Bos

3K 403 38
                                    

Mengenai yang judulnya 'Prince' maaf banget aku belum bisa lanjutin karena belum ada ide untuk itu. Tapi pasti aku lanjutin cuma aku seling dulu sama beberapa judul lain sambil mikirin alurnya yang itu mau dibawa kemana wkwkwk

Sorry buat kalian nunggu lama, sekarang aku kembali semuanyaaaaa!

—O—

Aku berjalan tergesa menuju ke sebuah perusahaan yang cukup besar, sebelumnya menempelkan kartu nama ku yang disediakan perusahaan pada monitor penghubung lobi menuju lift.

Untungnya aku tidak terlambat datang, bisa-bisa aku diomeli Yeri jika aku terlambat.

Aku bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, dan aku sendiri ditempatkan di divisi perencanaan, sudah dua tahun aku bekerja disini dan aku merasa nyaman— oh tidak, ada satu hal yang membuatku tidak nyaman, itu—

"Tolong bawa ini ke ruangan si bos dong, kalo bisa sambil lo jelasin dikit-dikit ya? Anak gue rewel karena lagi demam"

—bos nya.

"Lah kak Wen gue kan belum tau materinya"

"Gampang, ini rancangan yang kemaren kita diskusiin itu loh, lo mah baca sedetik juga langsung paham. Udah ya gue balik dulu"

Setelah itu kak Wendy buru-buru pergi dari ruangan ini, meninggalkanku yang mematung ditempat sambil memegang map merah.

"MASALAHNYA KEMAREN GUE LIBUR KAK WENDY!" Teriakku frustasi.

Sialan, ini akan jadi masalah besar.

Setelah ini siapa yang bisa aku salahkan? Memang kemarin aku meliburkan diri karena tidak enak badan dan aku tidak tau apa yang mereka diskusikan kemarin.

Ruangan divisi perencanaan terlihat sunyi, semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku menoleh ketika seseorang membuka pintu, rupanya itu Yeri.

"Lah lu udah dateng?" Tanya nya sambil menenteng beberapa kopi.

"Yer please bantuin gue kali ini, lo aja ya yang dateng ke ruangan bos, anterin ini. Gue pusing serius"

Yeri merenggut tak suka "Dih, gue masih ada kerjaan. Elah takut apa si lo sama dia?" Tanya Yeri.

Aku memijat pelipis ku yang terasa sakit, oke ini tidak akan berhasil. Sepertinya aku harus sedikit memaksakan diri daripada nanti si bos itu mengamuk.

Menghela nafas pendek, aku menaruh tas ku di kursi kebanggaan ku.

"Udah gapapa, nih gue juga beliin lo kopi, nanti lo bisa minum abis dari sana. Gue taro dimeja lo ya"

Aku hanya mengangguk lesu lalu mulai pergi menuju ke lantai paling atas dimana ruangan si bos berada.

Bukan tanpa alasan aku menolak kak Wendy tadi, aku sudah tau akhirnya akan seperti apa.

Sambil menunggu lift sampe ke lantai paling atas, aku sedikit membaca materi yang diberikan kak Wendy meski nantinya aku tidak yakin itu akan berguna disana.

Pada akhirnya aku sampai di depan pintu masuk ruangan bos ku, menyapa beberapa pekerja disana. Sebelumnya aku bertanya dulu pada sekretaris bos ku apakah beliau ada didalam atau tidak.

Mark Lee asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang