[14] melancholy feeling

5.2K 335 20
                                    

Ini adalah hari ketiga sejak Vanilla dan Della bersitegang dan memilih untuk mempertahankan ego masing-masing. Tidak ada yang memulai percakapan saat berpapasan atau hanya menoleh untuk saling memandang, yang membuat suasana yang semula hangat karena ocehan dan candaan menjadi kurang menyenangkan.

Mereka berdua tidak saling berbicara, sehingga Rain terkadang bingung harus memihak yang mana karena gadis itu tidak tahu apa penyebab dari dua sahabat yang tidak akur itu. Rain juga memutuskan untuk tidak bertanya karena menurutnya dia tidak punya kapasitas untuk ikut campur.

"Non, saya sudah memindahkan kangkung tumis ke lemari. Lauknya bisa dipanaskan di air fryer."

Mbok Hesti melangkah mendekati Vanilla kemudian berbisik, "Non Della menyuruh Non Vanilla makan dulu, dia bilang dia tidak mau makan kalau non Vanilla tidak makan dulu."

Sementara itu, Vanilla menghela nafas atas permintaan itu. Padahal sore ini dia akan makan di luar setelah pulang dari kampus, itu sudah janji juga. Tapi jika Della menginginkan itu, maka Vanilla akan menurutinya kali ini. Apresiasi atas kerja keras Mbok Hesti karena selama dua hari terakhir Vanilla tidak pernah memakan masakannya.

Ketika Mbok Hesti pertama kali tiba, itu adalah pagi hari setelah Vanilla bertemu Riri, ibu Axel. Della tidak mengatakan sepatah kata pun kemudian tiba-tiba Bu Hesti ditugaskan untuk memasak di dapur.

Namun, Vanilla tetap mengurus kebutuhannya sendiri meskipun masakan Mbok Hesti yang juga selalu tersedia untuknya. Sambil memasak, Mbok Hesti melihat ke arah Della yang sedang membaca buku di pojok ruangan dengan ekspresi yang sedikit kesal.

Entah sampai kapan perang dingin ini akan berlanjut karena Vanilla sendiri merasa dalam hal ini yang menjauh bukanlah dirinya, melainkan Della. "Sudah lebih baik besok dan seterusnya, mbok tidak usah datang lagi, Della itu sebenernya lagi mogok bicara dengan saya," kata Vanilla sambil menyendok nasi dan lauk ke piringnya, sementara Mbok Hesti mendengarkan dalam diam.

"Biasanya kita gantian masaknya dan itu kebanyakan saya juga karena Della selalu memasak instan."

"Tapi non, kebetulan kalau nyambi disini saya dapat gaji tambahan. Apa nggak bisa kalau non tetep baikan tapi saya ya juga tetep masak, toh juga non Vanilla jadi nggak capek." Pernyataan yang diucapkan oleh Mbok Hesti baru saja turut membuat hatinya mencelos. Vanilla nyaris membuat rezeki Mbok Hesti hilang.

"Gitu ya mbok. Yaudah ntar saya pikir lagi deh gimana cara baikannya sama Della," ucap Vanilla lalu melahap habis makanannya, kemudian turun ke lobi karena ojek online yang dipesan sudah menunggu. Sambil menunggu, Vanilla melihat ke arah Della yang sedang berjalan menuju pintu keluar dengan ekspresi yang sedikit kesal.

Selama perjalanan ke kampus, pikiran Vanilla melayang ke percakapan dua hari lalu dengan Riri. Kata-kata wanita paruh baya itu terus berputar di benaknya, membuat hati dan pikiran Vanilla semakin tidak menentu.

"Kamu boleh menanggapi dan menerima segala perilaku yang ditunjukkan Axel, tetapi perlu juga diingat bahwa dia tidak dalam keadaan bisa memilih, nak." Riri meraih salah satu tangan Vanilla lalu menggenggamnya.

"Jika kamu bisa berbagi seperti yang tante lakukan, maka semua keputusan ada di tangan kamu mulai sekarang. Nggak ada yang salah, tapi ada konsekuensi besar yang harus ditanggung."

"Apa gunanya seorang wanita jika dia hanya pajangan? Tentu saja, itu tidak berarti apa-apa. Tapi dicintai pun sama menyakitkannya jika pada akhirnya tidak mendapat pengakuan. Jadi menjadi bagian dari kita itu sulit..."

FanàticoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang