-14-

215 33 1
                                    

      [Name] tengah sibuk mengemasi barang-barangnya. Tak banyak , tapi cukup merepotkan.  Aya masih ia titip kan pada anak buahnya. Setidaknya untuk menyembunyikan nya dari Angelo. Jangan sampai pria itu menemukannya.
     
     Malam ini rasanya sangat mencekam. Bukan karena hantu atau apa. Hanya saja [Name] merasa ini adalah pertaruhan hidup dan mati yang sesungguhnya.
    
     Sebenarnya dia juga tidak tau kenapa bos nya tiba-tiba menyuruhnya pergi ke London tempat putranya berada. Tapi, jika itu perintah bos nya. Maka dia tidak bisa apa-apa selain menurutinya.

      "Bagaimana jika aku tidak akan kembali lagi?" Tanya nya. Menghentikan kegiatannya sejenak. Pikiran nya melambung jauh. Memikirkan sosok yang sedang mengganjal di hatinya.

        Surat, apa dia harus membuatnya? Hal apa yang harus di tulis di sana? [Name] mulai berfikir seraya menyiapkan dua lembar kertas beserta amplopnya. Mengambil pena dan duduk di lantai.

        "Pertama untuk si aneh itu" ujarnya membuka penutup pulpen. Dan mulai menuliskan isi hatinya. Tidak terlalu panjang. Hanya beberapa kalimat berisikan kata perpisahan. Ah ini semakin membuat nya berat untuk pergi.

        "Yah, sudah cukup" ucapnya. Melipat kertas itu. Dan memasukan nya kedalam amplop. Ia akan meminta anak buahnya untuk mengantarkan itu.

          Semuanya sudah selesai. Tinggal menjemput putrinya,  lalu berangkat. Ah sesingkat itu acara perpisahannya. Ia juga membawa dua surat itu.

         Kaki jenjang nya berjalan menyusuri gelapnya malam. Membawanya pergi ke suatu tempat yang tersembunyi. Tempat berkumpulnya para orang jahat. Tapi tidak bagi [Name]. Menurutnya itu adalah tempat paling nyaman di dunia. Tempat dia dan anak buahnya berkumpul dan saling menaungi. Tak disangka. Ternyata sekarang dia harus meninggalkan nya.

         "Woy! Buka atau ku ledakan rumah ini!" Ujarnya keras begitu sampai di depan rumah tua yang menjadi tempat anak buahnya berkumpul. Rumah mewah dengan lab di bagian sampingnya. Ya, itu mansion mewah milik keluarga [Name] dulu. Sayang nya arus listrik ke sana sudah di putus. Karena tidak ada orang yang tau kalau ada kehidupan di dalam sana.
        
      "Rumah ini sudah hancur tau" ujar seorang wanita yang membukakan pintu untuk [Name]. Segera saja mereka masuk dan menutup kembali pintu nya.

      "Mamaa!!!" Seru Aya memeluk [Name] erat. Gadis itu membalas pelukan putrinya.

      "Bos, angelo...." Gumam salah satu anak buahnya. [Name] mengangguk.

      "Dia dalang dari semuanya. Dia juga yang membuat Akise mati" ujar [Name] penuh penekanan.

     "Kalau begitu ayo balas !" Seru pemuda bersurai kelabu yang tengah duduk di atas sofa.

     "Ya benar  kata si bodoh itu, Laki laki tua itu harus kita kirim ke tanah!" Tambah si wanita yang duduk di sampingnya.

    "Tidak! Jangan ceroboh. Lagipula aku akan pergi untuk sementara waktu" ujar [Name] membuat ketujuh anak buah nya terkejut. 

     "oy oy, jangan bejanda. Musuh sudah di depan mata. Kenapa kau malah pergi?" Tanya seorang pemuda yang dikenal jarang berbicara itu.

      "Entahlah. Bos besar yang menyuruhku." Ujar [Name] melirik Aya yang duduk di atas pangkuannya. Dia juga merasa berat hati.

      "Kau ingin menjadi pengecut?" [Name] mendelik tajam . Sontak membuat semua anak buahnya bergidik ngeri.
    
     "Perintahnya adalah mutlak bagiku." Jawab [Name].

       Drrrtt drrt

     Ponselnya berbunyi menandakan satu panggilan masuk. Tapi nomor tak di kenal yang tertera di sana. Gadis itu menekan tombol hijau.  Kemudian mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

Black and White [Kita Shinsuke x reader] {Tamat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang