🌈Bab-3 Bertahan atau Menyerah?🌈

213 33 5
                                    

Jawaban mereka sudah kudengar, meski tak pernah terbayangkan, mereka memilih lari dari kenyataan, membiarkan aku berjuang sendirian, sekarang yang tersisa hanya hati yang rapuh dan patah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jawaban mereka sudah kudengar, meski tak pernah terbayangkan, mereka memilih lari dari kenyataan, membiarkan aku berjuang sendirian, sekarang yang tersisa hanya hati yang rapuh dan patah.

~Hujan Rinduku~

***

Dia itu Fikri, ketua osis di sekolahku. Dia mungkin tidak mengenalku, karena kita memang beda kelas. Aku tau kenapa dia bisa mengenal Kak Aldo, karena dia juga anggota geng motor.

"Ada apa ini, Kak? dia siapa? Fikri menunjuk kearahku.

"Eh, Fik, kebetulan kamu kesini, tolong kamu antarkan Adik aku ini pulang, ya!" perintah Kak Aldo melirik kearahku.

"Gak, Kak, Syifa gak akan pulang sebelum Kakak ikut pulang." Aku berusaha tegas.

"Kamu benar-benar keras kepala, ya." dia terlihat emosi, sambil mendorong tangan kanannya menuju pipi kiriku.

Saat itu, aku melihat satu tangan dengan cepat menangkap tangan Kak Aldo, siapa lagi kalau bukan tangan Fikri, dia menggagalkan tamparan Kak Aldo padaku, "Kakak boleh berkata kasar padanya, Kak, tapi aku ingatkan jangan main fisik, apalagi dia itu Adikmu, kan?" ucapnya membelaku.

"Kamu jangan ikut campur, ya, mendingan sekarang kamu pergi." geram Kak Aldo semakin menjadi-jadi.

Melihat Kak Aldo semakin bersikap keterlaluan dan memarahi orang yang tidak bersalah, aku tidak bisa berdiam diri lagi dan mencoba mengungkapkan kekesalanku, "Jangan marah ke dia, Kak. Kalau Kakak mau marah, marahlah sepuasnya pada Syifa, sampai Kakak bisa kembali seperti Kak Aldo yang dulu."

Kak Aldo menatapku tanpa reaksi.

"Kakak menamparku kak?" tanyaku kecewa, "Seumur-umur aku enggak pernah ditampar oleh Ayah dan Ibu. Kenapa Kakak tega? Tidak bisakah Kakak bicara baik-baik, Kak?" aku makin tidak mampu menahan kekecewaanku.

"Baiklah, jika memang itu keinginan Kakak, mulai sekarang Syifa enggak akan menemui Kakak lagi. Syifa pamit, Kak.'' sambungku menahan rasa kecewa yang terlalu banyak.

Kak Aldo hanya diam.

Dengan perasaan sedih dan kecewa, aku langsung pergi dari hadapannya. Aku tidak menyangka sumber kebahagiaanku yangtersisa, yang kuharap mampu menjadi penyamangatku saat ini, malah membentakku kasar. Kenyataan ini membuatku lemah.

Langkahku terhenti, setelah melihat Fikri tidak ada disebelahku, kemana dia? Aku harus mencari dan berterima kasih padanya, batinku.

"Kenapa? mencariku? tanyanya seraya menghampiriku dari belakang.

"Ya, aku ingin berterima kasih." Aku berusaha tersenyum.

''Kamu tidak perlu berterimakasih, aku punya prinsip dalam hidup untuk selalu membantu dan membela orang yang benar dan pantas untuk dibela." ucapnya terdengar dingin.

Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️Where stories live. Discover now