"Dengar, aya tunggu di sini. Mama mau masak dulu okey?" Ucap [Name] membujuk ayano agar tetap duduk di sofa. Sejak tadi sore gadis kecil itu rewel entah kenapa. Sedikit sedikit nangis. Sedikit sedikit cemberut. Itu salah ini salah. [Name] kan jadi bingung.
Jam menunjukkan pukul 19.35 . Makan malam telah usai. Hanya beberapa suap yang Aya makan. [Name] menggendong gadis kecil itu menuju kamarnya. Menidurkannya di atas kasur.
" Duh dia demam?" Gumam [Name] menatap termometer yang berada di genggaman nya.
Sudah genap seminggu gadis kecil itu tinggal bersama [Name]. Sejauh ini Aya cukup penurut. Pagi pagi ia bangun sendiri, mandi lalu sarapan. Setelah itu berangkat ke tempat penitipan anak bersama [Name]. Lalu saat pulang sekolah, [Name] akan menjemputnya.Jika [Name] ada misi, dia akan menitipkannya ke rumah Bawahannya. Lalu ia jemput setelah selesai. Begitu seterusnya. Tapi baru kali ini dia melihat Aya yang rewel dan cengeng. Padahal biasanya dia cerewet minta ampun.
"38°?" [Name] panik. Apa yang harus dia lakukan? [Name] kalut. Ia berjalan mondar-mandir. Mencari obat penurun panas. Tapi mana ada yang dosis anak kecil kan?
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu. [Name] yang sedang panik malah emosi. Berjalan cepat menuju pintu dan membukanya.
" Selamat malam" sapanya lembut. Yah [Name] gak jadi marah inimah.
"Shin ,emm eh masuklah!" Ajak [Name]. Shinsuke mengangguk dan berjalan memasuki apartemen , di ikuti sang pemilk rumah.
" Maaf datang tiba-tiba." [Name] menggeleng. Justru kedatangan Shinsuke membuat rasa paniknya berkurang. [Name] berniat untuk bertanya soal apa yang harus ia lakukan saat ini. Tapi apakah tidak apa? Nanti Shinsuke bisa mengira yang tidak-tidak tentang anak kecil itu.
"[Name] ak- mama kepalaku sakit" habis sudah. Padahal sedari tadi [Name] sedang mempersiapkan kalimat yang cocok untuk bertanya. Tapi Aya malah muncul duluan.
Shinsuke menatap gadis kecil yang duduk di pangkuan [Name]. Terlihat begitu nyaman. Matanya mulai terpejam saat [Name] mengelus lembut surainya.
" Namanya Ayano. Aku bertemu dengan nya 1 minggu yang lalu. Dan sekarang dia anakku" [Name] memilih jujur. Daripada harus menyembunyikan nya dari sang pujaan hati.
"Apa kau tidak kesusahan? "[Name] menggeleng. Dia kira Shinsuke akan bertanya lebih lanjut, ah ternyata dia langsung faham.
"Aku jadi punya teman tidur" jawab [Name] tersenyum. Menatap gadis kecil di dalam pangkuannya. Pipi nya memerah karena demam. Dan mulutnya sedikit terbuka karena sulit bernafas.
"Kenapa tidak bicara padaku?" Nada bicaranya berubah menusuk. [Name] tersenyum canggung.
"Padahal kita bisa merawatnya bersama" Shinsuke tersenyum. Mengelus surai [Name] lembut.
[Name] tersenyum. Entah kenapa, rasanya dia sangat bahagia. Sejak pertemuan nya dengan Shinsuke, dia jadi lebih berdamai dengan hidupnya.
"Apa dia demam?" Tanya Shinsuke. [Name] mengangguk. Menatap gadis manis dalam pangkuannya. Hatinya terhenyak mengingat pertemuan pertamanya dengan bocah itu. Saat dengan polosnya Aya menunjukkan luka di perutnya. Rasanya seperti melihat dirinya saat kecil.
"Sudah di beri obat?" [Name] menggeleng. Justru dia tidak tahu harus apa tadi. Jika pergi ke luar untuk membelikannya obat Aya akan sendirian di rumah. Dan tak mungkin juga untuk membawanya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White [Kita Shinsuke x reader] {Tamat}
Short StoryHanya sepenggal kisah yang pernah terjalin antara aku dan dia. Berawal dengan pertemuan yang tak di sengaja. Dan berakhir?, entahlah. Hanya tuhan yang tau. Aku hanya bisa berharap. Semoga Dia adalah gadis pertama yang aku cintai, dan juga yang terak...