19 Januari 2019
Ditempat yang sama, namun dengan suasana dan keadaan yang berbeda. Di ulang tahun sekolahanku yang kesekian kalinya ini aku sudah tidak menjadi siswa melainkan mahasiswa. Dan untuk mengganti diesnatalies yang sebelum-sebelumnya kali ini aku dan Ivan datang ke acara dengan suasana hati yang baik, bahkan sebelum masuk kedalam gedung kami sempat berkeliling di bazzar dan mencicipi banyak makanan, seketika langit berubah menjadi sangat cantik dan menyemburkan senja yang membuat siapapun terpana ketika melihatnya.
Aku dan Ivan tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk berfoto-foto, bahkan aku juga foto dengan Even, adiknya Ivan. Sungguh aku senang sekali bisa menikmati diesnatalies kali ini meski tanpa sahabat-sahabatku.
"Kamu seneng gak?" tanya Ivan tiba-tiba
Aku hanya mengangguk, karena mulutku masih penuh dengan makanan
"Ya udah masuk yuk"
Aku dan Ivan pun segera masuk kedalam gedung, namun kita berdua tidak menuju tribun ataupun berdiri didepan panggung. Meskipun tidak menjadi talent yang mengisi acara diesnatalies aku dan Ivan dapat duduk di belakang panggung bersama talent-talent yang lain. Bahkan kami juga bisa berdiri tepat didepan panggung tanpa harus berebut dengan penonton yang lainnya. Itu semua karena aku dan Ivan memakai kalung bertuliskan "crew"
Shanty yang memberi kalung ini kebetulan band-nya membutuhkan crew yang bisa membantu persiapan band mereka, sedangkan aku dan Ivan sangat bersedia membantu mereka. Setelah band mereka selesai tampil aku bisa tetap berada di area ini dengan tenang dan nyaman.
"Kenapa gak dari dulu aja sih kita nonton diesnatalies berdua kayak gini Ra?"
"Hmmmmmm entahlah"
"Harus nunggu kita lulus dulu ya, baru kamu mau nonton sama aku?"
"Enggak gitu"
"Ya buktinya, pas kita dapet kartu VVIP buat jadi talent kamu malah keluar panggung trus nonton sama Devano"
"Ihhhh mulai deh bahas-bahas yang dulu lagi, jangan bikin mood jelek ya"
"Hahahaha, enggak aku cuma ngomong kenyataan aja lho"
Aku menatap Ivan sinis
Meskipun Ivan sedikit memancing keributan di antara kita, namun aku segera melupakan hal tersebut dan kita kembali menikmati hari ini. Meluapkan semua beban dan sejenak melupakan beberapa tugas yang sudah menunggu.
***
Acara semalam benar-benar pecah, hingga aku dan Ivan tidak peduli sekitar, kami berdua menikmati diesnatalies SMA kebanggaan kami. Seusai acara aku dan Ivan menyempatkan makan dan dia mengantarkan aku kembali ke kos. Memang hanya itu yang terjadi namun entah kenapa aku senang sekali. Bisa pergi ke ulang tahun sekolah dengan orang yang aku sayang, sejujurnya aku sedikit pesimis bisa pergi berdua dengannya, mengingat hubungan kami yang sebelumnya sangat jauh bahkan seperti tidak akan pernah kembali.
Ya walaupun kenyataannya kami memang tidak kembali seutuhnya.
Pagi ini aku dan Jeje memutuskan jalan-jalan pagi di sekitar kos, dan mumpung sedang berdua dengan Jeje aku pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara aku dan juga Abian.
"Tuh kan, udah gak kaget sih aku. Kan aku udah ngomong ke kamu sejak lama kalau Abian itu suka sama kamu" Jawab Jeje dengan semangat karena dugaannya selama ini benar
"Tapi emang Abian gitu sama semua cewek Je, dia itu friendly banget jadi ya udah aku gak mikir kalau dia bakalan suka sama aku"
"IYAAA TAPI KAMU PERHATIKAN MATA-NYA, DIA TUH SAYANG SAMA KAMU" Jeje mulai gemas dengan aku yang berusaha mencari-cari alasan
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable 2 (END)
Teen Fiction*BASED ON TRUE STORY* "Aku tidak ingin kita menjadi pendosa atas nama cinta" Jeremy Ivan Janitra "Terkadang aku bingung, kita sedang mempertahankan sebuah hubungan atau menunda perpisahan" Zahra Gita Renjana (Disarankan membaca Irreplaceable yang p...