~~~ Happy Reading ~~~
Selanjutnya, mereka melakukan pengukuran kapasitas sihir."Seratus dua puluh enam."
"Sembilan puluh delapan."
"Dua ratus delapan belas."
"Seratus ribu dua ratus empat puluh enam," kata burung hantu yang mengatakan kapasitas sihir Misha.
Semua orang kecuali (Name) dan Anos terkejut melihat kapasitas sihir dari Misha.
"Lumayan hebat." puji Anos dan (Name) hanya mengangguk kepala.
"Apa kalian bisa lebih hebat?" tanya Misha yang terdengar seperti merendahkan (Name) juga Anos.
(Name) yang pertama jalan ke depan. Gadis itu lalu menaruh telapak tangannya di kristal raksasa tersebut.
"Tak terdeteksi" itulah tanda yang keluar dari cermin.
Itu berarti tidak bisa terhitung karna saking banyaknya. Setelah itu di lanjutkan oleh Anos. Pemuda itu menaruh tangannya di kristal tersebut.
"Nol."
Kristal yang tadi di pegang oleh Anos langsung pecah setelah dia melepaskan tangannya dari kristal tersebut.
"Baru kali ini aku melihatnya. Karena kekuatan sihirnya terlalu besar, kristalnya sampai hancur begitu," kata Misha dengan nada bicara yang datar.
"Oh? Kau bisa tahu?" Anos tampak tertarik karna Misha tahu.
"Mata sihir adalah keahlianku," jawab Misha sambil menunjuk ke arah matanya.
Selanjutnya mereka akan memulai pemeriksaan kecocokan. Setiap peserta di minta berdiri di masing-masing lingkaran sihir yang sudah di sediakan. Untuk mengukur kecocokan murid dengan Raja Iblis Tirani, merek akan menanyakan beberapa hal.
(Di tempat Anos)
"Leluhur pendiri sangat ditakuti sampai tak ada orang yang berani menyebut namanya tapi silahkm menyebutkan nama aslinya."
"Anos Voldigoad."
(Di tempat Misha)
"Kenapa leluhur pendiri menggunakan sihir Gio Graze untuk membakar Dilhade?"
"Untuk membakar orang-orang yang tak bisa mengikuti pertarungan."
(Di tempat (Name))
"Saat di zaman Raja Iblis Tirani, di yakini sang Raja memiliki istri dan biasanya di juluki sebagai?"
"Sang Ratu Iblis Bayangan Hitam."
(Di tempat Anos)
"Misal saja ada putri kuat yang memiliki kecocokan raja iblis rendah dan putra tak kuat yang memiliki kecocokan raja iblis tinggi. Jika kedua orang itu sekarat, siapa yang layak di selamatkan? Silahkan mengutarakan pemikiran leluhur pendiri."
"Pertanyaannya mudah sekali."
Setelah selesai, Anos dan (Name) sedang berjalan pulang. Secara tidak sengaja, mereka berdua melihat Misha sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Anos yang penasaran.
"Menunggu kalian berdua." (Name) mengerutkan dahinya.
"Eehh?" ini pertama kalinya (Name) mengeluarkan suaranya.
"Begitu, ya." jawab santai dari Anos.
Sebenarnya Misha ingin lebih dekat dengan mereka, terutama kepada (Name). Karna dia merasakan kehangatan saat di dekat dengan gadis yang menjadi kekasih, atau lebih tepatnya yang sekarang adalah tunangan dari Anos.
"Untuk merayakan kelulusan kita, apa kau mau mampir ke rumah kami?" ajak Anos kepada gadis bersurai putih itu, "Pasti kaa-san sudah menungguku sambil menyediakan makanan enak."
"Aku?" Misha menatap bingung ke arah Anos.
"Ya."
"Kau yakin?"
"Akulah yang mengajakmu."
Misha menatap ke arah (Name) dan gadis yang ditatapinya hanyalah menganggukkan kepalanya.
"Aku mau."
"Cepat pegangan dengan (Name)-chan," kata Anos.
"Aku bisa menggunakan sihir terbang."
"Ini lebih cepat dari itu."
"Baiklah."
Misha menerima uluran tangan dari (Name). Anos memegang tangan (Name) dan (Name) memegang tangan Misha. Lalu pemuda tersebut menggunakan sihir teleportasinya untuk menteleportasikan mereka bertiga ke rumah pemuda itu. Dalam sekejap saja, mereka bertiga sudah sampai.
"Angin matahari?" gumam Misha yang membaca tulisan di atas pintu rumah Anos juga (Name).
"Itu adalah sihir teleportasi." jelas Anos.
"Sihir yang telah hilang di era mitologi?"
Pintu rumah terbuka dan menampakkan ibu Anos. Mereka bertiga lalu masuk ke dalam rumah.
"Selamat datang di rumah." sambut ibu Anos dan calon ibu mertua (Name).
"Kami pulang, kaa-san," kata Anos kepada ibunya.
"Di mana tou-san?" tanya (Name).
"Dia ada di tempat kerja. La-Lalu bagaimana?"
"Kami berdua lulus." jawab Anos dengan selownya.
"Selamat!" sang ibu langsung memeluk putranya dan calon menantunya, "Kalian memang hebat. Padahal Anos-kun baru berumur 1 bulan saja sudah bisa masuk akademi dan (Name)-chan yang baru saja tinggal beberapa bulan di sini juga bisa masuk akademi. Kenapa kalian bisa secerdas ini?"
'Itu karna kami terlalu op.' batin (Name).
"Malam ini, kita akan makan besar," kata sang ibu dengan nada bicara yang lembut.
"Ya."
"Jadi, apa yang ingin kalian makan?"
"Hmmm. Gratin Jamur saja." jawab Anos.
"Karna kaa-san sudah menduga itu, kaa-san sudah menyiapkannya."
"Aku bantuin ya, kaa-san." tawar (Name) yang ingin membantu.
"Ha'i (Name)-chan."
"Hhmm? Dare?" tanya ibu mereka yang tersadar akan kehadiran Misha.
Astaga, mereka berdua benar-benar melupakan Misha.
"Ah, aku terlambat mengenalkannya. Dia Misha Necron. Kami baru saling berkenalan di akademi."
"Yoroshiku." sapa sopan dari Misha.
~~~ Bersambung ~~~
