam tubuhnya.
Suara ambulance kian mendekat. Bersama dengan beberapa mobil aparat berwenang.
Iris Hitam itu menyendu. Pikiran nya melambung, bertanya tanya apakah ini akhir dari hidupnya? Dan apakah tuhan akan menerimanya? Sebagai gadis yang telah mengantarkan berpuluh puluh nyawa pada sang pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White [Kita Shinsuke x reader] {Tamat}
Short StoryHanya sepenggal kisah yang pernah terjalin antara aku dan dia. Berawal dengan pertemuan yang tak di sengaja. Dan berakhir?, entahlah. Hanya tuhan yang tau. Aku hanya bisa berharap. Semoga Dia adalah gadis pertama yang aku cintai, dan juga yang terak...