Bos (2)

3.3K 427 28
                                    

Para karyawan berhamburan keluar dari ruang presentasi, Mark yang keluar terakhir sedikit celingukan karena tidak melihat perempuan yang sudah dia buat menangis kemarin malam.

Namun pikirnya karyawan dia yang satu itu mungkin tidak masuk karena merasa kesal dengan dirinya dan akan beralasan sakit nanti. Ya karena biasanya juga seperti itu.

Pria beralis bak burung camar itu memutuskan untuk pergi terlebih dahulu ke divisi perencanaan, ya barangkali perempuan yang dicarinya itu ada disana, mengingat tidak semua anak perencanaan mengikuti acara tadi.

Semua orang yang ada di divisi perencanaan lantas membungkuk hormat begitu sang bos masuk kedalam ruangan bernuansa modern itu.

Berdehem sejenak, Mark menatap seluruh karyawannya.

"Mmm, apa kalian tau dia kemana?" Tanya Mark sambil menunjuk meja kerja 'si orang' yang sedang dicarinya.

Orang-orang yang berada disana sontak saling menatap satu sama lain. Tumben sekali bos nya ini menginjakkan kaki ke divisi perencanaan, menanyakan karyawannya yang terbilang tidak dekat dengannya pula.

"Kami tidak tau pak" jawab Daehwi.

Yeri sendiri sedang membuat kopi di dapur kantor, jadi dia tidak tahu jika bos nya itu sekarang berada di divisi nya.

Karena tidak dapat jawaban yang diinginkan, Mark akhirnya pergi menuju ruangannya.

Aneh sekali, meja nya terlihat sangat rapih dan tidak ada barang apapun, pikir si bos jutek itu.

Meski rasa penasaran menggerogoti hatinya, Mark tetap duduk di kursinya lalu mulai sibuk melihat jadwal hari ini.

Suara pintu terbuka membuat Mark menolehkan kepalanya. Itu Heejin.

Heejin berdiri dihadapan Mark lalu perempuan cantik itu mengulurkan sebuah amplop putih yang memanjang.

"Apa ini?" Tanya Mark heran, tidak mungkin Heejin akan mengundurkan diri kan?

"Surat pengunduran diri" jawab Heejin.

Ternyata benar dugaan Mark, tapi kenapa Heejin mendadak mengundurkan diri?

"Kenapa mendadak? Setidaknya cari kan dulu seseorang yang akan menggantikan kamu Heejin" ujar Mark.

"Bukan saya pak, coba bapak baca aja dulu. Saya permisi"

Heejin membungkuk hormat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan Mark.

Mark membuang nafas lalu dengan tatapan tak minat mencoba membuka amplop itu.

Dibacanya surat itu dengan teliti, hingga saat dimana dia mengetahui siapa yang mengundurkan diri, matanya seketika membola.

Dia langsung berdiri dari posisi duduknya lalu keluar untuk menghampiri Heejin.

"Ini kamu dapet dari mana?" Tanya Mark tergesa.

"Tadi pagi adiknya kesini pak, tapi kalo boleh jujur, tindakan bapak kemarin itu berlebihan, saya liat usaha dia buat presentasi hari ini, sampe sering lembur malah. Dan kemarin bapak seenaknya malah pilih Arin yang posisinya anak magang, saya tau kok Arin punya potensi, tapi coba bapak liat siapa yang udah lama disini pak, dia juga pengen dapet kesempatan itu. Maaf aja ya pak, bukannya apa-apa tapi biar bapak sadar, kalo suka tuh anaknya disayangin, jangan dibikin nangis mulu"

"Fuck!" Mark mengumpat sambil merobek kertas yang ada ditangannya. Tanpa menjawab ocehan Heejin, Mark langsung bergegas pergi.

"Mark, you jerk" ucapnya mengumpati diri sendiri.

—O—

Aku menghela nafas panjang, baru saja aku membeli beberapa mie instan dari minimarket yang tak jauh dari rumahku.

Mark Lee asTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang