[Season 1] Midnight Drive

1.2K 215 29
                                    

Rhino membuka pintu rumahnya dengan pelan. Lihat jam tangannya sekilas sudah pukul tujuh malam. Dia berdoa dalam hati mudah-mudahan papanya sedang lembur atau tidak ada di rumah.

Namun semua harapannya sirna ketika mendapati sang papa sedang duduk di sofa ruang tamu. Juga Minho yang lagi duduk ngerjain tugas di meja beralaskan karpet bulu.

"Darimana saja kamu Rhino?" Tanya Tuan Lee dingin.

Rhino balas menatap papanya sinis. Tersenyum miring. "Bukan urusan papa."

Rahang tuan Lee mengeras menandakan dirinya sedang dikuasai amarah. Badannya bangkit dari sofa dan berjalan menghampiri Rhino yang masih berdiri di depan pintu.

"Kamu jangan kurang ajar sama papa ya! Anak tidak tau diuntung! Keluyuran masih pakai seragam jam segini baru pulang! Mau jadi apa kamu hah!!" Bentak Tuan Lee.

"Yang jelas gak jadi kayak papa."

PLAKK!

Tuan Lee habis kesabaran. Ia langsung menampar anaknya itu. Minho yang melihatnya terkejut. Ia langsung berdiri menghampiri sang papa dan adik kembarnya.

"Pa, udah. Jangan pakek kekerasan." Minho berusaha menenangkan papanya. Mengelus punggung papanya pelan.

"Cukup Minho!" Ucap tuan Lee yang sekarang sedang berusaha menormalkan emosinya.

Rhino menyeka darah yang berada di sudut bibirnya dengan ibu jari. Tersenyum miring lagi. "Kalau papa masih kurang puas, pukul Rhino lagi pa!"

"Rhino, jangan mempermalukan papa! Keluyuran tidak jelas seperti ini. Pakaian kayak preman. Lihatlah Minho! Dia pulang sekolah langsung pulang, belajar, ngerjain tugasnya gak kerjaannya keluyuran kayak kamu. Papa malu Rhino punya anak seperti kamu!"

Rhino tertawa meremehkan. "Pa, giliran gini aja papa baru ngakuin Rhino jadi anak. Kemarin-kemarin kemana pa? Rhino kira anaknya papa cuma Minho doang."

"Jaga bicaramu Rhino!" Tuan Lee mulai mengangkat tangannya lagi. Tapi langsung ditahan sama Minho.

"Ho, gapapa. Biarin aja kalau papa mau nampar gue lagi. Gue siap kok." Kata Rhino kepada kakak kembarnya.

Rhino natap papanya lagi. "Kalo papa malu punya anak kayak Rhino balikin Rhino sama mama pa. Cuma mama yang sayang sama Rhino. Cuma mama doang yang belain Rhino. Papa bisanya cuma mukulin mama sama mukulin Rhino doang."

"Ya itu karena kamu selalu membangkang seperti mamamu! Coba kamu nurut kayak Minho!"

Minho menatap adik kembarnya sambil menggelengkan kepala. Seolah menyuruhnya untuk diam agar perdebatan ini cepat selesai. Namun tidak digubris sama sekali oleh Rhino.

"Balikin Rhino ke mama pa. Jadi kita jalani hidup masing-masing. Papa sama Minho, Rhino sama mama." Rhino menatap papanya dengan tatapan memohon.

"Tidak akan papa biarkan kamu tinggal lagi dengan wanita itu! Wanita kerjaannya jadi artis genit sana sini, masa depan gak jelas sama sekali!"

"Pa, ya wajar dong! Papa yang aneh. Cerai cuma gara-gara mama jadi artis. Salahnya dimana pa? Mama juga dibayar kok halal juga kerjanya. Kalau yang papa bilang genit itu ya wajar lah pa mama kan kebagian peran suami istri masak ya harus jauh-jauhan sama lawan mainnya sih pa?!"

Rhino narik nafasnya bentar. "Biar perannya lebih mendalami juga. Papa kayak gak tau dunia entertainment aja sih pa. Papa mau ngarepin apa? Gak saling tatap muka? Peran suami istri jauh-jauhan gitu? Papa gak ngedukung mimpi mama sama sekali. Konyol pa!" Rhino emosi.

"Rhino kamu diam! Kamu tidak tau apa-apa. Hidup sama papa jauh lebih baik! Kamu akan jadi orang sukses kalau kamu nurut sama papa. Dan kalau kamu berulah lagi, kita pindah rumah lagi karena papa malu. Otomatis kamu juga akan pindah sekolah. Kamu gak capek pindah-pindah sekolah terus?"

OH | 2Min Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang