2. Kesya Gilvaraa Anatasha

551 50 86
                                    

Happy reading!

Seorang gadis duduk termenung di bangku taman tak jauh dari rumahnya. Pandangannya fokus menatap ke depan, melihat pemandangan yang menyayat hati sekaligus membuatnya iri. Dimana terlihat sebuah keluarga kecil yang sedang menghabiskan waktu bersama di sore hari. Dapat dia lihat bagaimana bahagianya gadis kecil itu ketika sedang bermain dengan Ayahnya dan tertawa bersama Ibunya.

Kesya Gilvaraa Anatasha, itulah namanya. Dia tersenyum kecut saat mengetahui bahwa mungkin ia tak bisa merasakan momen itu lagi bersama keluarganya. Semua kebahagiannya sirna ketika ia harus menuruti keinginan orang tuanya yang menyuruh dirinya agar tinggal bersama kakek dan neneknya di Yogyakarta.

Terlihat gadis kecil sedang menangis. Ia terus menerus mengusap air matanya yang tidak mau berhenti keluar. "Kesya nggak mau tinggal sama Oma dan Opa, Ma. Kesya mau tinggal di Jakarta aja sama kalian."

"Ssttt, Kesya sayang kamu tinggal sama Opa dan Oma dulu, ya? Mama dan Papa harus fokus merawat Keyla dulu yang lagi sakit. Kamu mau kan lihat kembaran kamu sehat lagi dan bisa main sama kamu lagi?" tanya Karin —Mama Kesya— sembari mengusap lembut rambut Kesya dan dibalas anggukan oleh gadis itu.

Kesya memang memiliki saudara kembar bernama Keyla Galviraa Anatasha dan satu kakak laki-laki bernama Arka Aditya. Tapi saudara kembarnya itu sudah beberapa bulan ini mengidap penyakit serius yang mengharuskannya untuk dirawat secara intensif. Maka dari itu orang tuanya memutuskan untuk menitipkannya pada Oma dan Opanya di Yogya.

"Ya sudah, kalau gitu Kesya mau ya tinggal sama Opa dan Oma?" Kesya hanya mengangguk sembari mengusap air matanya menggunakan punggung tangan.

"Kami janji akan selalu mengunjungi Kesya setiap bulan kesini. Nanti kalau Keyla sudah sembuh, Papa dan Mama akan jemput kamu," ujar Rafli —Papa Kesya— yang sedari tadi hanya diam.

"Apa kalian harus meninggalkan Kesya di sini? Tidak bisakah kalian tetap merawatnya? Kasian dia masih kecil, Rafli. Dia juga butuh kasih sayang orang tuanya," saur Kamila —Oma Kesya, Keyla, dan Arka.

"Tidak bisa, Bu. Kami harus benar-benar fokus merawat Keyla," sahut Karin.

Rudi —Opa Kesya, Keyla, dan Arka— hanya bisa menghela napas pelan. "Ya sudah, kalau itu sudah keputusan kalian. Biarkan Kesya bersama kami."

Rafli dan Karin mengangguk. Mereka memeluk kembali anak keduanya itu untuk terakhir kalinya.

Kesya menghela napas sejenak saat ingatan itu tiba-tiba muncul kembali membuat ia merindukan keluarganya yang ada di Jakarta. Kesya memang tidak pernah bertemu lagi dengan orang tuanya setelah ia dipindahkan ke Yogya. Ayahnya janji akan menjenguk setiap satu bulan sekali, tapi semua hanya omong kosong. Jangankan menemuinya, menanyai kabarnya saja tidak pernah jika bukan Arka atau Keyla yang memaksanya. Itupun sudah terbilang cukup lama sekali mereka menanyai kabarnya. Karena semenjak satu tahun setelah ia di Yogya, keluarganya tidak ada lagi yang menanyai kabarnya.

Kesya bangkit dari duduknya. Diliriknya arloji yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, ternyata waktu berjalan begitu cepat. Rudi dan Kamila pasti sudah menunggunya di rumah.

Kesya melangkahkan kakinya menuju rumah minimalis berwarna putih dan abu-abu pucat tak jauh dari tempatnya berada sekarang. Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone berwarna putih. Mulutnya sesekali ikut bersenandung kecil menikmati alunan musik yang terdengar. Langkahnya terhenti saat merasakan pundaknya ditepuk keras oleh seseorang.

"Woi! Sendirian aja, Neng," celetuk seorang cowok berperawakan tinggi itu.

Kesya menoleh ke samping dan mendengus saat menemukan orang yang telah menganggunya menikmati alunan merdu dari earphone nya. "Nggak! Gue berdua sama setan."

SEBASTIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang