Jika suatu lokasi memiliki aura kurang mengenakkan, kemungkinan "mereka" menetap atau menumpang lewat. Bisa jadi kalian tidak melihat, tetapi tentu saja mereka ada, di tempat yang sama namun dalam dimensi berbeda saling tumpang tindih. Gudang department store tempatku bekerja ini, misalnya. Beberapa rekan sering kali memintaku mengantar mereka jika ingin mengambil persediaan barang dagangan. Aku memang terkenal dengan sebutan "kuncen gudang", bukan karena memiliki kekuatan supranatural dimana "mereka" akan menghilang begitu aku datang, tetapi sejak awal berkarir di sini, aku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat penyimpanan barang, menghitung persediaan, mengambilkan produk permintaan konsumen dan lain sebagainya.
Bisa jadi karena penunggu gudang kerap melihatku hilir mudik, mereka menjadi mudah menyamar, menjelma menjadi diriku. Suatu hari seorang teman keheranan ketika berpapasan di counter karena ia baru saja mengambil barang dari gudang dan melihatku sedang tidur menelungkupkan wajah pada sebuah meja di sana. Ia berpikir bahwa aku kelelahan jadi membiarkan saja sosokku itu tertidur tanpa berniat menyapa. Lagi pula ia merasa tenang jika ada orang lain, sehingga tidak perlu merasa harus terburu-buru mengingat keangkeran di tempat itu. Tetapi sosokku bergeming hingga ia menyelesaikan tujuan dan meninggalkan gudang. Aku hanya menatapnya bingung. Karena sedari tadi aku belum menginjakkan kaki ke gudang. Lalu siapa yang temanku lihat?
Semakin hari kabar keangkeran ruangan besar dengan deretan rak tinggi tersebut santer terdengar berakibat banyak karyawan ketakutan bahkan ketika baru sampai di pintunya saja. Salah satu dari rentetan kisah mistis yang menjadi rahasia umum adalah kabar bahwa jika malam-malam tertentu akan ditemukan suara-suara dari bisikan hingga kegaduhan tak lazim meski tidak ada seorang manusia pun di dalamnya. Kebisingan akan diiringi oleh aroma semerbak bunga yang menyeruak. Sungguh suatu kejanggalan mengingat tidak ada tanaman apa pun di sana.
Satu sosok beberapa kali menampakkan diri kepada para pegawai. Seorang anak magang pernah menjadi korbannya. Ia mengundurkan diri tiga hari setelah melihat penampakkan itu. Kami menduga sosok perempuan mengenakan pakaian putih dengan rambut terurai menutupi wajah adalah makhluk yang menyerupai seorang karyawati korban kecelakaan nahas di dalam gudang. Dahulu sekali ada seorang pegawai wanita tewas tertimpa lift barang. Tidak ada seorang pun mengetahui ia sedang berdiri tepat di bawah lift. Perempuan ini menjadi urband legend. Diturunkan dari para senior pada junior. Bukan dengan tujuan menakuti tetapi agar setiap orang senantiasa menjaga sikap dan sopan santun karena kita tidak hidup sendiri.
Keseraman department store ini bukan hanya terletak pada gudang saja. Secara keseluruhan bangunan ini memiliki aura negatif yang kentara sekali. Gangguan dari makhluk halus pernah kualami sendiri. Hal ini membuatku terjaga selama berhari-hari. Kala itu aku mendapatkan shift siang sehingga harus pulang melewati waktu tutup toko yaitu malam hari sekitar pukul dua puluh dua. Adik sepupuku berbaik hati untuk menjemput. Beberapa menit lagi waktu pulang, dengan maksud mengingatkan, aku menelepon adik sepupu melalui telepon umum koin yang ada di tempat penerimaan barang ke toko. Di masa itu handphone merupakan barang mewah. Perusahaan sengaja menaruh sebuah telepon umum koin khusus untuk para pegawai. Ini pertama kali aku menggunakan telepon itu.
Suasana di sana sepi, aku tidak melihat karyawan lain. Langsung saja kuangkat gagang telepon, memasukkan koin dan memencet tombol-tombol membentuk rangkaian nomor. Suara koin masuk ke dalam penampungannya mengartikan bahwa telepon tersambung. Suara berbisik berat dan parau terdengar dari seberang sambungan.
"Halo..."
"Halo, Dek ini kamu kan?"
"Iya..."
"Jangan lupa jemput, ya. Ini sebentar lagi pulang."
"Baik, nanti dijemput..."
"Oke, makasih."
Segera kusimpan gagang telepon umum, lalu meninggalkan tempat itu. Suara di telepon tadi tidak terdengar seperti sepupuku, tetapi aku sudah menekan nomor yang benar dan suara itu pun mengiyakan ketika kupastikan identitasnya. Kuduga adik sepupuku itu sedang terserang flu sehingga suaranya berubah. Di tengah jalan aku bertemu dengan seorang satpam dan berbincang sedikit.
"Dari mana, teh?"
"Dari telepon koin, pak. Menelepon adik supaya tidak lupa menjemput."
"Loh, telepon itu sudah lama rusak, teh."
"Yang benar, pak?"
"Iya, maka dari itu telepon umumnya sepi, tidak ada yang pakai lagi. Kenapa mukanya seperti yang kaget teh?"
"Oh, bukan apa-apa, pak. Hanya saja koin saya tertelan tadi."
Aku sengaja membohongi satpam itu karena enggan ia ketakutan, apalagi tugasnya adalah berkeliling menjaga keamanan gedung di malam hari. Jika telepon itu rusak, lalu suara siapa yang berbicara denganku tadi? Pantas saja asing sekali di telinga, tidak seperti sepupu yang kukenali. Setelah dijemput, aku mengajak sepupuku mengobrol. Jelas sekali suara di telepon tadi bukanlah miliknya karena ia tidak sedang flu dan tidak bersuara sama dengan suara di telepon tadi. Berhari-hari suara itu terngiang membuatku sulit tidur.
Seakan belum cukup, kisah ganjil mengenai department store tempatku mencari nafkah terus bertambah. Seseorang pernah bersaksi bahwa suatu malam ia melihat makhluk besar hitam menyeramkan, akrab dikenal dengan genderuwo, merangkul gedung perbelanjaan ini. Saking besarnya, dagu makhluk itu bertopang pada atap gedung. Tidak ada kejelasan mengenai tujuan dr eksistensinya. Bisa jadi ia hanyalah penunggu, penguasa wilayah atau mungkinkah suatu bentuk dari penglaris yang sengaja difungsikan untuk meningkatkan penjualan department store ini? Lalu apakah ini berkaitan dengan suara gaduh dan aroma bunga di gudang pada malam tertentu? Entahlah, tidak ada yang berani mencari tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA
TerrorAku tidak ingin melihat mereka, tapi aku tahu mereka ada. Bersiaplah, karena kisah ini mungkin akan kalian alami juga. BERDASARKAN KISAH NYATA