[1] first sight?

16K 545 20
                                    

DISCLAIMER!
Karya ini aku tulis murni atas pemikiran dan imajinasiku sendiri. Bagi yang suka, tinggalkan jejak kalian. Dan bagi yang tidak, aku mohon pengertiannya untuk tidak meninggalkan kata-kata yang dapat membuat sakit mata.

Terimakasih
<3

*visual pemeran akan aku kasih di akhir cerita dengan cast yang sama. Nggak perlu terpaku dengan yang aku kasih, karena kalian bisa membayangkan bagaimana visualisasi setiap pemeran sesuai imajinasi masing-masing.

Fanàtico

Axel dan Vanilla, dua jiwa yang terikat dalam dinamika cinta yang rumit, berusaha menjalin hubungan di tengah ketidakpastian dan berbagai tantangan. Hubungan mereka terus diuji oleh pandangan orang lain dan rasa bersalah yang mengintai, membuat mereka harus memilih antara mengikuti hati atau menjaga reputasi.

Axel, dengan ketertarikan yang tak bisa dipungkiri terhadap Vanilla, meyakinkan Vanilla tentang kesenangan dan kebahagiaan yang bisa mereka capai bersama.

Di sisi lain, Vanilla berusaha mati-matian mempertahankan martabat dan prinsipnya, meski hatinya mulai goyah oleh perhatian yang Axel tunjukkan.

Dalam setiap pertemuan, percakapan, dan momen-momen kebersamaan, keduanya merasakan tarik-menarik yang kuat, penuh gairah dan dilema, membuat perjalanan cinta mereka penuh dengan lika-liku yang tak terduga.

...

"Kita punya kesempatan," kata Axel sambil menekan tubuhnya lebih dekat ke Vanilla, membuat jantungnya berdebar semakin cepat.

"Kesempatan apa yang Kak Axel maksud?" Tanya Vanilla kebingungan, nadanya sedikit bergetar.

Axel semakin menunduk, Tangannya bergerak menyelipkan beberapa helai rambut Vanilla yang terkena angin ke belakang telinga.

"A chance to start a relationship," jawab Axel dengan suara rendah, menahan tangan Vanilla yang berusaha menyingkir dari sentuhannya. "I know you feel the same way, Vanilla."

Vanilla terpaku, tubuhnya terasa panas dan dingin sekaligus. Ia tahu, pada titik ini hidupnya akan berubah selamanya.

-

(Perkenalan yang tidak biasa)

~,~

"Ini Della kemana sih, lama banget!" keluh Vanilla dengan nada kesal. Sudah sekitar lima belas menit yang lalu, ia seperti orang terdampar di trotoar jalan menunggu Della yang tak kunjung datang. Pandangannya lesu menatap gedung tinggi di hadapannya. Tempat tujuannya sudah jelas terlihat, namun karena Della belum tiba, Vanilla tak berani masuk sendirian. Oh, sebenarnya ia bisa saja menunggu di lobi, tapi rasa malasnya sudah menguasai tubuh, membuatnya enggan beranjak dari tempatnya berdiri.

Jujur saja, Vanilla merasa sedikit was-was. Ini adalah hari pertamanya di Indonesia seorang diri tanpa Papa dan Mamanya. Ia menghela napas pelan, menyadari betapa tidak beraninya ia sebenarnya. Papa dan Mamanya terlalu sibuk, dan Vanilla cukup tahu diri untuk tidak merepotkan mereka.

"Vanillaaaa, sorry banget! Gue tadi ketiduran, dan jalanan macet banget hari ini," seru Della sambil berlari kecil ke arah Vanilla. Della baru saja turun dari mobil, napasnya sedikit terengah-engah. Matanya membesar sedikit saat ia melihat keadaan Vanilla yang terlihat berantakan. Ikatan rambut Vanilla sudah mengendur, dan wajahnya yang lelah menunjukkan bahwa ia sudah hampir menyerah dengan keadaan.

FanàticoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang