6. Murid baru

467 42 67
                                    

Happy reading!

"Ma," panggil gadis berambut hitam itu.

Wanita paruh baya yang sedang menata sarapan di atas meja itu mendongak sebentar, menatap anak perempuannya. Tak urung menjawab, "kenapa? Kamu mau apa?"

Gadis itu menggeleng pelan. "Mama, nggak ada niatan buat jemput Kesya?" tanya Keyla menatap penuh harap ke arah Karin.

Ya, gadis itu adalah Keyla. Keyla Galviraa Anatasha, saudara kembar Kesya.

Karin terdiam sebentar, kemudian melanjutkan pekerjaannya kembali tanpa menjawab pertanyaan Keyla.

"Abang kamu udah bangun belum? Tolong panggilin, ya. Sarapan udah siap. Mama mau manggil Papa dulu," ujarnya mengalihkan pembicaraan.

Keyla mendesah kecewa. Lagi-lagi Karin mengacuhkan pertanyaannya. Sudah berkali-kali ia menanyakan pertanyaan itu kepada Karin dan Rafli, namun tidak pernah terjawab. Mereka seolah tidak ingin membahas itu dan selalu mengalihkan pembicaraan.

Gadis itu memutuskan untuk naik ke atas, ke kamar Abangnya. Diketuknya pintu berwarna hitam itu pelan.

"Bang Arka, disuruh ke bawah sama Mama. Sarapannya udah siap," teriak Keyla dari luar kamar.

Tak lama pintu terbuka menampilkan seorang cowok berusia sembilan belas tahun dengan kemeja kotak-kotak berwarna navy yang tidak terkancing, memperlihatkan kaos berwarna putih di dalamnya.

Menatap datar Keyla, lalu melangkah menuruni tangga tanpa mau repot-repot menyapa adik keduanya itu.

Begitulah sikap Arka semenjak Kesya tidak lagi tinggal di rumah ini. Arka menjadi sosok yang dingin.

Keyla menghela napas berat melihat Arka yang acuh dengannya. Ia sudah terbiasa ditatap seperti itu oleh Arka semenjak saudara kembarnya tidak ada di sini.

Ia pun memutuskan untuk menyusul ke meja makan. Terlihat Karin yang sedang mengambil beberapa lauk untuk Rafli, dengan Rafli yang sudah rapi dengan setelan jas kantornya. Serta Arka yang duduk tenang menikmati sarapan paginya.

Baru saja Keyla mendudukkan diri, kursi di sampingnya berderit mengalihkan seluruh atensi.

"Arka berangkat," pamit Arka singkat lalu menjauh dari sana.

Keyla hanya menatap sendu abangnya itu. Selalu saja seperti itu. Kalau boleh jujur, ia rindu dengan sikap hangat Arka. Ia rindu Kesya. Ia rindu semuanya. Sedangkan Karin dan Rafli, kedua orang itu menatap Arka dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

_____

Kesya sedang berdiri memperhatikan halaman luas SMA Bina Bhakti dari gerbang utama. Dari segi gedung dan lain-lain, Kesya akui SMA ini lebih bagus dari sekolahnya dulu di Yogyakarta. Tapi, bersekolah di Yogya lebih nyaman menurutnya dibandingkan sekolah di Jakarta. Mungkin karena ia sudah memiliki banyak teman di sana.

Ia juga merasa sepi setelah pindah ke Jakarta, mungkin karena Kania dan Rudi yang biasa menyambutnya di pagi hari kini tidak akan menyambutnya lagi dengan hangat. Karena mereka sudah berbeda kota sekarang.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi, yang berarti gerbang utama sekolah ini sudah ditutup rapat. Ia tadi sebenarnya berangkat pukul enam pagi. Tapi karena ada kendala kecil pada motornya, jadilah ia baru sampai saat pagar sudah tertutup. Untung ia murid baru.

Melepaskan helm-nya, ia berjalan menuju pos satpam.

"Pak, bukain dong!"

Satpam berkepala plontos dengan perut yang sedikit membuncit serta kumis yang melintang itu mengernyitkan dahinya sebentar, tak urung bertanya, "kamu murid baru?"

SEBASTIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang