Gerimis di Kamis sore ini membuat cuaca sedikit dingin dan membuat jalanan sedikit basah. Melihat gerimis sambil menunggu hujan adalah hal yang menyenangkan bagi beberapa orang. Contohnya adalah pria yang berada didalam mobil yang berada di jalan raya. Ia melihat jalanan yang sedang gerimis ini dengan tatapan yang kosong. Sebenarnya ia sangat suka melihat hujan, saat melihat hujan ia akan senang karena menurutnya itu menyenangkan. Namun tidak untuk sekarang, pikirannya sedang kacau sekarang. Tiba tiba ia dibuat terkejut dengan ponselnya yang berdering tanda ada yang menelpon. Dia pun melihat siapa yang menelponnya dan ternyata itu adalah ayahnya. Ia sangat malas untuk mengangkat jadi ia tidak menghiraukannya.
" Maaf tuan muda, itu ponsel Anda berbunyi " kata pria yang duduk di kursi kemudi ia adalah sopir.
" Fokus menyetir saja pak " pinta pria yang duduk di belakang sambil melihat hujan dengan tatapan kosong, ia adalah Mashiho
" Baik tuan muda " balas sopir itu.
30 menit di perjalanan kini Mashiho sudah sampai di rumahnya. Ia masuk kedalam rumah namun betapa terkejutnya dia saat baru saja masuk ia sudah mendapatkan tamparan dari ayahnya. Ia menatap ayahnya tak percaya dan juga dengan penuh tanya. Sedangkan ayahnya yang berada dihadapannya sekarang terlihat sedang menahan emosi. Lain lagi dengan perempuan yang berada dibelakang ayahnya yang sekarang sedang menutup mulutnya dengan tangannya terkejut atas perbuatan suaminya terhadap anak semata wayang mereka.
" Kenapa kamu memukul anak orang hah?! " tanya ayah Mashiho sambil membentak.
Mashiho sangat terkejut dengan pertanyaan ayahnya. Bagaimana ayahnya bisa tau jika dia habis memukul Kang Woo Bin.
" B-bagaimana ayah tau? " tanya Mashiho
" Apa itu penting? Yang terpenting sekarang adalah bagaimana bisa kamu menjadi nakal sekarang " jawab ayah Mashiho
" Tidak ayah. Itu bukan seperti itu. Aku memukulnya karena ada alasan tersendiri " balas Mashiho yang semakin membuat ayahnya emosi
" Berani kamu melawan ayah hah?! " bentak ayahnya sambil menampar Mashiho, tapi ini aneh. Mashiho tidak merasakan pipinya sakit malah ia merasa ada orang lagi di hadapannya sekarang. Ia pun membuka matanya ternyata bundanya ada dihadapannya sekarang, dan orang yang terkena tamparan ayahnya tadi adalah bundanya.
" Bunda " panggil Mashiho pelan
" Masuklah kekamarmu, bunda tidak apa apa " perintah bundanya yang membuat Mashiho mengangguk dan masuk kekamarnya. Melihat Mashiho sudah masuk kamar, ayah Mashiho pun mulai meminta maaf kepada istrinya itu.
" M-maaf aku tidak bermaksud menamparmu " kata tuan Takata sambil memegangi pipi istrinya namun ditepis oleh sang istri.
" Kamu memang tidak bermaksud menamparku, tapi kamu bermaksud menampar putraku. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi " nyonya Takata menatap suaminya itu dengan tatapan tajam dan berjalan masuk kekamar meninggalkan suaminya.
Mashiho mendengar perbincangan orang tuanya itu dibalik pintu kamarnya sambil terduduk dilantai. Ia menangis sekarang. Kenapa ia harus mengalami ini semua, bukankah ini terlalu kejam untuknya. Tapi ia ingat bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan hambanya. Hujan semakin deras sekarang dan udara pun menjadi semakin dingin. Mashiho memeluk dirinya sendiri sambil menunduk menyembunyikan wajahnya dan menangis sendirian.
Kalian sampai sini udah mau nangis belum sih? Aku yang buat udah mau nangis 😭😭😭😭
Jangan lupa vote & komen
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL LIFE [TREASURE]
Short Story" Ini bukan sepenuhnya salah lo. Ini salah mereka yang terlalu egois dan mereka yang selalu mengkritik orang lain " balas Mashiho " Guys, gue mau minta sama kalian semua. Kalo suatu saat nanti kalian ada masalah tolong kasih tau kita jangan kalian...