Chapter 13

5.3K 592 105
                                        

Patah hati kedua. Renjun pikir, ia dapat menerima kembali perintah sang ayah seperti hubungannya dulu dengan Guanlin yang terpaksa kandas. Namun, kali ini Renjun tidak mau begitu. Sekalipun—mungkin—Donghyuck mengatakan suka padanya karena terdesak, ia merasa harus memerjuangkan perasaannya.

Sebab, sudah cukup. Jangan lagi seperti dulu.

"Kau yakin dengan keputusanmu?"

Renjun mengangguk mantap. Di sisinya ada Jaemin dan Ji In yang setia memberinya dorongan atas tekad yang ia buat sendiri.

"Kau harus memberitahu gurumu, Ren. Katakan sejujurnya bahwa kau bersungguh-sungguh dengan perasaanmu," ucap Ji In.

"Ya. Aku akan mengatakannya nanti."

Jam pulang telah tiba. Sebenarnya tidak ada jadwal mengajar yang mengharuskan Donghyuck menjemputnya. Tetapi, Renjun meminta agar mereka bertemu.

"Ssaem, kita akan mengobrol di mana?"

"Aku akan membawamu ke suatu tempat, tidak jauh dari sini."

Sebuah gedung pencakar langit adalah tujuannya. Donghyuck menuntun Renjun agar mengikutinya untuk mencapai lantai rooftop gedung tersebut. Usai berada di sana, ia membiarkan Renjun diterpa angin kebebasan.

"Kau mengajakku ke tempat yang tepat," katanya sembari tersenyum tulus.

"Aku akan mencoba bicara jujur padamu." Donghyuck memulai, ia tidak suka berbasa-basi. "Hari itu, aku tidak bohong bahwa aku menyukaimu. Meskipun sempat ragu, tetapi aku sungguh-sungguh merasakannya."

"Kau yakin?"

Donghyuck mengangguk. "Ya, kau bisa melihatnya dalam mataku," jawabnya, lalu menyingkirkan poni pemuda Huang yang menghalangi mata karena angin.

"Kau tidak apa-apa? Maksudku, sebelum ini kau bahkan menegaskan padaku bahwa kau bukan gay."

Senyum geli dilepaskannya. "Ya, mungkin aku bukan gay. Aku hanya menyukaimu. Dan ini untuk pertama kalinya aku menyukai seseorang. Lelaki pula."

Mendengarnya, Renjun terkekeh. Ia membawa telapak tangan Haechan untuk mengelus pipinya. "Ssaem ... kau ingin berjuang denganku?"

Sepasang mata itu meredup. Muka Donghyuck berpaling darinya. "Aku tidak yakin, Renjun-ah. Tadi pagi, Appa-mu memberhentikanku menjadi gurumu. Jadi, kurasa ... akan sangat sulit bagi kita."

"Maksudmu, kau tidak akan berusaha lebih keras? Kita ... berhenti di sini?"

Tidak ada balasan lagi yang keluar dari mulut Donghyuck. Padahal, Renjun sudah menaruh harapan besar pada pria itu sejak pengakuannya tadi.

"Tidak apa kalau kau tidak ingin, Ssaem. Aku mengerti."

"Mengerti apa?"

Kening Renjun disentil gemas. "Jangan terburu menyimpulkan. Aku bahkan belum bilang apa-apa."

"Jadi?"

"Jadi?" Donghyuck mengulang dengan nada yang sama, membuat Renjun jengkel. Ia memeluk pemuda itu, sedikit mengangkat tubuhnya.

"Ssaem, bisakah lebih serius? Aku sedang khawatir, tahu!"

"Aku juga." Kali ini Donghyuck benar-benar mendekap tubuh mungil Renjun. Ia merasakan kenyamanan dalam tiap detak jantung yang pemuda Huang berikan.

"Selain menyukaimu, aku tidak tahu harus berbuat apa."

Renjun berdecak malas. "Apakah itu rayuan?"

"Bukan, bodoh. Aku serius mengatakannya."

Weird Teacher | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang