Tidak mudah bagiku membenci mereka yang telah menorehkan luka di hatiku, meski kekecewaan sudah bertambah besar, namun tetap sama besarnya dengan keinginanku bisa tersenyum bersama mereka lagi.
~Hujan Rinduku~
***
Aku tersentak mendengar suara hujan, ternyata sejak semalam hujan masih belum berhenti. Aku meraba kasur mencari ponsel, tak biasanya aku letakkan ponsel di atas kasur begini, karna itu tidak baik, ada radiasi berbahaya.
Sejak semalam aku menunggu telfon dari seseorang, berharap Ayah, atau Kak Aldo, Kak Nasya berniat menghubunggiku, menanyakan kabar. Ternyata nggak ada riwayat panggilan tak terjawab, sebegitu tak berartinya aku bagi mereka? sampai-sampai aku di hiraukan dan ditinggalkan seperti ini, jadi nangis membayangkan betapa jahatnya mereka padaku.
Mataku beralih menatap jam diponsel, waktu menunjukkan pukul 03.05 pagi, dalam hati ada rasa syukur karna Allah beri aku kesempatan bisa bangun di waktu mulia, di sepertiga malam. Aku langsung berwudhu dan melaksanakan sholat tahajud, diakhir sujud aku memasrahkan segala kesakitanku pada Allah, jika memang ini takdirku, aku akan ikhlas, tapi bila masih ada kesempatan, hati ini akan bertekad samampuku meraih kembali apa yang harusnya aku miliki. Setelah tahajud, aku lanjut zikir dan sholawat, setelah itu baca surah Al-Waqiah.
***
Astagfirullah, aku berulang kali beristighfar karna kesiangan setelah tahajud tadi malam, suasana dingin dan hujan mendukung sekali untuk ketiduran, padahal aku berniat sholat shubuh tepat waktu, kulihat diluar jendela sudah agak terang, aku bergegas berwudhu untuk melaksanakan sholat shubuh.
Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, hujan sudah dari tadi berhenti, cuman aku masih bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Aku lihat Ibu baru keluar dari kamarnya akan segera berangkat ke kantor, aku menghampirinya, "Bu, hari ini Syifa boleh minta di antarin ke sekolah nggak, Bu, naik mobil Ibu? Syifa udah kesiangan dan kayaknya angkot udah nggak mungkin lewat." Pintaku dengan sedikit merengek.
Ibu menatapku, "Maaf sayang, bukan cuman kamu yang kesiangan, Ibu juga, dan hari ini Ibu ada rapat, kamu cari ojek aja enggak papa, kan?" Sesalnya menepuk bahu kiri ku
"Yaudah, Bu." Aku berlalu pergi.
Kayaknya beneran, deh, angkot dan ojek enggak akan lewat lagi, sudah 15 menit aku menunggu dari tadi, belum ada juga tanda-tanda kemunculan kendaraan umum, ya ampun, kok jadi kesal! Batinku mengerutu.
Yaudah, bolos saja hari ini, pikirku. Disaat aku sudah menyerah menunggu yang tak kunjung datang, aku sekilas melihat seseorang yang tak asing, itu, kan Fikri, batinku. Tanganku reflek melambaikan tangan ke arahnya.
Dia sepertinya mau putar balik ke arahku. Pikiranku tiba-tiba melayang melihat pakaiannya, kenapa dia enggak pakai seragam sekolah, ya?" batinku.
"Syifa." ucapnya sedikit kaget, setelah sampai didekatku.
YOU ARE READING
Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️
Teen FictionAsyifa Safitri, gadis pecinta hujan dan senja yang memiliki banyak impian di hidupnya, ia suka menuliskan mimpi-mimpinya di buka diary kesayangannya. Dibalik sifat cerianya ternyata ada luka terpendam yang membuatnya berubah jadi gadis rapuh. ...