Hitam

35 14 3
                                    

Aku sangat suka membaca. Secangkir kopi, sebuah buku ditemani lembayung senja sangat sempurna untuk menghabiskan sore hariku.
Sore itu aku duduk dikamarku membaca sebuah novel horor yang mengkisahkan seorang wanita yang mengalami nasib tragis sampai akhirnya meninggal dan menjadi roh yang memiliki dendam yang begitu besar.

Baru setengahnya buku itu kubaca, tiba-tiba perasaan ngeri menghampiriku. Aku yang ketika itu hanya seorang diri di rumah keluar dr kamar dan duduk di teras rumah berharap lalu lalang orang di depan rumah bisa mengusir perasaan ngeri ini. Tapi sore itu lingkungan rumahku sangat sepi. Tidak ada seorangpun yang lewat. Meskipun sepi, matahari sore sedikit menenangkanku.

Malam pun tiba. Seperti biasa, aku mematikan lampu kamarku, naik ke atas kasur, menarik bed cover bermotif bendera Amerika, berdoa, lalu merebahkan badanku, mencoba tidur.

Di tidurku aku bermimpi marah sekali kepada seseorang, entah siapa dan karena apa. Aku pun terbangun langsung terduduk sambil berteriak memaki seseorang dalam mimpiku. Setelah berteriak aku tersadar bahwa aku di kamarku dan seorang diri. Aku mencoba untuk tertidur kembali tetapi sangat sulit. Entah kenapa aku merasa sangat sedih, nyaris menangis. Dalan hati aku bertanya-tanya mengapa aku sangat bersedih?

Sampai 3 hari aku seperti itu. Bermimpi aneh lalu terbangun dan sulit tertidur kembali. Bahkan malam ketiga aku terbangun, bersedih, lalu menangis. Air mataku enggan berhenti, meski aku tidak tahu apa yang aku tangisi.

Esok harinya aku yang merasa bahwa rasa sedih yang seringkali aku alami ini bukanlah hal yang wajar. Setelah hari mulai larut dan semua pekerjaan rumah sudah aku selesaikan, aku menaiki motorku lalu menuju ke rumah kakekku. Tujuanku pergi kesana hanya satu, untuk bertemu sepupuku, sherly.

Sepupuku dapat melihat mereka yang tak kasat mata. Namun ia tidak dapat berkomunikasi dengan mereka. Seringkali ia hanya berpura-pura bahwa mereka tidaklah ada karena merasa ketakutan setiap kali melihat sosok mereka.

Setelah sampai di rumah kakekku, sepupuku sherly yang memang akrab denganku itu menyambutku. Tetapi begitu dia melihat ke arah belakangku, ia membalikkan badannya mencoba menjauh dariku. Aku memegang tangannya sambil bertanya "ada yang ngikutin ia y?" sebelum sepupuku sempat pergi. Sherly hanya sedikit menganggukkan kepalanya sambil berbisik ditelingaku, "abis darimana?kenapa bawa - bawa yang gitu?mana pake baju item lg, rambutnya panjang nutupin mukanya, ei serem liatnya". Aku yang mendengar hal itu sontak terkejut dengan perasaan takut yang mulai menjalariku.

Sherly mengajakku duduk di meja makan. Rumah kakekku saat itu sepi, kakekku dan saudara"ku tidak tampak, mungkin karena ini sudah mulai malam, jadi mereka bersantai di kamarnya masing-masing. Kulirik jam di handphoneku dan waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam hari. Detik jam dinding terdengar begitu kencang mengisi kami yang duduk dan membisu. Larut dengan pikiran kami masing-masing atau lebih tepatnya ketakutan kami.

Dalam diamku aku teringat seseorang yang ku kenal sejak kecil. Sebut saja dia Gilang. Sekitar dua minggu yang lalu kami sempat bertemu dan bercerita panjang lebar mengenai banyak hal. Gilang sempat menyinggung sedikit mengenai mereka yang tak kasat mata. Meskipun dia tidak berkata secara terang-terangan, aku sempat mendengar beberapa teman kami menyebutkan bahwa mereka dibantu oleh Gilang untuk urusan gangguan dari alam lain. Tanpa pikir panjang lagi, aku mencari nama gilang di handphoneku, menghubunginya melalui aplikasi chatting.

"Lang, sorry ganggu nih. Kayaknya, aku ada yang ngikutin deh"

Beberapa menit kemudian gilang membalas chatku.

"Ngikutin gimana maksudnya?"

"Iya gitu deh. Mbak kunkun kata sepupu aku yang aku cerita dulu itu, yang bisa liat gitu" balasku.

"oh, bentar ya siapa tau aku bisa bantu, ga janji tapi yee..." jawabnya.

Sekitar 5 menit kemudian Gilang membalas chatku kembali.

"Oi, iya bener ada yang ngikut. Terus mau diapain? Biarin ajalah, mayan buat nemenin klo lagi sendirian, haha..."

"Ogah. Usir ah...ngapain juga bawa-bawa yang begitu", balasku.

"dua-duanya?

"dua?!"

"Iya ada kakek-kakek sm mbak-mbak"

Rasa ngeri seketika kembali menghampiriku, mengetahui fakta bahwa selama ini aku dikelilingi "mereka". Aku meminta Gilang untuk mengusir keduanya. Tetapi Gilang berkata bahwa sosok kakek itu hanya menjagaku, jadi Gilang tidak bisa mengusirnya. tetapi sosok perempuan yang baru-baru ini mengikutiku itu akan cukup membawa dampak buruk untukku. Gilang berkata bahwa perempuan itu tidak akan mengikutiku lagi. Tapi dia akan pamit kepadaku sebelum pergi, anggap saja permintaan maafnya. Itu perkataan Gilang dalam chatnya sambil memberikan emoticon tertawa di akhir chat. 

Baru selesai membaca chat Gilang, angin dingin bertiup di telinga kananku, Rasanya seperti seseorang meniupi telingaku. Tetapi setelah itu, rasa sedih dan ngeri menghilang seketika. Mungkin benar sosok perempuan yang mengikutiku itu berpamitan lalu pergi. Aku mengucapkan terimakasih kepada Gilang. lalu melihat sepupuku yang kini berekspresi kebingungan. aku bertanya kepadanya ada apa, sepupuku hanya menjawab bahwa tiba-tiba yang mengikutiku itu menghilang. Aku tersenyum sambil pamit pulang kepada sepupuku itu.

Sesampainya di rumah aku merasa sangat lega dan bersyukur, karena tidak perlu lagi merasakan perasaan sedih aneh lagi. Tetapi seketika aku teringat kata-kata Gilang mengenai sesosok kakek yang menjagaku. Siapakah beliau?

ADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang