Chapter 7 : New Happiness

774 76 4
                                    

~Happy Reading Reha❤️

Saat pertama kali aku melihatnya, dia ... terlihat begitu rapuh juga indah di saat yang bersamaan. Entahlah, aku tak tahu. Dan tidak ada yang tahu bukan, karena dibalik keindahan biasanya juga tersimpan kebusukan.

Maka dari itu, aku selalu terlihat masa bodoh pada orang-orang baru disekitarku. Bukan tanpa alasan Aku melakukannya, aku melakukan hal itu karena ingin melindungi hatiku agar tidak disakiti lagi. Aku tidak ingin hatiku kembali berharap pada yang tidak pasti. Mengharapkan orang yang akan kembali, nyatanya tak kembali lagi.

Aku marah dihadapannya tak segan beberapa kali aku memanggilnya bodoh, tapi ... setelah tahu yang terjadi padanya, aku meyimpulkan bahwa laki-laki ini begitu baik dan lugu. Dia belum ternodsi oleh kerasnya dunia. Dan fakta itu... entah kenapa, tapi aku ingin sekali melindunginya.

Maka sejak hari itu aku memutuskan akan menjaganya.

Ya ... aku akan selalu menjaganya.

Dia ..., Park Baekhyun

Nama itu selalu muncul dalam pikiranku dimanapun aku berada, bahkan dalam mimpi pun ia hadir.

Ia namja, tapi perilaku dan tubuhnya seperti yeoja. Apalagi dengan segala kelembutan yang ia miliki, membuatku terjebak didalam segala pesonanya.

Dia tidak tampan, dia juga tidak cantik. Dua hal itu tidak cocok untuk mendeskripsikan Baekhyun, karena kata yang paling cocok untuk mendeskripsikan seorang Park Baekhyun adalah Indah.

Ya ... dia begitu indah, dia adalah Hyung dari temanku.

Park Chanyeol

Tapi mengapa mereka berbeda?

Baekhyun Hyung yang terlihat lembut dan Chanyeol yang terlihat keras, Ah entahlah.

Aku ... merindukanmu, Baekhyun Hyung.

Aku mengambil ponselku, menatapnya cukup lama.

Mengapa aku tak menelponnya? Dengan semangat aku membuka ponselku itu niat hati ingin menelpon Baekhyun Hyung, gerakan tanganku terhenti saat aku tersadar.

Aku tak memiliki nomor ponselnya.

Maka dari itu aku bergegas turun dari ranjangku untuk mencari Eomma, hanya Eomma satu-satunya jalanku.

...

Sehun menjatuhkan tubuh bongsornya itu pada kasur, senyum lebar tak pernah lepas dari wajahnya. Tuh kan, otakku memang cerdas. Yah, walaupun hanya mendapatkan nomor telpon rumahnya. Beberapa tombol ia tekan, mulai menghubungi nomor itu. Berdering.

Yash! Oke sabar Sehun ... tenang, pikirku.

Tarik napas, buang

Hufttt!

Tarik napas, buang

Hufttt!

[ ... ] kudengar suara Ahjumma yang mengangkatnya.

[Hallo ... apa benar ini nomor telpon rumah Baekhyun Hyung?]

[ ... ]

[Eum Ahjumma ... bisakah saya berbicara dengan Baekhyun Hyung secara langsung?]

[ ... ]Lalu kudengar langkah kaki yang tergesa-gesa, kudengar pula suara bercakap-cakap

Lalu ...

[Hallo!] Akhirnya kudengar suara ini lagi ... suara yang kurindukan.

[Hai ... Baekhyun Hyung!] Aku sedikit ragu sebenarnya. Tak ada sahutan di seberang telpon sana, aku jadi semakin gugup. Mungkin dia bingung, lagi pula dia kan tidak tahu kalo aku yang menelpon.

[Apa kabar Hyung? Jangan bilang kau melupakanku?] Aku berusaha mencairkan suasana, sedikit terkekeh juga membayangkan ekspresi terkejutnya.

Agak lama ia terdiam, bahkan aku sempat berpikir untuk menutup telponnya.

Tapi ...

[Sehun?] Sudah kuduga, kau pasti masih ingat pada suara indahku Hyung.

Hahahahaha

...

Hyung, kau lucu sekali sih ... ingin aku membawamu ke sini Hyung, untuk menemani hari-hariku yang monoton ini.

Sepertinya memang benar, Tuhan sengaja membuat skenario guci miliknya pecah, agar ia bisa bertemu dengan Baekhyun. Tuhan ingin dia berubah, ingin dia kembali seperti Sehun yang dulu, bukan yang datar dan kaku.

Aku tak bisa berhenti untuk tersenyum setiap teringat percakapan kami tadi, Aku mengajaknya untuk makan besok siang.

Aku pikir ia akan menolak, ternyata tidak.

Aku tak sabar esok hari, saat makan malampun senyum ini tak pernah luntur hingga Eomma bertanya padaku.

"Sehun ... kamu kenapa, Sayang? Masih waraskan?" Entah apa ... yang Eomma pikirkan tentangku, hingga Eomma bertanya seperti itu.

"Jelaslah Eomma, aku masih waras." Aku kesal, mendengar pertanyaan Eomma tadi.

"Aigoo ... anak Eomma sudah pandai berekspresi, siapa yang orang yang sudah mengajarkanmu Chagi-a?"

"Tidak ada," jawabku enteng, lalu melanjutkan makan lagi.

Eomma tertawa cekikikan untuk sesaat, tapi tak lama setelahnya. "Sayang ... Eomma jadi khawatir, kamu sehatkan, Nak?" Eomma menempelkan telapak tangannya di dahiku.

"Tidak panas kok, terus kamu kenapa?"
Kulihat Eomma tersenyum jahil, sepertinya Eomma memikirkan yang tidak-tidak tentangku.

"Eomma sudahlah ...," kataku, tak ingin semakin terpojokkan lagi.

Eomma jika seperti itu pasti ada maunya, lantas aku berdiri hendak menyimpan piring di wastafel. Pasti Eomma hanya ingin menggodaku, karena tidak biasanya aku seperti ini.

"Aaa jelaskan dulu pada Eomma, ada apa sebenarnya?" Mata Eomma melotot, dan berakhir dengan aku yang menceritakan kejadian tadi pada Eomma.

Entah kenapa pipiku terasa panas saat menceritakan tentang Baekhyun Hyung, Eomma tersenyum kegirangan.

Aku heran, ada apa dengan Eomma?

To Be Continued

Boleh minta vote dan komennya? Xixi

Edelweiss Flowers | [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang