Ini adalah tahun terakhir ku di SMA, terhitung sejak hari ini aku resmi menjadi siswa kelas 12. Banyak hal sudah aku lewati dan sepertinya masa SMA ini sesuai dengan eskpetasiku. Teman kelasku yang selalu menang dalam setiap acara sekolah, sahabat-sahabat yang selalu ada untukku, guru yang mayoritas baik, dan Ivan pacar sekaligus superhero ku. Mereka akan menjadi kenangan terindah sepanjang hidupku.
Seperti biasa sebelum memasuki ajaran baru dan memulai pelajaran efektif, kami para siswa siswi mulai dari kelas 10 hingga 12 diwajibkan mengikuti pelajaran baris berbaris di Arhanud selama 3 hari berturut-turut dan diserahkan langsung kepada pak tentara. Semua peraturan yang berlaku pun juga dari para tentara bukan lagi bapak dan ibu guru kami.
Dan karena inilah rambut Ivan yang panjang dan lurus harus di potong dengan sadis oleh pak tentara hingga tak berbentuk. Dengan berat hati ia menggundul rambutnya. Walaupun tak sepenuhnya gundul, mungkin hanya tersisa 2 cm.
“Hai botak”
Ivan mencubit lenganku
“Aww, sakit”
“Kamu sih”
“Hahahaha ya kan emang faktanya kamu botak” aku terus-terusan meledek Ivan
“Sumpah ya, kesel banget aku sama pak tentara nya padahal kan bentar lagi ada foto buku tahunan sekolah kalau sampai rambutku gak bisa panjang gimana Ra? Jelek banget ini” ia terus mengelus rambut botaknya dengan sedih
“Kata orang-orang sih kamu mesti keramas pakai shampo metal”
“Gila, habis keramas aku bisa jadi anak metal dong”
“Gak gitu woy konsepnya hahahaha” aku tertawa melihat tingkah Ivan yang seolah-olah menjadi penyanyi rock
“Eh Ra, ada sesuatu yang mau aku omongin ke kamu”
“Apa?”
“Kan sekarang Even juga sekolah disini, jadi tiap berangkat sama pulang dia sama aku. Jadi kalau misal kamu pulangnya sama Sandra lagi gak papa kan?”
“Ohhh gak masalah kok, btw Even masuk kelas apa?”
“Ipa 4 katanya”
“Adik tingkatnya Devano dong” celetukku
“Iya hahahaha”
“Udah ah, aku masuk kelas dulu ya. Nanti pulang sekolah kita beli cimol dulu aku udah kangen jajanan di depan sekolah kelamaan libur”
“Oke siap laksanakan”
***
Kelas 12 memang cukup berat bila dirasakan, kita harus bawa buku cetak yang tebal lebih dari 3 buah, LKS yang jumlahnya sesuai dengan pelajaran pada hari itu, bekal karena harus pulang lebih sore daripada biasanya, dan yang terpenting adalah kesehatan yang harus dijaga dua kali lipat.
Tapi aku merasa baik-baik saja dengan keadaanku di kelas 12 ini, mungkin karena aku memiliki support system seperti Ivan dan tentunya orang tuaku. Aku tidak ambil pusing karena kesuksesan juga tidak sepenuhnya diukur dari nilai-nilai ku saat sekolah. Aku bisa pergi kesana kemari dengan Ivan, nonton bioskop, jalan-jalan, berburu makanan dan belajar bersama.
“Kamu ada rencana buat ikut les pelajaran gak?” tanya Ivan
“Sebenernya pingin sih, cuma kayaknya enggak ikut”
“Kenapa?”
“Belajar sendiri di rumah aja lah, toh kalau ikut les yang ada aku malah pergi jajan, malah ngobrol sama temen-temen. Menurut ku gak efektif”
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable 2 (END)
Teen Fiction*BASED ON TRUE STORY* "Aku tidak ingin kita menjadi pendosa atas nama cinta" Jeremy Ivan Janitra "Terkadang aku bingung, kita sedang mempertahankan sebuah hubungan atau menunda perpisahan" Zahra Gita Renjana (Disarankan membaca Irreplaceable yang p...