13. Kembali?

416 22 147
                                    

Happy reading!

Kesya mengendarai motor matic pemberian Kakeknya dengan kecepatan sedang sembari bersenandung kecil. Motor yang sudah dua hari ini menemaninya ketika berangkat sekolah dan pulang sekolah itu adalah pemberian dari Rudi. Sebenarnya Kesya ingin membeli motor sport dengan uang tabungan miliknya, namun Rudi tak pernah mengizinkannya. Jadi, Kesya hanya bisa pasrah saja mengikuti apa kata Rudi. Demi keselamatannya juga, kata pria setengah abad itu.

Matanya memicing kala melihat seorang gadis remaja yang tak jauh dari sana sedang diganggu oleh tiga orang laki-laki, yang Kesya yakini adalah preman.

Tak butuh waktu lama, Kesya segera melajukan motornya ke arah gadis itu, lalu melempar helm-nya ke salah satu preman yang menyadari kedatangannya.

Kesya menarik gadis tadi ke belakang tubuhnya saat mereka lengah karena kehadirannya. Tubuhnya ia jadikan tameng untuk melindungi gadis itu.

"Kamu diem di sini, jangan kemana-mana! Biar aku yang urus." Kesya melayangkan tinjunya ke salah satu preman yang berada di dekatnya. Dengan lincah ia menangkis pukulan-pukulan yang diberikan oleh lawan dan menghajar mereka tanpa ampun.

Setelah dirasa tiga preman tadi sudah tumbang, Kesya membalikan badannya untuk melihat keadaan gadis yang ditolongnya tadi.

"Kamu nggak papa, kan?"

Gadis itu menggeleng sebagai jawaban. "Kak Kesya, kan?"

Kesya mengernyitkan dahinya heran. Darimana gadis ini mengetahui namanya. Seingatnya ia belum pernah bertemu dengan cewek ini sebelumnya.

Seakan mengerti dengan tatapan bingung Kesya, gadis itu mengulurkan tangannya berniat untuk memperkenalkan diri. "Aku Arafah, kak. Adiknya Ba-"

Belum sempat Arafah menyelesaikan ucapannya, dering telepon dari ponsel Kesya terdengar. Gadis itu melihat layar ponselnya yang menyala menampilkan nama sang penelepon. Bi Sumi. Ada apa Bi Sumi meneleponnya? Tumben sekali, pikirnya.

Kesya menatap Arafah tidak enak karena ucapannya harus terpotong, seraya berkata, "Maaf, ya, aku angkat telepon dulu. Takutnya penting."

Kesya melangkah sedikit menjauh dari sana setelah mendapat anggukan dari Arafah. Jarinya menekan tombol hijau seraya menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Halo, Bi. Kenapa?" tanyanya mengawali. Napasnya tercekat saat mendengar jawaban dari Bi Sumi di seberang sana. Matanya bergerak kesana-kemari sebelum akhirnya membalas.

"Kesya pulang sekarang, Bi."

Setelah menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku seragam, Kesya menghampiri Arafah kembali yang masih setia berdiri di belakangnya.

"Arafah, Kakak tinggal duluan nggak papa?"

Arafah mengangguk sekilas. "Nggak papa, kok, Kak. Tadi Arafah juga kebetulan udah pesan ojek online."

"Kakak duluan, ya. Kamu hati-hati," pamitnya, dibalas anggukan oleh Arafah. Setelah berpamitan, Kesya bergegas memakai kembali helm-nya yang tergeletak di atas aspal dan melajukan motornya menuju rumah dengan cepat.

Memarkirkan motornya di garasi, gadis berambut hitam kecoklatan itu melangkahkan kakinya menuju pintu utama yang sudah terbuka lebar.

Kesya memelankan langkah kakinya saat mendekati ruang tamu. Matanya menangkap tiga orang yang sedang duduk di sofa ruang tamunya sedang berbincang ringan sembari sesekali tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan.

Menghela napas pelan, gadis itu segera mendekat ke arah mereka. Kesya berdeham pelan menyadarkan kedua orang dewasa dan satu orang gadis remaja sebayanya itu. Siapa lagi kalau bukan kedua orangtuanya dan juga Keyla, kembarannya.

SEBASTIAN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang