Pagi hari menjelang hari terakhir di villa, Vanilla bangun dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, sedih karena liburan bersama teman-temannya akan segera berakhir, namun disisi lain, dia merasa bersemangat untuk menikmati hari terakhir mereka di Bandung.
Cahaya matahari yang lembut menyelinap ke dalam kamar, membuat suasana pagi terasa lebih sejuk. Vanilla bangun dari tempat tidur, meregangkan badan yang masih agak pegal, tapi rasanya puas.
Setelah mandi dan bersiap-siap, Vanilla berjalan ke ruang makan dimana sarapan telah disiapkan oleh asisten rumah tangga villa. Aroma kopi segar dan roti panggang seketika memenuhi ruangan, membuat perut otomatis keroncongan. Satu per satu teman-temannya mulai muncul, terlihat masih mengantuk tapi juga bersemangat untuk menghabiskan sisa waktu mereka di Bandung.
"Morning, guys!" Bagas menyapa ceria sambil menuang kopi ke cangkir.
"Morning, Gas!" jawab Karin sambil menguap lebar.
"Gimana tidur lo tadi malam? Kamar dingin banget."
"Lumayan, Rin. Tapi sayang juga ya hari ini kita udah mau pulang," balas Bagas sambil senyum tipis.
"Iya, tapi kita harus nikmatin hari terakhir ini semaksimal mungkin!" kata Karin penuh semangat.
Setelah semua berkumpul, semua orang mulai sarapan bersama. Obrolan mengalir lancar, penuh canda tawa dan cerita tentang pengalaman seru mereka selama beberapa hari terakhir.
"Santai dulu yuk, guys," ajak Rain sambil duduk di teras villa setelah selesai sarapan. "Kita bisa jalan-jalan sekitar villa dulu, nikmatin udaranya yang sejuk."
Della mengangguk setuju. Mereka pun akhirnya berjalan-jalan di sekitar villa, mengambil foto-foto di antara kebun dan pemandangan alam yang indah. Percakapan yang tercipta juga penuh dengan tawa karena Karin sepertinya mulai tertular Bagas yang selalu suka bercanda.
"Pasti ntar bakal kangen sama momen ngumpul kayak gini," kata Sashi saat mengambil selfie bersama Bagas dan Karin.
"Besok-besok pasti bakal susah sih mau gini lagi," tambah Bagas.
Setelah puas bersantai dan berkeliling villa, mereka mulai berkemas dan bersiap untuk check-out. Semua orang saling bantu-membantu mengemas barang-barang dan kompak membersihkan villa.
"Yaudah, check-out udah siap nih," kata Rain sambil mengangkat koper ke mobil van putih.
"Kita jadi ke Tangkuban Perahu dulu sebelum balik ke Jakarta?" tanya Brian dengan antusias.
"Betul," ucap Rain.
Mereka berangkat menuju Tangkuban Perahu dengan kondisi mobil yang ricuh seperti biasa. Perjalanan menuju lokasi diisi dengan canda tawa diiringi lagu-lagu yang mereka putar di dalam mobil.
"Semalem gue udah berkali-kali anjir dengerin lagu ini terus," kata Karin, namun sambil bernyanyi di kursi belakang.
Della ketawa, "Gue kira udah bosen, Rin!"
Sesampainya di Tangkuban Perahu, angin pegunungan yang sejuk menyambut mereka. Udara bersih dan pemandangan hijau membuat suasana semakin menyenangkan. Mereka turun dari mobil van, membeli tiket dan mulai berjalan menuju kawah, menikmati pemandangan yang menakjubkan.
"Tangkuban Perahu always hits different," ucap Rain sambil mengambil foto dengan kameranya.
"Guys, guys! Liat sana deh," ucap Bagas sambil menunjuk ke arah kawah. "The smoke is so cool!"
Vanilla mengangguk setuju. "This is truly beautiful," katanya. "I'm glad kita pilih kesini sebelum pulang."
Mereka berjalan mendekati kawah, hati-hati karena jalan setapak yang licin dan berbatu. Aroma belerang mulai tercium kuat, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman mereka terhadap pemandangan yang ada di depan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanàtico
Romansa[COMPLETED] Pipiku memanas dan gerak tanganku otomatis berhenti sehingga bentuk yang seharusnya hanya sebaris, kini telah menjadi titik gelap berwarna hitam yang tintanya merembes seperti tangisan. Aku tidak sadar karena aku seperti terhipnotis. Tub...