Aku bersyukur bisa mengenalmu,
Karnamu aku nggak takut lagi menjadi pemimpi.
Segala sesuatunya ada,
Segala sesuatunya nyata,
dan bumi hanyalah debu dibawah telapak kaki kita.~Hujan Rinduku~
***
Malam harinya, aku pergi ke bescemp tempat aku janjian sama Fikri. Aku berharap dia menepati janjinya untuk menemaniku menggagalkan pertandinggan Kak Aldo. Setelah lama menunggu, belum juga ada tanda-tanda keberadaan Fikri.
Aku menarik napas perlahan, mungkin dia masih marah, aku memutuskan pergi sendirian kesana.
Langkah pertama aku harus cari keberadaan Kak Aldo dulu.
Setelah lama mencari-cari keberadaan Kak Aldo, akhirnya aky menemukannya diseberang jalan itu bersama teman-temannya, aku mendekat pada Kakakku itu, "Kak, kenapa kak? Shifa ngerti semua orang bisa berubah, tapi Syifa gak nyangka kenapa Kakak jadi seperti ini? .kenapa harus bersamaan dengan kekecewaan Syifa pada Ayah dan Ibu?" keluhku dengan air mata yang sudah aku tahan-tahan namun akhirnya tumpah juga.
Kak Aldo menatapku sendu. "Dek, Sekarang keadaannya sudah beda."
"Kak, semuanya belum terlambat. Kalau Kakak mau, kita sama-sama berjuang lagi membuat semuanya seperti dulu, tapi Syifa gak bisa sendiri. Syifa butuh Kakak." ucapku dengan nada memohon.
"Percuma, Ayah dan Ibu egois, mereka gak akan mau untuk merubah keputusan mereka"
"Kita harus berusaha, berjuang dan kompak lagi untuk membuat mereka bersatu, Kak" pintaku kembali memohon.
Kak Aldo menarik napas pelan. "Maaf, Dek. Kakak gak bisa." Dia meninggalkanku begitu saja.
Aku berusaha mengejar Kak Aldo, namun Fikri yang baru sampai disana menghalanggiku, "Syifa, percuma, Kakak Kamu gak akan mendengarkan kamu."
"Fikri," ucapku seketika kaget melihatnya, "Kamu datang? Aku pikir kamu masih marah dan biarin aku sendirian."
Dia tersenyum kecil "Gak lah, Fa. Nanti kamu kenapa-napa lagi. Lagian aku udah janji" dia menatapku.
Aku benar-benar bingung dengan sikap Fikri, kadang dia menjadi orang yang paling dingin dan menyebalkan, tapi kadang dia juga bisa baik dan care.
"Yaudah, kita cari Kak Aldo kesana, yuk!" Ajakku.
"Jangan, Fa, pertandinggannya sudah mau dimulai."
"Tapi gak ada cara lain, Fik." Aku menatapnya kesal, "kalau Kamu takut, biar aku sendiri aja."
"Bukannya aku takut, tapi Fa..."
"Aku gak peduli, pokoknya aku akan masuk dan menghentikan pertandingan itu." Aku menatap Fikri untuk meyakinkannya.
"Gini ya, Fa, pertandingan ini itu di jaga ketat sekali, nanti kamu bisa celaka."
YOU ARE READING
Hujan Rinduku (Keluarga, Cinta, dan Impian) ☑️
Teen FictionAsyifa Safitri, gadis pecinta hujan dan senja yang memiliki banyak impian di hidupnya, ia suka menuliskan mimpi-mimpinya di buka diary kesayangannya. Dibalik sifat cerianya ternyata ada luka terpendam yang membuatnya berubah jadi gadis rapuh. ...