Chapter 6

5.8K 715 66
                                        

Nomor ponsel Renjun tidak bisa dihubungi. Dua kali Donghyuck bolak-balik dari sekolah ke kafe terdekat untuk mencari Renjun, namun tetap tidak ditemukan. Putus asa, Donghyuck memutuskan untuk menuju rumah Tuan Huang, siapa tahu remaja itu sudah pulang.

Awas saja jika sampai membolos lagi, Donghyuck akan memberikan tugas lebih sulit!

Usai memarkir mobilnya di pelataran, Donghyuck segera memasuki rumah bak istana milik Tuan Huang. Ia bertanya kepada salah satu asisten rumah tangga tentang keberadaan Renjun, dan katanya, remaja itu sudah pulang sejak tadi!

"Tadi diantar temannya naik motor, dan sekarang Tuan Renjun sedang berada di kamarnya."

Rasa kesal memupuk di dada. Donghyuck membuang waktunya untuk hal percuma. Kalau memang Renjun tidak mau menunggunya, apakah sulit untuk mengabarinya lebih dulu?

"Apa aku boleh masuk ke kamarnya?"

Wanita paruh baya tersebut mengangguk ragu. "Coba saja Tuan ketuk dulu. Biasanya pintu tidak dikunci."

Kamar Renjun terletak di lantai dua. Untuk sampai ke sana, Donghyuck harus mendaki tangga memutar. Di lantai tersebut, nyaris seluruh ruangan diinvasi oleh Renjun, seperti tempat gym terbuka, ruang tamu yang biasa mereka gunakan saat belajar, ruang khusus bermusik, dan entahlah, Donghyuck tidak begitu tahu.

Tiba di kamar Renjun, ternyata pintunya tidak tertutup dengan sempurna. Terdapat sedikit celah untuk ia melongok keadaan di dalam sana. Namun, begitu menemukan pemuda Huang sedang melakukan hobinya, Donghyuck tidak main-main untuk memberi poin minus lebih banyak.

Tanpa izin, Donghyuck masih ke dalam. "Huang Renjun, kau menonton film vulgar lagi. Apa kau tidak memiliki hobi lain?"

Renjun mendongak sekilas. Desisan yang keluar dari mulutnya bukan karena marah melihat Donghyuck tiba-tiba ada di kamarnya, tetapi karena kelakuannya sendiri yang terbawa suasana: sembari menonton, kedua tangannya sedang bekerja, menciptakan kenikmatan pada kejantanannya yang masih terbungkus celana.

"Kau ingin bergabung? Ah ...."

Mata Donghyuck melebar. Remaja itu benar-benar!

"Huang Renjun!" Bentaknya.

"Ah, diamlah, Ssaem! Sebentar lagi aku akan sampai."

Desahan yang keluar dari mulut Renjun mengalun merdu di telinga Donghyuck. Ia sempat tidak percaya dengan muridnya yang bahkan tidak merasa malu melakukan pelepasan di hadapannya.

Donghyuck mendeguk ludah kasar. Pemandangan itu terlihat seksi di matanya. Ditambah desahan Renjun yang bersahut-sahutan dengan video. Donghyuck tidak mau dirinya semakin kehilangan akal.

"Segera selesaikan urusanmu. Aku menunggu di luar."

Muridnya benar-benar nakal. Ketidaksenonohan yang dilakukan Renjun tidak dapat dicegah olehnya. Sudah telanjur dan kepalang tanggung, biarkan muridnya mendapat pelepasan lebih dulu.

Donghyuck duduk di sofa. Tubuhnya ia rebahkan sembari tangan yang menutupi muka. Ia sedang berupaya mengenyahkan pikiran-pikiran kotor yang menyerang otaknya.

Ia sadar bagian dalam dirinya bereaksi cepat saat melihat Renjun bersama dengan kenakalannya. Ini sungguh hal buruk. Pikiran Donghyuck sudah tidak waras lagi.

Belasan menit kemudian, Renjun datang dengan penampilan lebih segar dan wangi harum citrus dari tubuhnya menginvasi indra penciuman Donghyuck.

Guru itu beralih duduk tegap. Tiba-tiba ia merasa gugup.

"Ssaem," panggilnya.

"Sudah selesai?"

Renjun mengangguk sebagai jawaban.

"Bagaimana rasanya?" Donghyuck melipat bibirnya. Ia salah bicara. Semestinya ia tidak bertanya seperti itu. Masih saja gagal fokus.

"Rasa ... saat mencapai klimaks, maksudmu?" Pemuda Huang duduk di sebelahnya, terkekeh jahil menatap sang guru. Namun, pria itu malah bergeser duduk menjauhinya. Renjun mengernyit. "Ssaem, ada apa?"

Memperhatikan gerak-gerik gurunya, mata Renjun menyipit. "Ssaem, kau terlihat gugup. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

"Tidak ada," Donghyuck menggeleng cepat.

"Jangan bohong! Tadi kau bertanya bagaimana rasanya. Kau masih memikirkan kejadian tadi? Memikirkan bagaimana aku masturbasi?"

"A‐aku ...." Donghyuck ingin pergi. Ia ingin tenggelam ke rawa-rawa!

Renjun memandang lurus gurunya. Mimik muka pria itu tertangkap basah. "Ssaem, kau ini pria dewasa. Penasaran dengan rasa masturbasi bukankah aneh?"

Semakin diperhatikan, semakin aneh pula tingkah gurunya. Seperti remaja yang belum pernah melakukan masturbasi saja!

Renjut manggut-manggut seolah ada hal yang baru ia pahami. "Kau pria baik-baik, ya, Ssaem. Pasti kau jarang berlama-lama di kamar mandi selain untuk mencukur. Ah ... ternyata pria dewasa sepertimu ada juga yang masih lugu."

"Aku tidak lugu!"

"Benar, tidak ada pria lugu di dunia ini."

Hening kemudian. Donghyuck sudah lebih rileks dan rona merah di wajahnya memudar. Ia melirik Renjun yang masih menatapnya.

"Ssaem, jangan bilang kau belum pernah berciuman?" Tanyanya tiba-tiba.

Donghyuck mengangguk santai. "Kalau bibir dengan bibir memang belum. Lagipula aku tidak tertarik dengan hal semacam itu. Berciuman sama saja dengan bertukar ludah, dan itu sangat menjijikkan."

Mendengarnya, Renjun merengut kesal. "Kau berkata begitu karena belum pernah. Ssaem coba saja, pasti akan ketagihan!"

"Dengan siapa aku mencoba?"

"Kau tidak memiliki kekasih?"

Donghyuck menggeleng. "Orang sepertiku, memiliki kekasih?"

"Ah, benar juga. Kau 'kan pria kaku, mana ada yang mau denganmu."

"Banyak yang mau denganku, kok. Contohnya saja Kim Yeri yang kemarin kau temui, Seulgi Noona, Irene Noona, dan masih banyak lagi," balas pemuda Lee, sengaja menekan popularitasnnya, membuat Renjun mendecih.

"Aku yakin mereka hanya memandang ketampananmu saja."

Donghyuck turut membenarkan. "Mungkin saja. Zaman sekarang fisik adalah hal yang utama."

"Benar."

Masih dalam perhatian Renjun bagaimana pria itu mengeluarkan buku-buku dari tas, menggulung kemejanya sampai siku hingga kulit tannya membuat Renjun meringis. Gurunya kelihatan lebih seksi jika begitu.

"Ssaem, aku harus mengakui satu hal."

Donghyuck tidak menoleh. "Hm, apa itu?"

"Aku ... gay."












Weird Teacher | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang