"Matt?" Kelas matematika telah berakhir. Dengan segera, gue menghampiri Matt yang terlihat sudah beranjak dari kursinya.
Well, ladies and gentlemen. Let me introduce you to the one and only, Sean Matthew.
Nama panggilannya? Bisa Sean, Matt, Hew, An, Se, kalo lagi kesel bisa dipanggil Ew.
Dia teman kecil gue yang menghilang tanpa jejak dan juga..
..cinta pertama gue.
Matt menoleh ke belakang. Wow, sekarang dia pakai kacamata. He looks more handsome, to be honest.
Stop, Shena. Lo udah move on, inget!
Matt menyipitkan matanya mencoba mengingat-ingat siapa gue.
Kata orang, lo ga akan bisa lupa cinta pertama lo. Gue rasa itu benar tapi sayangnya untuk Matt, gue bukan cinta pertamanya dia.
Dih, sok tau lo, Shena.
Engga, guys, gue ga sok tau. Itu fakta.
FLASHBACK (10 tahun yang lalu)
"Ayo kita main jujur berani!" ajak Gilang, teman gue dan Matt. Saat itu sedang jam istirahat. Waktu itu, gue punya geng gitu namanya GEMEZZ yang terdiri dari Gilang, Ella (singkatan dari Gabriella), Matt, Elena, Zahra, dan Zico.
Biasalah anak zaman dulu mainnya geng-geng-an.
Gue dan yang lainnya pun menyetujui untuk bermain jujur berani.
Permainan berlangsung. Biasanya, kalo main jujur berani pasti jarang banget ada yang milih berani.
Matt pun mendapat gilirannya.
"Jujur berani?" tanya Zico yang berkesempatan untuk menanyakan pertanyaan.
"Jujur," jawab Matt.
"Jujur lo lagi suka sama siapa?" tanya Zico. Pertanyaan super klasik.
Matt berpikir sejenak. "Pokoknya ada disini."
Zico menjadi jengkel karena tidak mendapat jawaban pasti dan perlu kalian ketahui kalau Zico itu tidak akan berhenti bertanya sampai mendapatkan jawaban pasti alias anaknya kepo abiez. "Ga asik lo, Matt. Kasih inisial dong."
"E," jawab Matt.
"Kan ada dua E," balas Zico, "Clue lagi dong."
"Bukan cinderella."
DEG
Gue yang tadinya senyum tipis menjadi hambar. Jujur, kecewa banget waktu itu setelah tahu yang Matt suka ternyata Elena buka Ella.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Gue mengunci diri di kamar dan melakukan hal yang bodoh dengan mengukir nama Matt love Elena di meja belajar kayu gue yang bekasnya ga bisa hilang sampai sekarang.
At the end of the day, Matt ga salah sih.
Gue yang salah karena memendam perasaan gue sendiri.
End of flashback
"Ella, kan?" suara Matt membangunkan gue dari lamunan gue. "Gila! Kok tiba-tiba lo disini?"
"It's actually Shena bukan Ella," balas gue dengan senyum kecil. "Nyokap bokap buka klinik disini." Fyi, kedua orang tua gue berprofesi sebagai dokter. Kaget ga? tapi anaknya ga bisa jawab turunan dari sin x.
"Oh ya?" tanya Matt untuk mencoba memastikan.
"Iya. Maksudnya bukan disini di sekolah ini tapi di daerah sini. Btw, makasih ya tadi udah dibantuin jawab. Sebenernya gue tau jawabannya cuma pas mau jawab suara gue kok kayak ga mau keluar. "
Bohong, guys. Demi menjaga image diri.
Matt tertawa. "Masa sih?"
"Iya, serius. Jangan kasih tahu nyokap gue ya. Awas aja lo," ancam gue.
Si Matt pake ketawa segala kan gue jadi ngikut.
"Ambil apa lo disini?"
Gue berusaha menetralkan suara ketawa gue. "Gue ambil matematika, olahraga, sama biologi. Kalo lo apa?"
"Gue ambil Matematika, Fisika sama--," ucapan Matt terpotong ketika melihat ke arah pintu keluar dan menemukan seorang perempuan menunggu di ambang pintu.
"Sini." Matt mengisyaratkan perempuan yang menunggu di ambang pintu untuk menghampirinya.
Perempuan itu menghampiri gue dan Matt.
Buset. Cakep bener nih cwk.
"Christa, kenalin ini El- maksudnya Shena. Shena, kenalin ini Christa." Matt memperkenalkan kita berdua.
"Hai. Aku Christa."
"Hallo. Gue, eh, aku Shena."
Matt menggaruk kepalanya lalu berkata, "Hm, dia pacar gue."
***
Gimana?? Seru ga sih?
Rasanya sedih banget pas upload bab 1 belum ada yang baca (selain aku). Gapapa, semoga pas bab 2 diupload udah ada yang baca ya! Hehehe.
Kalo kalian suka jangan lupa buat vote dan comment ya!
Have a good day everyone!
Goals (lebih gapapa kok):
Views: 15
Likes: 7
-Deps
KAMU SEDANG MEMBACA
She: The Beginning [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA] Kata orang, kita tidak akan bisa melupakan cinta pertama kita. Well, that's true tapi.. ...apakah cinta pertama kita harus muncul kembali setelah pergi tanpa jejak? BAM! Kenyataan pahit itu harus diterima oleh Shen...