[31] planning gateway

662 28 1
                                    

Jam dua dini hari aku terbangun dari tidurku yang lelap. Rasanya kepalaku sangat berat mengingat tidak hanya lima jam aku memejamkan mata. Aku tidur mulai jam enam sore, yang kalau dihitung sekarang aku sudah hampir membuang delapan jam waktuku hanya untuk mengejar mimpi yang tidak akan ada habisnya.

Tubuhku terasa ringan ketika aku memutuskan untuk bangkit dari atas kasur. Begitu aku menyibak selimut dan menginjakkan kaki di lantai, kurasakan dinginnya hawa malam seakan menusuk sampai ke tulang. Jadi kutarik laci di samping tempat tidurku dan mengeluarkan sandal imut dari sana.

Tujuan pertamaku adalah dapur yang entah mengapa terlihat lebih berantakan daripada biasanya. Aku ingat dengan jelas kalau seharian kemarin aku tidak menggunakan dapur sama sekali, sehingga kini aku berujung mencurigai seseorang yang memang patut dijadikan sebagai sasaran. Axel.

Aku kembali ke dalam kamar dan mengambil handphone-ku di nakas. Kufoto beberapa bagian dapur yang tampak berserakan kemudian mengirimkannya ke nomor pria tersebut. Aku yakin dialah pelakunya karena sebelum aku tertidur pulas dia sempat berpamitan akan membuat makanan.

Unit kamar Axel berbeda tower denganku. Jelas saja karena dia mengambil tipe penthouse sedangkan aku mengambil tipe kamar one bedroom. Kamar ini pun sebenarnya Axel yang mencari, berikut design interior juga yang pengerjaannya dilakukan dalam waktu yang singkat. Tentu saja Axel melakukan itu dengan koneksinya. Sehingga di titik dimana aku dibuat kesal karena tingkahnya pun aku akan kembali bersyukur jika ingat memiliki Axel disisiku.

Pesan yang kukirim kepada Axel sudah tentu tidak akan mendapat jawaban sekarang. Axel belakangan ini sering tidur lebih cepat karena kesibukan yang membunuhnya. Jadi aku juga memaklumi, meskipun kadang aku banyak menyimpan rasa iri kepada Della yang selalu memamerkan ritual sleep call nya sebelum memejamkan mata. Axel tidak bisa begitu karena kesibukannya.

Kembali ke kekacauan di dapur, aku dengan mataku yang masih mengantuk harus bertahan dan mulai bergegas membuang bungkus yang berserakan, juga menata ulang beberapa benda yang tidak dikembalikan pada tempatnya. Setelah itu aku mengambil panci kecil, merebus air dan membuka pantry di dapur yang telah ku isi sampai penuh.

Bungkus mie adalah salah satu penampilan paling mencolok yang ada di kotak tersebut. Jumlahnya ada sampai puluhan dan aku yang memang menginginkan makanan itu langsung mengeksekusi salah satunya. Sebelum membukanya, aku meletakkan bungkus tersebut di atas meja. Langkahku tergerak menuju ruang santai dan tujuan utamaku adalah mencari remot smart tv dan menekan tombol powernya.

Aku membuka aplikasi pemutar musik dan menekan sebuah playlist musik yang telah kubuat kemarin malam. Playlist dengan judul 'Moody and Vanilly' itu tidak memiliki filosofi apapun. Aku merancangnya asal-asalan dan hanya berpikir untuk memasukkan lagu dengan beat yang membuat semangatku terpacu disana.

Musik sudah menyala dan aku kembali menuju dapur. Mungkin hanya sekitar sepuluh menit lamanya aku disana dan sekarang aku sudah kembali ke ruang tengah dengan sepiring mie goreng dengan topping telur yang harumnya sudah semerbak ke seluruh ruangan. Tidak peduli dengan jam diet, aku menyantap mie tersebut sambil memutar film Harry Potter yang tidak pernah membuatku bosan.

Piring di tanganku kini telah ringan, yang artinya sudah tidak ada sisa disana, sehingga kuletakkan dulu benda itu di meja sambil kembali duduk menikmati film yang masih menyala. Namun ketika aku agak menunduk untuk meletakkan piring tersebut, mataku jadi gagal fokus begitu melihat layar handphone-ku yang menyala diikuti beberapa suara notifikasi disana.

Aku meraih benda pipih tersebut dan mengabaikan suara Hermione yang terdengar cukup keras. Perhatianku saat ini sepenuhnya hanya kepada layar handphone yang sedang menampilkan sebuah pesan dari kontak yang amat kutunggu-tunggu sejak beberapa minggu lalu. Pesan dari mamiku.

FanàticoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang