Chanyeol bangun lebih awal dari biasanya, sarapan dengan dua lembar roti yang di olesi selai coklat. Matahari bahkan belum terbit, Ahjumma yang baru bangun saja sampai di buat terheran.
Pandangannya terlihat kosong, bahkan saat Ahjumma menyapa anak itu tetap diam saja. Seakan-akan alam bawah sadarnya sudah di ambil alih, membuatnya terus terdiam di meja makan.
"Ahjumma, aku berangkat," pamitnya terburu-buru.
Tidak biasanya anak majikannya itu berangkat di pagi hari, pagi sekali. Ah, mungkin sesuatu yang penting pikir ya.
Ahjumma bergegas ke dapur, memotong bahan-bahan makanan dan juga menumis beberapa bumbu. datengin Sehun dan Minta Sehun buat jauhin Baekhyun.
Biasanya Chanyeol memang akan bangun lebih awal, lebih awal dari ibunya, tapi tidak lebih awal dari Ahjumma. Jikapun iya, maka dia akan menunggu sampai makanan untuk sarapan mereka selesai. Setidaknya, anak itu akan makan paling sedikitnya tiga sampai lima sendok nasi dan juga lauk pauk buatan Ahjumma.
"Ahjumma," sapa Taeyeon. Ada apa dengan orang rumah hari ini, Ahjumma merasa Taeyeon juga memiliki aura yang suram hari ini.
"Ya, Nyonya," sahutnya tersenyum sopan. Tangan Ahjumma tidak diam, dia masih menyiapkan beberapa makanan untuk di pindahkan ke meja.
"Chanyeol mana, belum bangun? Padahal sudah pukul tujuh." Taeyeon menyiapkan dua piring di tangannya, lalu tersenyum kecil saat melihat Baekhyun menghampiri meja makan. "Pagi, Sayang." Sapanya ramah. Kemudian dia mengambil satu piring lagi, dan menaruhnya di tempat biasa Baekhyun duduk.
"Tuan muda sudah berangkat sekolah Nyonya," jawabnya. Taeyeon menghentikan gerakan tangannya yang akan menyiapkan nasi untuk Chanyeol, "Hah, sepagi ini?" Ahjumma mengangguk menanggapi pertanyaan itu. Sementara tangannya sibuk memberikan beberapa lauk untuk di makan oleh Baekhyun. "Saya sudah menyiapkan nugget ayam untuk tuan muda." Baekhyun mengangguk dan tersenyum. Dia bukan tipe pemilih makanan, selagi dia suka, makanan apapun akan dia makan.
"Tuan muda Chanyeol hanya mengatakan bahwa dia akan berangkat sekolah," lanjut Ahjumma pada Taeyeon yang sedari tadi melihat aktivitasnya.
"Ah, sayang sekali," gumam Taeyeon.
"Memangnya kenapa Eomma?" tanya Baekhyun dengan mulut yang penuh dengan makanan. Membuat Taeyeon mengeryit, "Habiskan dulu makananmu, sayang."
Taeyeon menghela napas, mau bagaimana lagi, "Tadinya Eomma mau bilang, sekitar dua sampai tiga hari ke depan Eomma akan menginap di luar kota, tapi Chanyeol pergi lebih awal, Eomma akan mengirim pesan saja padanya nanti di jalan."
Baekhyun yang baru saja akan menyuapkan satu sendok makanan sontak berhenti, "Kenapa mendadak sekali."
"Iya, Eomma saja baru tahu tadi malam," jelas Taeyeon penuh sesal.
"Ahjumma, tolong jaga anak-anak ya."
"Baik, Nyonya."
....
Chanyeol memarkirkan motor kesayangannya, lalu berlari kecil memasuki kelasnya. Sejujurnya dia agak mengantuk, dia tidak bisa tidur semalaman. Lalu, tadi dia bangun pagi sekali, ingin menghindari Kakaknya.
Lelaki tinggi itu duduk di bangkunya dengan tenang, seperti biasa mengabaikan teman-temannya yang menurutnya tidak memiliki pengaruh baik untuknya.
Lalu berdiri dengan terburu saat Sehun dan Jongin melewati kelasnya. "Sehun," panggilnya membuat kedua orang itu menoleh. Chanyeol dan Sehun memang berbeda kelas, tapi mereka berada di eskul yang sama.
"Eh, Kau! Ada apa?"
"Bisa bicara, berdua." Chanyeol melirik Jongin, dia agak tidak enak jika harus mengatakan ini di depan Jongin, lagipula tidak ada hubungannya juga.
"Apa?" kata Sehun ketus saat Jongin sudah agak menjauh dari mereka dan menunggu di kursi depan kelas sebelah.
Chanyeol mengernyitkan keningnya, "Ketus sekali," gumamnya. Chanyeol menatap Sehun dengan tajam, sudah tak ingin basa-basi, "Jauhi, Baekhyun!"
Sehun terdiam, apa maksudnya itu, mengapa dia harus menjauhi Baekhyun. "Tidak mau!"
"Dengar, Baekhyun itu pembawa sial! Karenanya ayahku meninggal! Aku tidak ingin kau juga mengalami nasib yang sama denganku, kau dengar!"
Sehun menatap Chanyeol dengan kesal, adik macam Chanyeol ini, malah menuduh kakaknya sendiri dengan hal yang tidak-tidak.
"Dia tak mungkin membunuh ayahnya sendiri!"
"Terserah, tapi aku sudah memperingatkanmu, terlebih kau itu kan sahabatku."
"Ah tapi, sahabat macam apa kau ini! Kau baru mengenalnya, tapi sudah mengajaknya pergi!" Chanyeol mendorong bahu Sehun dengan telunjuknya, "Kau bahkan tak menyapaku, sialan! Sahabat macam apa kau, kau malah percaya dengan tingkah so polosnya!" lanjut Chanyeol lagi.
Sejak kejadian pecahnya guci itu, Chanyel menjadi pemarah. Bahkan untuk hal-hal sekecil itu. Sehun yakin Chanyeol marah bukan hanya karena rasa kesal sebab Sehun tak menyapanya. Apa mungkin benar Baekhyun Hyung membunuh ayah mereka, terasa tidak mungkin.
Sehun menepuk pundak Jongin, dan mengabaikan lelaki tan itu, saat ia bertanya mengapa Chanyeol terlihat begitu marah. Dia merasa tidak berkewajiban untuk menjelaskan itu pada Jongin.
....
Chanyeol tidak masuk kelas, memilih bolos dan kembali ke rumahnya, ya memangnya kemana lagi. Meskipun dia merasa sebal karena harus melihat Baekhyun bolak-balik di depannya.
"Sudah buta, menyusahkan pula! Bisa tidak sih diam saja! Hardiknya saat melihat lelaki yang lebih tua itu tersungkur di depannya.
Chanyeol sama sekali tak membantu, malah kembali menyesap rokok yang berada di tangannya, lalu memgepulkan asal melalui mulutnya, membuat Baekhyun terbatuk karena tidak terbiasa.
"Kau itu seharusnya sudah bekerja, punya penghasilan sendiri, kadang aku bingung, mengapa orang begitu bersimpati padamu, kau itu kan penuh tipu muslihat!" Chanyeol terus saja berbicara, sengaja, ingin membuat mental lelaki itu lemah.
"Seandainya mereka membuka mata, kujamin, tak ada satupun orang yang mau mengingatmu!" lanjutnya lagi. Chanyeol tersenyum remeh dan melemparkan cangkang kuaci pada wajah Baekhyun.
Baekhyun yang sedari tadi mencari pegangan dan berusaha bangun terdiam sedih. "H-Hyung hanya ingin mengambil minum, Hyung haus," katanya dengan suara serak. Dia ingin meminta bantuan Ahjumma, tapi perempuan paruh baya itu baru beberapa menit yang lalu pamit untuk pergi ke pasar.
"Ah, minum?"
Baekhyun mengangguk menanggapi pertanyaan Chanyeol, tangannya gemetar. Tadi dia mengambil minum di meja, tapi ternyata itu air panas. Dia menyesal tidak mengambil air minum dari kulkas.
"Akan aku ambilkan."
Baekhyun tersenyum, merasa senang karena Chanyeol mau membantunya. Dia dengan sabar menunggu, Baekhyun tersenyum saat mendengar langkah kaki yang mendekat.
"Ini!" Baekhyun mengulurkan tangannya, bersiap menerima minum, tapi yang dia dapat justru air itu menyiram wajahnya. Senyum yang sedari tadi tersemat disana justru luntur, dia seolah di paksa tersadar, tak mungkin Chanyeol tiba-tiba begitu baik padanya.
"Seperti itu minum yang pantas untuk kau dapatkan!" setelah mengatakan itu, Chanyeol pergi ke kamarnya. Meninggalkan Baekhyun yang termenung disana, merasakan nyeri teramat dalam di hatinya.
"A-aku-" lalu hanya isakan yang terdengar.
To Be Continue
Hai?
Vote dan komen ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss Flowers | [CHANBAEK]
Fanfiction[CHANBAEK][BxB][BAKU] Bagi Chanyeol, Baekhyun adalah kakak yang tak berguna. Bisanya hanya menyusahkan keluarga saja. Benarkah? Mulai menulis : 2018 End : 2020 Sequel : 24 Juli 2021 End : -