"Aku ... gay."Pengakuan tersebut kontan membuat keresahan dalam benak Donghyuck. Tubuhnya menegang. Ia bergeming untuk waktu yang lama hingga Renjun menyimpulkan satu hal.
"Ssaem, apa kau membenci orang sepertiku?" Namun, gurunya terus bungkam. Ini benar-benar seperti yang Renjun pikirkan.
Donghyuck menoleh, tatapannya berujung memiliki emosi yang Renjun tak bisa pahami. "Kau mendapat lima poin minus karena menonton video vulgar lagi," katanya.
"Hari ini kuis. Kau bisa menjawabnya setelah aku selesai membuat soal."
Pemuda Huang tersenyum miring. Melihat bagaimana gurunya mengalihkan pembicaraan, sudah pasti asumsi yang ia buat adalah benar. Donghyuck membencinya.
Belajar dari pengalaman, dulu orang-orang terdekat Renjun juga melakukan hal yang sama saat ia mengaku orientasi seksualnya menyimpang. Hanya karena ia berbeda, mereka menjauhinya. Ketidakterimaan tersebutlah yang pada akhirnya menempa ia untuk bersikap lapang dada.
‐‐-
"Hei, kau di sini rupanya."
Yuta meletakkan tasnya, kemudian bergabung bermain basket dengan Donghyuck. Ia merebut bola dari tangan pemuda Lee dan men-drible-nya.
"Kau tidak menjemput muridmu?"
Donghyuck gantian merampas. "Aku tidak memiliki jadwal mengajar hari ini," setelah itu bolanya ia lempar ke dalam ring. Namun, ternyata lemparannya meleset.
Mereka bermain basket satu lawan satu sebanyak waktu yang mereka mau. Selama kurang dari tiga puluh menit, poin Yuta lebih unggul daripada Donghyuck. Selisihnya cukup jauh hingga Donghyuck mengatakan ia menyerah dan mengaku kalah.
Di lapangan indoor itu hanya ada mereka berdua. Akan tetapi, sedari tadi Mark berada di sana dengan perhatian yang selalu tertuju pada Lee Donghyuck. Ia bergegas pergi begitu Yuta menemukan dirinya.
"Mark mengawasimu." Donghyuck memutar kepala pada arah pandang yang ditunjukkan Yuta. "Dia baru saja pergi," tambahnya.
"Urusan kami sudah selesai."
Yuta menoleh cepat, isyarat matanya meminta penjelasan.
Usai meneguk air minum dalam botol, Donghyuck duduk di tepi lapangan, lalu diikuti pemuda Jepang. "Kemarin aku bicara dengannya. Dia mengatakan aku salah paham. Ya, oke, kalau begitu. Tapi yang tidak kumengerti adalah bagaimana bisa dia melakukan itu? Menyakiti saudaraku bahkan saat hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja."
Mendengarnya, Yuta tertegun. "Bagaimana selanjutnya? Kau sudah bisa menghubungi saudaramu?"
Donghyuck menggeleng. "Sampai sekarang masih belum."
"Dia pasti sakit hati."
Ia turut membenarkan. "Aku merasa bersalah padanya."
"Mungkin Hyung-mu perlu waktu untuk mencerna masalah yang dia lalui. Jangan terlalu merasa bersalah. Semua akan baik-baik saja."
Kemudian rangkulan di bahu seolah menguatkannya. Donghyuck tersenyum kecil. "Terima kasih, Yuta Hyung."
"Nah, sekarang ayo kita membicarakan hubunganmu dengan Renjun."
Mendadak, Donghyuck tidak berselera. Ia ingin menjauhi topik ini, namun ada yang perlu ia luruskan juga bersama Yuta.
"Hyung, kami tidak ada hubungan apa-apa, dan aku tidak menyukainya."
"Tapi, hari itu kau bilang-"
"Kau yang menyimpulkan sendiri, benar? Aku hanya mengatakan sedikit tertarik, bukan berarti aku suka. Ingat, aku bukan gay."
Seolah memahami, Yuta manggut-manggut. "Baiklah, intinya kau bukan gay dan menyukai Renjun adalah penyimpangan, benar begitu?"
Donghyuck ingin mengatakan 'ya' tapi secuil dalam benaknya, itu tidak benar. Bukankah wajar jika pria normal memiliki ketertarikan terhadap pria lainnya? Seperti ia yang menyukai Michael Jackson.
"Lee Donghyuck," panggil Yuta saat mengetahui kawan mainnya malah melamun. "Ah, sudahlah jangan dipikirkan. Kau menyukai Renjun atau tidak, gay atau bukan, itu hanya kau yang tahu. Aku janji tidak akan mengungkit lagi."
"Sekarang, bagaimana kalau kita makan saja?"
Dalam perjalan menuju rumah makan, Donghyuck merenung. Ia memantapkan diri bahwa ketertarikannya pada Renjun merupakan hal yang sama seperti ia tertarik dengan Michael Jackson. Dengan begitu ia merasa normal-normal saja menyukai sesama jenis.
Benar, aku bukan gay, katanya pada diri sendiri.
---
Hari yang membosankan.
Maksud Renjun, pernyataan itu ia ungkapkan ketika tidak ada kegiatan berarti setelah pulang sekolah. Selain karena hari ini ia tidak memiliki jadwal belajar bersama Donghyuck, faktor lainnya adalah ia yang masih tidak diperbolehkan pergi ke mana-mana.
Sebenarnya Renjun bisa saja tidak mengindahkan aturan ayahnya. Namun, menilik sepeda motor saja masih belum dikembalikan, ia tidak tahu apalagi yang akan disita ayahnya kemudian. Sebab terlalu banyak hal yang Renjun sukai; uang, misalnya.
Renjun merindukan saat-saat main bersama teman-temannya. Paling tidak, ia ingin berbagi situs-situs porno bersama Jaemin dan membicarakannya secara langsung.
"Aku bosan. Sangat-sangat bosan."
Ia meletakkan ponsel di atas dada sementara tubuhnya berbaring di atas tempat tidur dengan kaki menjulang ke tembok. Gaya santai Renjun sekali.
"Omong-omong ...," ia tiba-tiba terpikikirkan satu hal. "Kenapa aku mengaku gay pada guru sialan itu, sih?! Kalau dia sampai memberitahu Appa, tamatlah hidupku!"
Omong-omong, Renjun pernah memiliki kekasih pria saat duduk di bangku menengah pertama, namanya Guanlin. Pria itu yang membuat Renjun menjadi menyimpang selain karena kesukaannya menonton series boys love.
Suatu waktu saat Renjun mengajak Guanlin main ke rumahnya dan melakukan hal intim pertama kali, ayahnya melihat. Nahas sekali nasib mereka yang tidak direstui. Ayahnya marah besar hingga menyuruh Guanlin menjauhi Renjun dan mengatakan untuk jangan saling berhubungan lagi.
Renjun dihukum. Guanlin meninggalkannya, dan ia juga harus mengubah orientasi seksualnya karena paksaan sang ayah. Sebab Renjun adalah anak tunggal yang diharap-harapkan Huang Can Lie untuk dapat dibanggakan. Kemudian memiliki anak gay merupakan sebuah momok baginya.
Sesuatu yang dipaksa berujung tidak baik nantinya. Maka dari itu, Renjun harus pintar-pintar menyembunyikan identitas dirinya dari sang ayah. Namun, ia dengan gegabah malah mengaku pada Lee Donghyuck yang kemungkinan akan mengadu pada ayahnya.
"Ah, sial, Huang Renjun kau bodoh!"
Sudah bodoh, jatuh tertimpa tangga pula.
Tidak mau tahu, pokoknya guru aneh itu harus bisa menyimpan rahasianya! Bila perlu disogok dengan uang, Renjun rela mengoyak buku tabungannya berapa pun itu!
Mereka harus bicara. Sekarang!
Untuk itu, Renjun mengirimi pesan suara pada Donghyuck.
"Ssaem, kau di mana? Bisakah kau ke rumahku hari ini? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Penting!"
Dan, ia lupa mengatakan, "Bisa atau tidak bisa, kau harus tetap datang ke rumahku, mengerti! Aku tunggu jam berapa pun itu."
Ask:
Lebih pilih baca cerita genre angst happy ending, atau fluffy sad ending?Dijawab, ya, ini semacam survei. 🐟
![](https://img.wattpad.com/cover/278346747-288-k753941.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Teacher | Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Donghyuck adalah guru privat Renjun yang dibayar mahal oleh keluarga Huang. Nahasnya, ia harus sabar menghadapi Renjun yang memiliki hobi menonton video porno. Bahkan, pemuda itu terang-terangan melakukan mastu...