Pernahkah kalian merasa bahwa cinta hanya membawa masalah? Atau cinta hanya membuat mu menderita? Ya, [Name] berfikir seperti itu. Cintanya pada Shinsuke memang salah. Tapi tak bisa di pungkiri kalau efek dari perasaan itu membuat nya menjadi lebih semangat menjalani hidup. Walau pada akhirnya cinta yang membuatnya bahagia itu malah menyeretnya kedalam penderitaan. Seperti di bawa terbang kelangit. Lalu di hempaskan ke bumi.
"Ayo lanjutkan" ujar pemuda bersurai kelabu. [Name] menatapnya tajam. Masih melilitkan perban yang selalu ia bawa kemanapun.
Walaupun waktu bisa diputar, [Name] takan meminta agar ia tak pernah bertemu dengan Shinsuke. Tidak. [Name] hanya akan meminta agar dia tak jatuh hati pada pemuda sempurna itu. Walau kemungkinan nya hanya 0,01%. Karena dalam satu tatapan nya saja, sudah membuat [Name] terpana.
"Jangan paksakan dirimu!" Suruh [Name] tegas. Membuat pemuda itu menunduk dalam. Sakitnya memang sangat terasa. Tapi melihat raut khawatir [Name], membuatnya diam dan berusaha menutupi nya.
"Aku ini memang lemah dari dulu ya" ujarnya. Mengingat kejadian dulu. Saat [Name] dan kakak sulungnya berjalan di sebuah festival. Saat itulah, [Name] bertemu dengan nya. Dan dengan baik hatinya gadis itu membawanya pulang agar bisa di beri makanan.
Bahkan gadis itu dimarahi oleh ayahnya. Tapi ia tak menyerah, [Name] membawa makanan dari dapur rumahnya secara diam diam. Dan membawanya ke halaman belakang agar bisa di berikan pada pemuda yang di bawanya. Hingga akhirnya. Sang ayah mengizinkan pemuda itu tinggal di mansion nya. Tak hanya dia sendiri tapi juga dengan ibu dan adiknya.
Hanya saja ada satu syarat yang tak bisa mereka hindari. Ya, menjadi bahan percobaan. Entah percobaan untuk apa , mereka tak pernah menolak. Menurutnya rasa sakit yang mereka rasakan memang sebanding dengan apa yang mereka dapatkan.
Berbeda dengan [Name] yang selamat karena dia kuat, pemuda itu justru selamat karena tubuhnya tak mampu menjadi bahan percobaan ayah [Name] lagi. Bahkan sampai ibu dan adiknya mati. Tapi pemuda itu tak pernah membenci keluarga [Name]. Menurut nya ini lebih baik daripada mati membusuk di kolong jembatan.
"Terimakasih, karenamu aku bisa mengenal dunia" lirihnya. [Name] menggeleng pelan.
"Bodoh! Apa yang kau katakan! Sekarang bangun dan berjalan! Bukannya kau ingin menantang maut hah?!" Seru [Name] keras. Tapi pemuda itu malah terkekeh pelan.
"Rasanya nyawaku sudah sampai ke perut" ujarnya dengan senyuman. Ia merasakan kakinya mati rasa. Padahal ada dua luka tembak di sana.
"Maaf [Name]-san, aku tidak bisa mendampingi mu hingga akhir" Ujarnya. Tangan nya terangkat, segera saja [Name] menggenggam nya erat.
"Sa-yo-na,,,,ra" [Name] menunduk dalam. Menggenggam erat tangan pemuda itu. Menciumnya seraya membacakan doa. Berharap dia dapat pergi dengan tenang. Pemuda itu telah pergi, pemuda tangguh itu telah pergi menemui ibu nya. Mungkin saat ini dia tengah meledek [Name] yang tengah menangis menatapi jasadnya.
"Jangan mati dalam keadaan tersenyum bodoh!" Lirih [Name]. Ia hanya mengeluh lada takdir, tapi tidak menangis. Apa lagi menyerah. Siapa juga yang mau mati disini dasar takdir sialan.
" Jika kau bertemu ayahku, siksa saja dia. Dia yang membuatmu menderita" ujar [Name]. Mengelus surai kelabu itu.
"Bos di depan sana lalu belok,kiri" si wanita yang barus aja datang langsung menjelaskan apa yg ia ketahui. hanya saja sesuatu membuatnya berhenti.
"Dia pergi dengan tenang" jawab [Name] tersenyum danulai melangkah. Meninggalkan raga yang sudah tak bernyawa. "Terimakasih telah menemaniku sampai sejauh ini" ujar [Name] dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White [Kita Shinsuke x reader] {Tamat}
Short StoryHanya sepenggal kisah yang pernah terjalin antara aku dan dia. Berawal dengan pertemuan yang tak di sengaja. Dan berakhir?, entahlah. Hanya tuhan yang tau. Aku hanya bisa berharap. Semoga Dia adalah gadis pertama yang aku cintai, dan juga yang terak...