Chapter 20

3.4K 386 17
                                    

Tenggelam pikirannya hingga ke dasar. Bak lautan, Donghyuck mungkin sudah mencapai palung untuk menyelami perasaannya sendiri. Celakanya, ia belum menemukan cara kembali meskipun berulang-ulang pikirannya memutar hal yang sama.

Beberapa hari lalu, Tuan Huang Can Lie meminta bertemu. Donghyuck tahu cepat atau lambat hubungannya dengan Renjun akan dibahas pria itu.

"Jauhi putraku," kata Huang Can Lie, tanpa basa-basi usai melihat Donghyuck duduk, memenuhi panggilannya.

"Kau hanya akan merusak masa depan Renjun. Jadi, aku memintamu untuk segera mengakhiri hubungan kalian."

Tentang masa depan, Tuan Huang tidak berhak melabelinya sebagai perusak kehidupan Renjun. Pria itu tidak tahu apa-apa!

Donghyuck menggeleng tegas. Ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk memertahankan hubungan mereka. Disetujui atau tidak disetujui.

Maka, ia membalas. "Maaf, tidak bisa. Aku dan putramu saling mencintai."

Sorot mata Tuan Huang menyalak. "Cinta yang kau maksud adalah pembodohan! Terlalu bodoh jatuh cinta dengan sesama jenis. Gay menjijikkan," cemoohnya.

Donghyuck menegakkan posisinya. Gestur tubuh yang ditampilkan membuktikan ia tidak merasa terpengaruh oleh hinaan pria itu.

"Tuan, kau tahu ... hanya sedikit dari kaum gay seperti kami yang memedulikan pandangan orang. Bahkan anakmu sendiri membangkang padamu."

Bukan bermaksud kurang ajar. Donghyuck hanya membeberkan fakta dari kejadian yang ia lihat pada kakaknya sendiri. Mereka cenderung tidak acuh dengan situasi sekitar soal penyimpangan yang dilakukan. Disebut sampah sebab melanggar norma, juga disebut menjijikkan sebab orientasi seksual yang tidak bisa diterima.

Apakah Haechan dan Mark peduli?
Tidak. Mereka menebalkan muka, berjuang hingga sekarang mendapat kehidupan yang lebih layak di mata kedua orang tuanya.

Jika mereka saja bisa, bukankah ia dan Renjun pun dapat melakukannya?

Tuan Huang menggertak. "Putraku menjadi pembangkang gara-gara kau!"

Donghyuck menggeleng. "Tidak sepenuhnya karenaku, Tuan."

Tanpa disangka-sangka, pria terhormat itu mengeluarkan amplop tebal yang Donghyuck yakini adalah gepokan uang.

"Renjun anakku satu-satunya. Aku memohon padamu, tolong jauhi dia. Bukankah kau mencintainya? Maka biarkan dia bahagia dengan menjalani kehidupan normalnya."

Donghyuck tertegun. Ia tidak lagi menemukan sorot kemarahan di mata Tuan Huang, melainkan kesedihan yang mendamba harapan padanya.

"Tapi ... kami sudah bahagia."

Kepala Tuan Huang menggeleng. "Kebahagiaan kalian hanya semu. Kau dan Renjun meskipun saling mencintai, tidak akan menjamin kelayakan hidup di tengah masyarakat."

"Kau memang tidak peduli, tetapi aku ... sebagai orang tua Renjun satu-satunya, aku mengkhawatirkannya."

Donghyuck membisu. Keyakinan-keyakinan tentang hubungannya dengan Renjun menjadi tidak tetap. Apa yang dikatakan Tuan Huang adalah benar. Sebagai orang tua, tentu kekhawatiran mereka lebih besar terhadap anaknya. Dibandingkan dengan ia yang mengaku mencintai Renjun, tetapi hanya mengedepankan ego belaka.

"Uang ini tolong diterima sebagai pengganti biaya hidup anakku."

Donghyuck sebatas melirik, tidak berniat untuk mengambil uang tersebut.

"Aku berharap besar padamu, Nak."

Dan harapan Tuan Huang mengenai kandasnya hubungan antara ia dan Renjun menjadi persoalan yang dipikirkan setiap hari. Bahkan ia sampai mengabaikan Renjun.

Weird Teacher | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang