☔Bab 10 - Kamu dan Hujan ☔

157 27 2
                                    


Disaat aku bertekad hati ini hanya boleh diisi oleh cintaku pada Allah, kamu malah hadir menyisakan kerinduan.

Sekarang,
Kuharap kita bisa saling membatasi untuk bisa menjaga.

~Hujan Rinduku~

***

Aku masih berdiri di bawah hujan. Mengenang masa-masa lalu bersama Keluargaku dulu, tidak peduli dengan derasnya hujan, aku tetap bertahan. Aku duduk di seberang jalan yang kebetulan terdapat batu yang besar, keinginan terbesarku cuma satu, aku hanya ingin memeluk keluargaku seperti dulu lagi.

Di bawah derasnya hujan, aku menutup mata dan memasrahkan segala permasalahan ku kepada Allah Swt. Aku hanya manusia biasa yang sangat lemah, dan tidak punya hak memilih kehidupan yang kuinginkan. Sebagai manusia aku hanya bisa menjalankan apa yang sudah menjadi ketentuanmu, Robb.

Air mataku perlahan terjatuh, aku memanjatkan doa-doaku kepada sang pencipta, aku benar-benar berada pada titik pasrah yang sangat dalam.

Teriakkan namaku oleh seseorang menyadarkanku dari doa-doa yang kupanjatkan. Setelah membuka mata, betapa terkejutnya aku melihat Fikri dari kejauhan yang sedang berjalan ke arahku. Aku tidak menghiraukan nya dan kembali menutup mata.

"Kak Nasya sudah cerita." Ucapnya dengan nada sedikit keras, sehingga membuatku kembali membuka mata.

"Kak Nasya cerita sama aku mengenai masalahnya sama Kak Farhan."

Aku kaget mendengar perkataan Fikri, kali ini aku yang memandangnya, "Kapan Kak Nasya cerita?" Bagaimana mungkin Kakakku itu malah memberitahu Fikri.

"Tadi aku ke rumahmu, Kak Nasya bilang, kamu sedang di luar lagi hujan-hujanan."

Aku hanya diam dan kembali menatap ke arah lain.

"Syifa." Dia menatapku sambil duduk di sebelahku, "Aku tahu ini adalah sekian banyak dari masalah kamu. Aku pernah bilang, sebanyak apapun masalah kamu, kamu nggak boleh lari. Jika belum mendapat jalan keluarnya, kamu harus pasrah dan sabar." Ucapnya mencoba menasehatiku.

Aku memandangnya, "Aku bukannya menyerah, aku hanya ingin mengenang masa laluku di sini."

"Tadi Kak Nasya bilang, kalau kamu ingin ke rumah Kak Farhan untuk mengatakan yang sebenarnya sama Kak Aldo."

"Iya, tapi aku berubah pikiran."

Dia memandangku, "Aku mengerti dengan keinginanmu, Fa, tapi yakinkah kamu ini adalah saat yang tepat? Tanyanya khawatir, "Aku pernah dengar Kak Aldo tidak ingin melihat kamu datang ke sana lagi, ataupun membujuknya untuk pulang. Kalau kamu mengatakan sekarang, kemungkinan besar dia mengganggap ini adalah sebagian rencana kamu untuk membuatnya pulang."

Aku menatap Fikri, ucapannya ada benarnya juga, aku benar-benar sudah pasrah dengan semua ini.

"Lebih baik kita susun rencana kita baik-baik, kita ajak Kak Nasya dan Kak Giselle untuk membongkar kejahatannya Kak Farhan." Ucapnya menjelaskan panjang lebar.

"Kita?" Tanyaku menatapnya, "bukannya kamu sudah membatalkan rencana kita." Ucapku, Meskipun kejadian itu sudah tiga hari yang lalu, aku tidak pernah lupa sama perkataan Fikri, kalau dia pernah bilang tidak mau membantuku menyelesaikan masalah keluargaku lagi.

"Sekarang aku paham dengan semua yang kamu rasakan. Jika tidak ada satu orang pun yang percaya dan peduli sama kamu, yakinlah, ada aku yang akan selalu percaya dan peduli sama kamu."

Aku menatapnya tidak percaya, bisa-bisanya seorang Fikri mengatakan kalimat yang selama ini belum pernah aku dengar dari siapapun, meskipun dari Ayahku sendiri.

Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️Where stories live. Discover now