Chapter 14 : Where's Mom?

283 37 10
                                    

Kejadian tadi siang masih membekas dalam benak Baekhyun, tapi dia berusaha untuk santai saat berhadapan dengan Chanyeol.

Mungkin saja Chanyeol akan senang melihat dia ketakutan. Apalagi Eomma tidak ada di rumah, tak ada yang bisa mencegah Chanyeol selain Eommanya.

Sebisa mungkin Baekhyun menghindari menghindari Chanyeol, hanya berdiam diri di kamar. Saat dia ingin mendengar serial favoritenya pun dia memilih mundur, karena Chanyeol dengan tiba-tiba memindahkan tayangan.

Tanpa mah mencari masalah, dia berjalan ke kamarnya dan memilih untuk berdiam diri. Membayangkan cahaya yang akan tertangkap oleh matanya meski itu sulit.

Chanyeol, merasa bosan. Jika tahu di rumah akan sebosan ini, dia memilih untuk berdiam diri di sekolah saja. Karena bosan Chanyeol membuat rumah berantakan, makan dengan sembarangan juga melempar bantal ke seluruh ruangan.

Chanyeol tersenyum senang saat melihat Ahjumma menghela napas. Suruh siapa selalu membela si bodoh, pikirnya.

Chanyeol tersenyum menemukan ide yang menarik di otaknya, berjalan dengan santai meninggalkan Ahjumma yang mulai kelelahan membersihkan ruangan.

Tanpa mengetuk, Chanyeol berjalan masuk ke kamar Baekhyun. Melihat lelaki mungil itu sedang melamun, sambil memeluk boneka beruang yang sudah usang.

"Tak punya kerjaan ya?" ejeknya setelah mengambil boneka dari pelukan Baekhyun dengan paksa dan tiba-tiba membuat Baekhyun kaget.

"C-Chanyeol!" Baekhyun mengulurkan tangannya, berusaha menggapai Chanyeol dan bonekanya.

"Kau pikir, kau bisa mengambil ini?"

Chanyeol mengusapkan tangan boneka itu pada pipi Baekhyun membuat Baekhyun menoleh, saat Baekhyun menggerakkan tangannya Chanyeol segera berpindah posisi.

"Kembalikan," katanya dengan suara yang gemetar. Matanya bahkan sudah berlinang, Chanyeol bahkan tidak yakin jika Baekhyun lelaki. Karena dia terlalu mudah untuk menangis terlebih lagi, fiturnya yang persis seperti perempuan.

"Dengar!" dengan tiba-tiba Chanyeol mendorong Baekhyun ke kasur, segera Chanyeol menindihnya. Mencengkram mulutnya hingga Baekhyun merasa rahangnya akan terlepas.

"Jauhi Sehun, apa kau tidak mengerti!" hardiknya. Baekhyun hanya diam, tidak sanggup untuk berkata lagi karena dia benar-benar kesakitan.

"Kau tidak pantas untuk siapapun, lagi pula memangnya ada yang mau denganmu?" Chanyeol melepas cengkraman di mulut mungil itu, tapi kini sekarang dia menepuk-nepuk pipi Baekhyun dengan kasar.

"Sadar! Kau cacat!" air mata yang sedari tadi Baekhyun tahan kini meluncur begitu saja. Isakannya mulai terdengar dengan pelan.

"Kenapa menangis?" bisik Chanyeol. Wajahnya menampilkan ekspresi polos tapi seringai tak pernah lepas dari mulutnya.

"Itu kenyataan Baekhyun, tak akan ada yang mau padamu, dan..." Chanyeol menjeda ucapannya, matanya berkilat senang saat melihat Baekhyun terlihat susah bernapas karena ketakutan. "Sehun hanya kasihan padamu."

Chanyeol menepuk pipi Baekhyun lagi, membuat Baekhyun tersadar untuk mengambil nafas karena sedari tadi dia menahannya.

"Kau hanya akan membuat Sehun malu Baekhyun, Berhenti lah membuat orang susah!" Chanyeol tahu itu akan berarti banyak untuk Baekhyun, dia pasti akan mempertimbangkan apa yang Chanyeol katakan.

"Jauhi, Sehun. Sebelum dia sama hancurnya denganku!" Baekhyun masih diam, tangannya menutupi mulutnya agar tidak menangis dengan keras.

"Pikirkan ucapanku." Chanyeol pergi setelah melihat Baekhyun menepuk dadanya dengan keras untuk meredakan tangisnya.

.....


"Eomma dimana?" tanya Chanyeol malam hari saat di meja makan. Mungkin merasa tak enak saat hanya ada mereka berdua saja di rumah. "Eomma sedang pergi, ada urusan kerja, Eomma bilang dia ingin mengatakan secara langsung tadi tapi kau pergi terlalu lagi," Jelas Baekhyun.

Chanyeol terkekeh kecil, "Kau pikir aku bertanya padamu?" Baekhyun menunduk malu, benar, Chanyeol pasti sedang bertanya pada Ahjumma. Tapi, itu spontan, dia merasa berkewajiban memberi tahu Chanyeol.

Tak menanggapi ejekan Chanyeol, Baekhyun kembali makan. Mengabaikan Chanyeol yang sepertinya tidak melakukan apapun di sebrang tempat duduknya.

"Kau cukup percaya diri untuk menjadi orang yang memiliki kekurangan!" ejek Chanyeol lagi.

Baekhyun seharusnya tidak keluar kamar, seharusnya dia tidak perlu makan malam. Seharusnya dia bersembunyi saja, dimanapun asal tidak bertemu Chanyeol. Tapi, perutnya kelaparan. Terlebih setelah kejadian tadi siang, hatinya benar-benar sakit, dia sudah lelah sejujurnya.

"Aku selesai!" katanya dengan pelan. Memilih untuk pergi di bandingkan meladeni Chanyeol.

"Siapa yang mengizinkanmu pergi? Duduk!" lantas Baekhyun kembali duduk. Baekhyun tahu, makanannya tersisa banyak, karna dia baru makan beberapa suap saja.

"Habiskan!" perintah Chanyeol. Lelaki tinggi itu bahkan tak segan menambahkan lauk ke dalam piring Baekhyun.

"A-aku kenyang," katanya dengan wajah yang menahan tangis. Mengapa, mengapa Chanyeol terus menganggunya.

"Habiskan!" Baekhyun menggeleng dan bangun untuk pergi ke kamarnya. Dia tidak bisa makan lagi, perutnya mulai. Tapi Chanyeol dengan cepat mencegatnya, mengangkatnya agar dia duduk kembali di kursi.

"Ternyata lebih suka di paksa!" Chanyeol mengambil sesendok penuh nasi beserta lauknya. "Makan!" teriaknya kasar. Memaksa makanan itu masuk ke Baekhyun.

"Kau suka makan kan! Itu sebabnya Sehun mengajakmu jalan, kau mengatakan itu kan padanya di telpon!" Chanyeol menjambak rambut Baekhyun dengan keras hingga Baekhyun berteriak kesakitan. "Sekarang makan! Aku memberi makanan dan kau menolaknya, kenapa! Kau hanya ingin makanan dari Sehun?"

Tanpa memperdulikan Baekhyun, Chanyeol kembali mendorong masuk nasi, meski masih banyak nasi di mulut mungil itu. Hingga banyak nasi yang berceceran di meja." Kenapa tidak di makan!" kata Chanyeol dengan kesal membanting sendok, hingga mengenai kepala Baekhyun.

"Makan dan habiskan. Apa itu susah!" teriaknya tangannya memukul kepala Baekhyun karena lelaki itu terus menangis dan mulut yang penuh dengan makanan.

Eomma! Batinnya berteriak, minta tolong, tapi tak penolongnya tak ada. Dia hanya sendiri, adakah orang yang benar-benar menginginkannya, Chanyeol benar, tidak, tidak ada yang menginginkannya.

Dia hanya sendirian.

"Kau pikir Eomma akan mendengar! Kau mati di tanganku sekarang!" Chanyeol mencekik leher Baekhyun dengan kesal, wajahnya memerah menahan amarah.

Sebelum Baekhyun benar-benar kehabisan napas, Ahjumma segera datang. Mendorong Chanyeol hingga Chanyeol terjatuh dan kepalanya menabrak meja. Membuat lelaki itu meringis menahan sakit, semantara Ahjumma tidak peduli itu memilih membawa Baekhyun ke kamarnya. Tak lupa memberikan air putih agar Baekhyun tenang, meski anak itu terus memegang lehernya dengan mata yang terbelalak.

Lelaki mungil itu ketakutan, tubuhnya bergetar saat Ahjumma memegangnya. "Tenang, Tuan muda Chanyeol hanya lepas kendali," kata Ahjumma berusaha menenangkan Baekhyun.

Miris.

Betapa malangnya, nasib bocah ini. Pikir Ahjumma.

To Be Continue

Hai, jujur aku kena wb, sebenernya kalo buat plot udah ada tapi buat detailnya itu aku stuck.

Dan aku agak males karena kalian tuh suka males vote sama komen, bukannya apa ya, kan akutu pingin tau respon kalian ke cerita ini.

Lagian vote sama komen gratis kan eum

Edelweiss Flowers | [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang