"Kita mau kemana sih Dev?" aku sedikit berteriak karena suasana jalanan cukup ramai sore ini
"Kemana hayo"
"Kok kalau dilihat dari arahnya kita mau ke Jalibar ya?"
Sedangkan Devano hanya tertawa, tidak menjawab iya atau tidak
***
"Sudah sampai, silahkan turun"
Aku melepas helm kemudian tersenyum kearah Devano
"Kenapa nih senyum-senyum"
"Betul kan dugaan ku, kita ke jalibar"
"Kamu harus mendapatkan angin segar Ra, biar gak suntuk dan sekarang kamu bisa teriak sesukamu. Setidaknya kamu merasa lega"
"Beneran boleh nih?"
"Boleh silahkan"
Aku pun mengikuti apa yang dibilang Devano yaitu berteriak sekencang-kencangnya
"Nikmati prosesnya Ra, kalau sedih kalau sakit nangis aja jangan ditahan karena sebagai manusia kita sangat wajar untuk bisa merasakan itu semua. Justru kalau seneng terus gak enak tau"
"Ciye yang lagi berusaha ngehibur aku"
"Aku serius tau"
"Iya hahaha terimakasih banyak ya"
"Kalau kamu emang belum bisa move on gak papa kok Ra, jangan di paksa ya?"
Jujur aku sangat terharu dengan ucapan-ucapan Devano dan yang bisa aku lakukan hanya berterimakasih
"Yang sabar ya, kamu harus kuat"
Aku hanya mengangguk pelan kemudian di susul dengan tangan Devano yang mengusap puncak kepalaku
***
Setelah pengumuman kelulusan, kami semua mulai melakukan persiapan untuk acara wisuda. Dan kebetulan hari ini kami semua berkumpul di salah satu gedung hotel ternama yang terletak diujung kota.
Kami semua duduk sesuai kelas dan urut absen, agar nanti saat dipanggil untuk mengambil ijazah tidak bingung. kebetulan aku duduk bersebelahan dengan ketua kelasku dan bagian belakang sudah ditempati oleh kelas sebelah yang berarti adalah kelasnya Ivan.
"Bagi yang kelasnya sudah urut harap diam di tempat duduk masing-masing" teriak salah satu guruku yang membantu kita untuk mengurutkan tempat duduk
Ketika bangku belakangku sudah mulai terisi aku iseng menoleh kebelakang dan tepat dibalik kursiku terdapat Ivan melambaikan tangan kearahku sambil tersenyum, dengan canggung akupun membalas senyumnya kemudian berbalik badan.
Sekitar dua jam akhirnya kita selesai melaksanakan gladi untuk wisuda yang akan dilakukan minggu depan.
"Cari makan yuk" sahut Sandra
"Boleh ayo" Andira mengiyakan permintaan Sandra
"Kemana?" Tanyaku
"Bakso sama es degan enak nih" Sandra mengelus-elus perutnya
"Ya udah, tapi tunggu sini bentar aku mau ke toilet" aku pun menitipkan tas dan segera berlari ke kamar mandi
Baru saja melangkah keluar dari kamar mandi tiba-tiba aku mendengar ada yang memanggilku, ternyata Ivan
"Ada apa?"
"Besok sibuk gak?"
"Gak kok, kenapa?"
"Aku mau minta tolong anterin ke Malang boleh?"
"Berdua sama aku?"
"Iya, aku mau cari jas buat wisuda nih"
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable 2 (END)
Teen Fiction*BASED ON TRUE STORY* "Aku tidak ingin kita menjadi pendosa atas nama cinta" Jeremy Ivan Janitra "Terkadang aku bingung, kita sedang mempertahankan sebuah hubungan atau menunda perpisahan" Zahra Gita Renjana (Disarankan membaca Irreplaceable yang p...