Ini bukan perihal bingung memilih antara dua pilihan, ini hanyalah perihal memilih mendahulukan apa yang di prioritaskan. Karna ada hal yang harusnya kita dahulukan dan kita manfaatkan.~Hujan Rinduku~
***
Misi PertamaKeesokkan Paginya, sebelum Ibu pergi ke kantor, aku dan Kak Nasya sudah lebih dulu datang ke kantor Ibu. Kita memberikan surat izin pada bagian pimpinan kantor untuk memberi izin agar tidak masuk sehari ini. Jika Ibu tidak bisa memberi waktunya pada kami, biar kami yang membuat waktunya tersedia untuk kami. Kami hanya ingin menghabiskan waktu bersama Ibu yang jarang sekali kami dapatkan.
Kebetulan Kepala Kantornya sudah kenal dengan kami karna pernah mampir ke rumah beberapa waktu yang lalu. Dia mengetahui selama ini Ibu sudah bekerja terlalu keras.
Pihak pimpinan kantor menyetujui keinginan kami, dan kami meminta pihak kantor untuk melarang Ibu masuk ke kantor dan tidak memberi tahu alasan yang sebenarnya.
Sekarang aku dan Kak Nasya tinggal menunggu Ibu datang ke kantor. Kita tidak sabar melihat reaksi Ibu yang dilarang masuk ke kantor hari ini. Aku berharap cara yang kita buat berjalan sesuai rencana, kalau berhasil, Ibu harusnya tidak punya alasan menghindari waktu bersama kami seharian ini.
Akhirnya Ibu datang juga, Ibu mulai memasuki kantornya. Beberapa lama kemudian, Ibu akhirnya keluar kantor lagi, ternyata pimpinan kantor itu benar-benar berniat membantu kami. Ibu benar-benar tidak di bolehkan masuk, sesuai dengan rencana yang kita inginkan.
Aku dan Kak Nasya menghampiri Ibu, kita menarik tangan Ibu, Ibu sempat menolak ajakkan kita, tapi karena dorongan berbagai alasan yang kami katakan, akhirnya Ibu menerima untuk kita ajak jalan-jalan.
Kita mengajak Ibu pergi ke Kota Padang menggunakan kereta api, tiketnya sudah kami belikan sebelumnya, dan tidak ada alasan Ibu untuk menolaknya lagi. Sudah lama sekali kita tidak jalan-jalan jauh seperti ini. Kenapa padang yang kita pilih? karena kami ingin mengingatkan pada Ibu, suatu tempat yang mulia, yang menyimpan banyak kenangan keluarga kita. Suatu tempat dimana kita pernah saling mengutarakan keinginan kita seperti berdoa bersama bila mendekati lebaran. Tempat itu di Masjid raya Sumatera Barat.
Aku melihat Ibu bahagia ketika kami baru sampai disana. Sepertinya Ibu masih mengingat kenangan itu, waktu kita sama-sama salat berjamaah disini. Aku sangat merindukan masa itu, masa yang mungkin tidak akan terulang lagi di lebaran tahun ini.
Kami memasuki Masjid itu dan langsung salat tahyatul Masjid disana. Kami tidak henti-hentinya memandanggi ke atas melihat keindahan yang terdapat di bagian atap Masjid raya yang leteknya di Kota Padang tersebut.
Aku menyadari Ibu tersentuh, ku putuskan untuk bicara dari hati ke hati, "Syifa yakin Ibu pasti masih ingat, Bu. Syifa sampai sekarang juga masih ingat, dan nggak akan mungkin bisa lupa. Kami berharap masa-masa itu akan kembali terulang. Kami ingin Ibu sama Ayah kembali bersama, sehingga kita salat lagi disini sama-sama."
Ibu hanya diam dan kembali memandanggi Masjid. Sebenarnya Kita tidak ingin memaksa Ibu untuk menjawab iya atau tidak di sertai alasannya. Biarlah Ibu memikirkannya dulu.
Kami meninggalkan Masjid, kemudian makan siang di restoran Padang dekat Masjid. Aku melihat Kak Nasya menatapku dan memberi kode akan bicara pada Ibu.
"Ibu, kita berdua bahagia sekali hari ini, bisa jalan-jalan sama Ibu." Kak Nasya menatap Ibu, "Bu, kami nggak mau munafik jika kami mengatakan kami bisa bahagia dengan situasi keluarga kita sekarang, karna jujur saja, Bu, kami ingin Ayah dan Ibu kembali bersatu. Terserah Ibu mau bekerja sampai malam lagi. Kami cuma ingin kita bersama-sama lagi seperti keluarga." Mata Kak Nasya sepertinya berkaca-kaca.
YOU ARE READING
Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️
Teen FictionAsyifa Safitri, gadis pecinta hujan dan senja yang memiliki banyak impian di hidupnya, ia suka menuliskan mimpi-mimpinya di buka diary kesayangannya. Dibalik sifat cerianya ternyata ada luka terpendam yang membuatnya berubah jadi gadis rapuh. ...