Twins (1)

3.5K 348 11
                                    

"Naik kereta api cute cute cute..."

"Aduh Minhyung udah dong nyanyi nya, aku lagi belajar nih"

Aku mengeluh karena demi apapun sedari tadi Minhyung tidak bisa berhenti bernyanyi. Jika saja aku sedang tidak melakukan zoom meeting, aku akan membiarkannya bernyanyi sepuasnya. Tapi ini masalahnya aku sedang melakukan zoom meeting, aku terlalu malas untuk membawa earphone ke rumahku.

Iya aku sedang berada di rumah Minhyung karena ibunya menitipkan Minhyung padaku. Rumah kami tidak berjauhan, hanya berbeda blok saja, Tante Jess menitipkan Minhyung karena dia harus pergi ke acara pernikahan anak temannya sedangkan Om Siwon masih berada di kantornya.

"Lagunya enak tau!" Protesnya dengan dahi mengerut; tanda marah tetapi itu terlihat menggemaskan di mataku.

"Aku lagi belajar Minhyung, nanti ya?" Ucapku lembut.

"Gak mau!"

Aku memejamkan mataku beberapa detik lalu membukanya kembali, sebelumnya aku mematikan dulu kamera dan mikrofon nya agar tidak terdengar oleh dosen dan teman-temanku.

"Diem atau kamu main sama cici Kekey?" Tanyaku.

"Enggak! Cici Kekey suka ngajakin makan pentol mulu! Minhyung gak mau, oke Minhyung diem" jawab Minhyung dengan wajah tertekuk.

"Nah bagus, makanya diem dulu ya? Ngemil gih di kulkas banyak cemilan" titah ku.

Wajah Minhyung langsung berubah menjadi ceria "Ada yupi?"

Aku mengangguk "Ada banyak sana ambil, tapi inget kata bunda"

"Iya inget, kata bunda Minhyung gak boleh makan ciki"

"Anak pinter" aku mengusap rambutnya gemas.

Minhyung memang selalu menggemaskan, berbeda dengan Mark yang sangat menyebalkan!

Mark dan Minhyung memang memiliki sifat yang berbanding terbalik. Minhyung anak yang ceria sedangkan Mark anak yang dingin, Mark juga sering melakukan balapan liar dan kadang juga membuat onar.

Aku dan Mark sudah saling kenal sejak kecil, tapi aku dan Minhyung baru kenal satu tahun belakangan ini lebih tepatnya saat Minhyung pindah kesini.

Mark dulunya tinggal sendirian, hanya saja orangtuanya memutuskan untuk pindah kesini dan itu semua karena Minhyung yang merasa kesepian lantaran tidak ada Mark.

Aku sudah tau kondisi keluarga Mark yang cukup memprihatinkan, lebih tepatnya Mark yang sering tidak diperlakukan adil oleh sang ibu dan sang ayah, oleh karena itu aku sebisa mungkin selalu ada untuknya.

Jika kalian berpikir Minhyung tidak normal, kalian salah besar. Minhyung normal, hanya saja dia memiliki trauma di masa lalu. Saat JHS dia sempat tertembak dan itu karena ulah pesaing bisnis sang ayah, dari situ dia mengalami gangguan psikis yang membuatnya takut akan dunia luar. Tapi syukur nya setelah mulai melakukan terapi, keadaan Minhyung berangsur-angsur membaik.

Setelah dua jam, zoom meeting akhirnya selesai. Aku merenggangkan kedua tanganku yang terasa pegal karena mencatat beberapa hal penting.

Minhyung sibuk menonton televisi dengan sekaleng yupi ditangannya, Tante Jessica juga sudah pulang, beliau mungkin sedang menikmati secangkir teh di pantry.

Tak lama ku dengar suara langkah kaki seseorang dan rupanya itu adalah Mark. Penampilannya cukup berantakan dan wajahnya terlihat kusut.

"Apa dia balapan lagi?" Gumam ku.

Mark menaruh jaket kulitnya di sofa kemudian merebahkan dirinya disana.

"Mark lo tadi malem gak pulang?" Tanya ku yang kebetulan duduk lesehan di dekat sofa.

Mark Lee asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang