"Sudahlah," pinta Sehun karena sedari kakak dari temannya itu terus meminta maaf.
"Anggap saja sudah usai, kenangan itu... mungkin aku harus melupakannya," lanjut Sehun lagi."Nde?"
"Aku belum memaafkanmu, sebagai gantinya kau harus menjadi teman baikku." —ya, kau terlihat mirip dengannya. Mungkin, kau bisa menggantikan kekosongan hatiku karena kepergian dirinya.
"Benarkah, kau baik sekali...," kata Baekhyun tak enak
"Gomawo, Sehun-sisi," gumamnya lirih. Matanya berkaca karena terharu, ternyata Sehun adalah orang yang baik.
"Ne, sama-sama," jawab Sehun cepat.
Mereka terdiam, lagi.
"Jadi ... siapa namamu? Apa aku harus memanggilmu Hyung?" tanya Sehun setelah beberapa saat diisi oleh keheningan
"Baekhyun, Park Baekhyun dan tentu saja jika kau juga ingin, aku akan sangat senang dipanggil Hyung."—karena adikku sendiri saja bahkan tak mau memanggilku dengan sebutan Hyun. Tapi, kau... kali ini aku merasa begitu di hargai, dan itu karenamu, Oh Sehun.
Sehun yang melihat senyum pahit di bibir Baekhyun, merasa ada yang salah, tapi dia tak mau bertanya, tak enak juga mendobrak privasi orang.
"Mau dengar cerita?" tawar Sehun.
Entah apa yang ada di pikirannya, hanya saja Baekhyun itu mirip sekali dengan orang yang di kenalnya. Orang yang mengisi hatinya, orang yang mewarnai harinya.
"Boleh," sahutnya dengan cepat. Merasa senang, mereka baru bertemu, tapi Sehun sudah mau bercerita, itu artinya dia percaya pada Baekhyun. Iya kan.
"Ini, tentang guci itu." Sehun menghela napas sejenak, merasa agak ragu juga untuk menceritakan ini.
Sejujurnya Sehun masih ingin marah jika mengingat guci kesayangannya itu pecah. Hatinya mengatakan seharusnya dia memukul Baekhyun, atau memberi laki-laki mungil itu pelajaran. Tapi, melihat kondisi Baekhyun... memangnya siapa sih yang mau menjadi buta dan merusak barang orang. Sepertinya tidak ada.
Disisi lain, otaknya sedari tadi juga mulai bekerja dan mencerna. Mungkin ini semua memang takdir Tuhan, Tuhan menyuruhnya untuk melupakan 'orang itu'. Sudah sangat lama Sehun menutup hatinya, membiarkan hatinya terbawa oleh orang itu. Tak mau lagi peduli pada orang lain, tapi setelah melihat Baekhyun, Sehun merasa ingin—ingin melindungi tubuh mungil itu, sama seperti Sehun ingin melindungi 'dia'.
Orang yang tak bisa melihat seperti Baekhyun memang memiliki perasaan yang kuat dan sensitif, perasaannya sangat peka terhadap perasan orang, maka diapun merasakan sebuah beban berat yang Sehun rasakan.
"Katakan saja," dukungnya, agar Sehun segera menceritakan semua.
"Dulu ... aku membeli itu saat di China." Sehun mulai bercerita, dia terdiam lalu menghela napas lagi, sepertinya ini memang terlalu sulit untuk di ceritakan.
"Kau sudah memberitahunya tadi," sahut Baekhyun. Sepertinya masih Sehun ragu untuk bercerita padanya, lagipula Baekhyun kan hanya orang baru dalam hidupnya. Baekhyun bisa memaklumi itu.
"Jika kau ragu, jangan dilanjutkan."
Sehun langsung menatap Baekhyun, Baekhyun tersenyum lembut meski matanya tak menatap pada Sehun. Dan Sehun yang melihat senyum itu merasa bahwa, dia orangnya. Hanya Baekhyun orang yang tepat di jadikan rumah olehnya, rumah untuknya berbagi cerita.
Rumahnya, setelah rumah sebelumnya hancur dan hanya tersisa puing-puingnya saja.
"Aku membelinya dengan seseorang yang sangat kusayang, dia sudah seperti Hyung untukku," jelas Sehun tiba-tiba.
Mata Sehun menerawang pada langit malam yang berhiaskan bintang-bintang, lalu kembali menatap Baekhyun yang sepertinya menunggu dia untuk bercerita kembali.
"Dia mengatakan bahwa aku terlihat seperti Dongsaeng-nya, jadi dia memberikan guci polos itu ... berharap aku dapat melukis guci saat kami bertemu lagi suatu hari nanti."
Baekhyun mengenggem tangan anak itu, dengan tangannya yang sedikit berkeringat. Ada beberapa potongan kejadian yang hinggap di pikirannya, apalagi setelah mendengar kata 'Hyung'.
"Saat itu ... sebetulnya adalah hari kepulangannya ke korea, tapi aku menahannya ... berharap memiliki waktu sedikit lebih lama dengannya," lanjut Sehun, dari nada bicaranya sepertinya anak itu sedang sedih.
"Dan kalian belum bertemu?" tebak Baekhyun penasaran. Sehun mengatakan iya dengan suara seraknya, lantas memeluk Baekhyun.
"Aku tidak tahu dimana rumahnya, dan daerah mana dia berasal," jelas Sehun sedih, hatinya selalu saja terisi dengan sejuta penyesalan yang mendalam.
Menyesal karena tak menanyakan alamat dari Hyung kesayangannya, disisi lain hatinya memaklumi. Sehun hanya anak kecil saat itu, di pikirannya hanya bermain dan kebahagian.
"Jadi dia bukan orang China?" tanya Baekhyun lagi, setelah pelukan itu terlepas.
Sehun memandang tanah, berusaha mengingat awal pertemuan mereka. "Ya, dia mengatakan bahwa dia adalah salah satu siswa pertukaran pelajar di sekolahnya," jawab Sehun saat sudah merasa tenang.
"Dari China ke Korea, apa Korea ke China?"
"Point kedua," jawabnya singkat.
"Bagaimana kalian bisa bertemu dan berkenalan, apa dia satu sekolah denganmu?" tanya Baekhyun penasaran, pertama kalinya dia memiliki teman. Inikah yang orang-orang rasakan saat temannya sedang bercerita, rasa penasaran dan senang karena sudah di percaya.
"Tidak, dia lebih tua dariku. Saat itu aku masih kecil, sedangkan Hyung sudah Junior High School," jelas Sehun, kepala laki-laki itu menatap langit berusaha mengingat kembali.
"Pertemuan pertama kami di taman, saat itu aku sedang membeli Bubbletea dan tanpa sengaja dia menabrakku," lanjutnya.
"Lalu, apa kau menangis?" tanya Baekhyun antusias, lalu terkekeh kecil membayangkan Sehun kecil sedang menangis.
"Tentu saja," jawab Sehun. Sejujurnya dia malu, tapi mau bagaimana lagi ... memang itu kenyataannya.
"Dan Hyung meminta maaf lalu membelikanku dua cup sekaligus, tentu saja aku senang," lanjutnya.
"Dari situlah pertemuan kami," katanya terkekeh kecil.
"Ceritamu sangat seru, kuharap kalian segera bertemu." Baekhyun tersenyum lembut setelahnya, berharap doanya terkabul.
"Untuk sekarang, anggap saja aku sebagai Hyung-mu, aku mau kok," tawar Baekhyun. Dan Sehun tertawa setelahnya, apalagi setelah melihat penampilan Baekhyun. Rasanya dia yang lebih cocok menjadi seorang kakak dari pada Baekhyun.
"Ye," jawab Sehun sekenanya, lalu tertawa geli setelahnya.
Mereka pun melanjutkan obrolannya, hingga Tiffany Eommonim dan Taeyeon Eomma datang memberitahukan bahwa Baekhyun harus pulang, karena sudah larut malam.
Tanpa Baekhyun ketahui Eomma-nya bermata sembab, karena berusaha menahan tangis, setelah menceritakan keadaan Baekhyun pada Tiffany.
To Be ContinuedApe! vote dong? Cerita aku jelek? Yaudah nagajuseyo!
Canda😜
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss Flowers | [CHANBAEK]
Fanfiction[CHANBAEK][BxB][BAKU] Bagi Chanyeol, Baekhyun adalah kakak yang tak berguna. Bisanya hanya menyusahkan keluarga saja. Benarkah? Mulai menulis : 2018 End : 2020 Sequel : 24 Juli 2021 End : -