Duda (2)

4.1K 427 17
                                    

Menjadi seorang guru TK bukanlah hal yang pernah terbesit di kepalaku. Aku adalah mahasiswa lulusan ekonomi bisnis yang banting setir menjadi seorang guru TK, ya karena sampai saat ini aku belum juga mendapat panggilan kerja.

Namun aku sama sekali tidak menyesal, aku sendiri sangat menyukai anak-anak dan gaji ku disana cukup besar. Jadi tidak ada alasan untuk menyesali ini semua.

Lamunanku terbuyar ketika mendengar suara lonceng; tanda ada orang yang masuk ke dalam cafe. Mengalihkan pandangan ku, rupanya itu Mark dengan Trevor dipangkunya.

Ini gila, Mark benar-benar—ugh.

Oke mari hentikan pemikiran konyol ku.

Aku tersenyum begitu melihat Trevor yang sudah duduk di depanku, anak itu terlihat manis, ah aku juga jadi ingin memiliki anak seperti Trevor.

Eh? Apa yg aku katakan?!

"Maaf lama, tadi ada sedikit kendala" sesal Mark.

"Gapapa pak, saya juga baru datang" jawabku.

Setelah menghubungi Mark malam tadi, Mark memutuskan untuk bertemu, agar semuanya jelas.

"Mommy!" Pekikan Trevor barusan sedikit mengundang perhatian beberapa orang, aku hanya tersenyum canggung sedangkan Mark menggaruk kepala belakangnya.

"Evo dia bukan mama, sopan sama guru kamu" ucap Mark mengingatkan.

"No! Dia mommy, dad! Bu guru mau kan jadi mommy Evo?"

Aku mati kutu seketika "Emm Evo gimana kalo makan dulu? Nih ibu udah pesenin buat Evo"

Untungnya anak itu mengangguk patuh dan mulai memakan makanan yang aku pesankan tadi.

Karena Trevor sedang asik makan, maka aku mulai membuka pembicaraan agar mempersingkat waktu.

Sungguh, terlalu lama berhadapan dengan Mark membuatku gugup seketika.

"Jadi pak bagaimana? Sudah dipertimbangkan?" Tanyaku.

Mark mengangguk samar "Ya, saya akan tetap berdonasi"

Senyumanku lantas mengembang "Terimakasih ya pak, saya nanti akan menghubungi kepala sekolah"

"Ya sama-sama"

Tiba-tiba satu pertanyaan muncul di kepalaku, haruskah aku menanyakannya? Tapi karena Trevor adalah murid ku, jelas aku harus tau alasan Trevor menutup diri.

"Maaf jika saya lancang, tapi pak kenapa Trevor nampak menutup diri? Apa dia memiliki trauma?" Tanyaku hati-hati.

Menghela nafas panjang, Mark merubah posisi duduknya menjadi tegap dan raut wajahnya tampak serius.

"Dia begitu setelah ibunya meninggal"

Aku terhenyak beberapa saat, kemudian memilih untuk diam dan menunggu Mark melanjutkan ucapannya.

"Saat Evo berumur 4 tahun, istri saya meninggal karena kecelakaan saat pergi bekerja. Dari situ Evo mulai menutup diri, padahal dulu dia anak yang ceria. Saya merasa gagal menjadi suami sekaligus ayah untuk Evo"

Aku menggeleng cepat; merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan Mark barusan.

"Enggak pak, bapak ayah yang hebat. Saya salut bapak bisa bertahan sampai sejauh ini, selalu ada untuk Trevor dan melindunginya"

Mark tertawa "Kamu masih sama rupanya, saya nyesel karena jadi pengecut pas jaman kuliah"

Mataku membelalak "B-bapak ingat?"

Mark Lee asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang