Menutupi perasaan mungkin aku jagonya. Tidak mencari tahu tentangmu berhari-hari mungkin aku bisa. Tapi menutupi kekhawatiran disaat kamu salah paham tentangku, aku tak sanggup.~Hujan Rinduku~
***
Setelah keluar dari ruangan Buk Linda aku berjalan kembali ke kelas. Aku menemui Shila dan minta pendapat darinya, ini mungkin bukan pilihan yang sulit, tapi aku harus pilih yang mana dulu yang perlu aku maksimalkan.
"Kenapa minta saran segala si, Fa? Ini mimpi kamu, jangan sia-sia, kan." Saran Shila setelah aku ceritakan tentang kejadian tadi.
"Ujian ku bagaimana?"
Dia menatapku beberapa lama, "Impian itu atas segala-galanya. Kamu harus percaya, ujian pasti akan terlewati juga, lagian sekarang kelulusan tidak di tentukan dengan UN. Kalau seleksi PTN, kamu harus percaya bisa lulus jalur prestasi."
Benar juga apa yang di katakan Shila, impian harus di perjuangkan, karna impian ini adalah nyawa bagiku. Aku ingin dengar pendapat Fikri dulu, untuk membuatku lebih yakin dengan pilihanku.
Disaat aku berjalan menuju kelas Fikri, aku melihat Putra sedang menatapku dengan tatapan yang membuatku selalu saja tidak nyaman. Dia adalah teman masa SMP ku, dari dulu dia selalu mendekatiku namun tak pernah aku hiraukan. Aku tidak suka kalau ada laki-laki yang menatapku dengan tatapan aneh seperti itu, membuatku ingin buang muka bila bertemu dengannya.
"Syifa." Sapa pria yang selalu ku juluki aneh itu, karna sikapnya kadang benar-benar aneh, dia berkulit kuning langsat, dan bertubuh cukup tinggi.
"Kenapa, Put? Aku ada urusan!"
"Kenapa kamu selalu menghindar dariku? Padahal aku hanya ingin bicara sebentar."
Aku hanya menunduk, dan sesekali memandang rambut mengkilapnya yang terkesan rapi itu.
"Kalau boleh tahu, kamu mau kemana?"
"Itu..mau ke kelas Fikri sebentar."
"Kamu ada hubungan apa sama Fikri?" Tanyanya terdengar sangat sewot.
"Cuma temen." Jawabku singkat.
"Kamu bisa berteman baik sama Fikri, kenapa sama aku teman SMP kamu sendiri, kita nggak bisa sedekat itu?" Tanyanya masih dengan tatapan tajamnya.
"Kita kan juga teman. Udah, ya! " Tegasku masih tidak melihat wajahnya.
"Iya, tapi bisakan kita lebih dari sekedar teman?" Katanya membuatku semakin ingin menghindar.
"Serius, ya, aku lagi nggak ada waktu membicarakan ini, aku pergi, ya!"
"Sebentar, sekarang aku ingin bertanya serius, tolong jawab aku." Ucapnya dengan nada semakin meninggi.
Mendengarnya berkata seperti itu, membuatku semakin takut melihat ke arahnya, yang kulakukan hanya diam sambil menunduk.
"Sebenarnya kamu menghindari aku, karna kamu nggak mau dekat dengan laki-laki yang bukan muhrim kamu seperti yang selalu kamu bilang, atau kamu memang sebenarnya sudah punya hubungan sama Fikri?"
Jantungku semakin berdetak kuat karna ketakutan mendengar suaranya yang semakin keras, spontan aku berjalan menjahuinya. Apalagi mendengar pertanyaan yang nggak penting sama sekali.
"Syifa," Teriaknya, "Akan aku buktikan kalau apa yang ku bilang tadi benar. Bahwa seorang Asyifa, yang ngakunya muslimah dan nggak mau pacaran, ternyata pacaran juga, dasar munafik." Teriaknya lagi dengan suara lantang.
YOU ARE READING
Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️
Fiksi RemajaAsyifa Safitri, gadis pecinta hujan dan senja yang memiliki banyak impian di hidupnya, ia suka menuliskan mimpi-mimpinya di buka diary kesayangannya. Dibalik sifat cerianya ternyata ada luka terpendam yang membuatnya berubah jadi gadis rapuh. ...