Tidak terasa dua tahun sudah aku bekerja di salah satu departement store di kota Bandung. Lingkungan nyaman serta rekan kerja yang asyik membuatku betah bekerja di perusahaan ini. Aku banyak belajar dari para senior di masa awal bekerja karena memang ini pekerjaan pertamaku setelah lulus sekolah. Mengingat itu semua membuatku bertekad untuk memperhatikan juniorku kelak. Kesempatan itu datang juga ketika seorang anak perempuan bernama Vira dengan status magang bergabung.
Seperti anak baru kebanyakan, anak perempuan ini seringkali canggung dan terus bekerja seideal mungkin bahkan kuperhatikan, ia terlihat belum beristirahat dan berdiri saja menanti konsumen. Saat itu posisinya memang Sales Promotion Girl atau biasa disebut SPG sehingga dituntut untuk selalu siap sedia melayani konsumen dengan baik. Aku iba kala itu, lalu mempersilakan untuk duduk beristirahat sejenak di gudang sepatu dan tas tepat di belakang areaku sehingga jika ada konsumen membutuhkannya aku dapat segera memberitahunya. Lagi pula counterku dan Vira dekat sehingga dapat kuawasi sekaligus. Pekerjaannya tidak terganggu dan ia tidak akan kelelahan, pikirku. Anak magang tersebut dengan senang hati menerima tawaranku karena merasa cukup lelah. Ia pun duduk dengan tenang di tempat yang kutunjukkan.
Gudang ini cukup besar. Berlokasi di basement, berisi rak-rak tinggi tempat persediaan sepatu dan tas disimpan. Tidak jauh dari tempat ini terdapat parit kecil. Suatu hari pada musim hujan, air parit tersebut pernah meluap dan menggenangi lantai gudang cukup tinggi, merusak barang dagangan kami sehingga pihak perusahaan memasang sebuah pompa di salah satu pojok ruangan remang itu untuk menyedot air jika ketinggiannya terindikasi akan mengakibatkan banjir. Ada sebuah tangga sebagai penghubung toko tempatku berjaga dan gudang. Sementara Vira duduk dekat tangga. Ada sebuah aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi oleh siapa pun. Jangan pernah menyisir atau memainkan rambut ketika Maghrib di dalam gudang. Aku memberitahukan aturan tersebut pada Vira dengan tambahan, jangan pergi ke area pompa air karena di sana gelap sekali. Aku harus memberitahunya mengingat waktu menunjukkan pukul enam sore .Vira mengiyakan pesanku.
Aku meninggalkan Vira dan kembali ke counter sembari beberapa kali mengawasi counter Vira untuk melihat apakah ada konsumen membutuhkan bantuan atau tidak. Sepuluh menit berlalu. Kebetulan toko sedang sepi, kami tidak sibuk sama sekali. Beberapa teman menghampiriku, sedikit berbincang dan bercanda mengusir bosan. Tiba-tiba terdengar teriakan kencang. Kami semua terkejut. Aku spontan berlari ke sumber suara. Ya, ke gudang.
Aku panik mencari Vira yang tidak ada di tempat kutinggalkan tadi. Memanggil-manggil namanya. Terdengar ia berteriak-teriak di lokasi pompa. Aku mendekati Vira. Kondisinya sangat mengkhawatirkan. Ia berdiri dalam gelap, gemetar ketakutan dan terlihat mengusir sesuatu di hadapannya. Aku menarik tangannya agar ia bergerak dari situ lalu menyuruh untuk berlari di depanku tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. Kami terus berlari menjauhi pompa air hingga tiba di tangga. Beberapa teman sudah menunggu seakan tahu apa yang terjadi lalu membantu Vira untuk menaiki tangga ke luar dari tempat menyeramkan itu.
Vira duduk di counterku dengan wajah pucat pasi. Setelah terlihat cukup tenang aku bertanya mengenai apa yang dialaminya. Dengan suara bergetar Vira bercerita.
"Aku menyisir rambut ke arah depan agar rambutku terlihat lebih berisi dan rapi. Tepat setelah selesai melakukan hal itu, kulihat di tempat pompa air ada seorang wanita berpakaian putih berdiri diam. Kukira itu adalah seorang SPG juga sehingga aku ingin menyapa. Karena sangat gelap aku tidak dapat melihat dengan jelas. Ketika sudah sangat dekat, barulah aku sadar bahwa sosok tersebut bukanlah manusia. Ia berdiri diam dengan wajah tertutup rambut dan pakaian putih yang jelas bukan seragam pegawai seperti yang kukira sebelumnya. Aku takut, mencoba berlari sekencang mungkin tetapi tubuhku sangat berat, semua terasa bergerak dengan lambat. Hingga akhirnya aku dapat berteriak dan waktu berjalan normal kembali setelah tanganku kakak tarik."
Dari ceritanya aku tahu, Vira melanggar sebuah aturan tidak tertulis yang sudah aku jelaskan sebelumnya. Tanpa menunggu lama aku memintakan izin untuk vira kepada supervisor dan menjelaskan apa yang terjadi. Anak magang itu pun diizinkan untuk pulang lebih cepat. Beberapa menit berselang, Ayahnya datang menjemput.
Esoknya ada kabar bahwa Vira sakit. Kuduga ia cukup terpukul dengan kejadian mistis yang dialami. Tiga hari Vira tidak masuk kerja dan ketika akhirnya datang, ia menyampaikan surat pengunduran diri, berpamitan serta mengucapkan terima kasih kepada kami. Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengan Vira. Semoga saja kini ia telah bekerja di tempat yang baik dan nyaman.
Gudang tersebut memang terkenal angker. Banyak karyawan menjadi korban gangguan mistis, dari hanya merasakan aura membuat merinding hingga ditampakkan wujud para makhluk astral penunggunya. Aku bahkan tidak luput dari gangguan tersebut di awal masa kerja. Mereka yang ingin berkenalan menampakkan diri di hadapanku berupa sekelebat cahaya putih ketika malam hari saat aku menyalakan lampu gudang yang kala itu gelap. Aku hanya bisa berdoa memohon perlindungan dari Yang Maha Kuasa karena niatku di sini bukan untuk mengganggu mereka, hanya ingin bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupku. Kuharap niat baikku ini tersampaikan pada mereka dan mereka tidak menerorku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA
TerrorAku tidak ingin melihat mereka, tapi aku tahu mereka ada. Bersiaplah, karena kisah ini mungkin akan kalian alami juga. BERDASARKAN KISAH NYATA