9. Long time no see

438 27 72
                                    

Happy reading!

Kesya duduk di teras rumah dengan memakai setelan kemeja berwarna biru garis-garis yang dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam serta celana kulot panjang berwarna senada.

Sore ini rencananya ia akan menghabiskan waktu dengan ketiga sahabat barunya untuk jalan-jalan.

Tapi sudah tiga puluh menit ia menunggu, teman-temannya itu belum juga memunculkan batang hidungnya. Ciri khas orang Indonesia ya begitu, janji pukul berapa tetapi datang selalu lebih dari waktu yang telah dijanjikan.

Karena sudah terlalu bosan, ia memutuskan untuk menelepon Adel.

"Woi, kalian di mana sih anjir?! Gue udah lumutan nih nungguin, kalian nggak dateng-dateng," cerocosnya setelah panggilan tersambung.

"Ini kita udah di depan rumah lo, anying. Liat sini makanya, emosi mulu mbaknya."

Kesya mengalihkan pandangannya ke depan dan menyengir bodoh. "Ya mangap, abisnya tadi nggak ada. Yaudah, bye. Gue ke sana."

Setelah menutup sambungan telepon, Kesya melangkah menuju mobil yang terparkir di depan pagar rumahnya. Tanpa menunggu lama ia masuk ke dalam mobil tersebut dan sudah ada ketiga sahabatnya.

"Lama amat lo pada. Kemana dulu, sih?" kesal Kesya.

"Tuh, si Jihan kelamaan nyari sepatu. Kebiasaan sepatu nggak pernah ditaro di rak, sih."

"Ih, kok nyalahin gue. Lo juga lama dandan dulu tadi," sahut Jihan tak terima dengan ucapan Adel.

"Dahlah gue yang salah. Berangkat, Sill. Kelamaan nungguin mereka debat dulu mah," kata Kesya yang diangguki oleh Silla.

Setelah dua puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di salah satu pusat pembelanjaan di Jakarta.

"Terus kita mau kemana ini?" tanya Silla setelah mereka menginjakkan kaki masuk ke dalam bangunan besar itu.

"Makan aja dulu deh, yuk. Nanti baru kita keliling," usul Kesya dan diangguki oleh mereka bertiga.

Mereka memasuki salah satu restoran yang berada di lantai dua. Kata Adel, di sana makanannya enak-enak. Ya, sudah mereka hanya menurut saja.

Kesya memanggil seorang writers setelah duduk di salah satu meja dekat jendela. Selama menunggu pesanan, mereka memutuskan untuk mengobrol saja sambil sesekali tertawa sebelum pekikan Adel mengagetkan mereka.

"DEMI APA ANJIR INTI ARTRADA JUGA LAGI ADA DI SINI?!" pekiknya heboh sesaat setelah melihat ponselnya.

"Adel bisa nggak sih kalo nggak teriak?!" geram Kesya karena kini mereka tengah menjadi pusat perhatian.

Setelah menyadari bahwa ia kini menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung restoran, Adel pun menunduk sopan tanda meminta maaf telah mengganggu kenyamanan. Sedangkan Kesya, Silla, dan Jihan sudah mengalihkan pandangan ke arah lain tidak ingin mengakui Adel sebagai temannya.

Adel menyengir bodoh. "Ya, maaf, abisnya gue kaget liat inti Artrada juga ada di sini."

"Tau darimana?" tanya Silla penasaran.

"Nih, si Tole sama si Bondan bikin instastory." Adel menyodorkan ponselnya yang menampilkan dua orang cowok di sana, Tole dan Bondan.

"Tuh, mereka masuk ke sini," ujar Jihan menatap ke arah pintu masuk.

"Eh, eh anjir kok malah nyamperin ke sini, sih," lanjutnya lagi terkejut saat melihat rombongan Bastian dan kawannya menuju meja yang mereka tempati.

Sontak Kesya membalikkan badan karena memang hanya dirinya lah yang posisinya membelakangi pintu masuk. Matanya menatap mata Bastian sebentar sebelum ia alihkan ke arah lain.

SEBASTIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang