Hidupku benar-benar damai sekali karena tidak bertemu Ivan dan mengetahui kabarnya, sempat beberapa kali ia mengajakku untuk mencari makan seperti waktu itu namun aku menolaknya karena kebetulan jadwalnya bersamaan dengan latihan paduan suara. Disamping itu aku merasa sudah tidak ada alasan lagi untuk bisa keluar bersama Ivan, aku sudah punya Jeje dan juga Abian kalau memang hanya sekedar mencari makan. Aku tidak ingin hal yang di katakan Tasya menjadi kenyataan,
Usaha move on ku hancur hanya karena bertemu dengan Ivan
***
"Mungkin gak sih Ivan pingin balik lagi sama kamu Ra?" Tanya Jeje yang malam ini secara random tidur di kamarku
"Gak tau, aku gak kepikiran"
"Feelingku sih dia gak nemu cewek sebaik kamu, dan berusaha balik lagi ke kamu"
"Udah ah aku ngantuk jangan bahas Ivan"
"OH IYA"
Baru saja aku menutup diri dengan selimut, tiba-tiba Jeje mengagetkan aku
"Apa lagi sih Je?"
"Bentar-bentar, ada yang kelupaan" Jeje beranjak dari tempat tidur dan keluar
Tak sampai 5 menit ia kembali dengan membawa kantong plastik berwarna putih
"Nih"
"Apaan?"
"Buka aja"
Aku membuka dengan perlahan karena takut jika Jeje menaruh sesuatu didalam kantong plastik ini
"Yaelaahh Ra, buka aja isinya bukan bom"
aku mengeluarkan semua isinya yang ternyata adalah camilan-camilan kesukaanku
"WAAHH MAKASIH JEJE" aku memeluk sahabatku ini
Namun jawabannya mengejutkan
"Itu bukan dari aku"
"Terus?"
"Dari Ivan"
"Hah?"
"Tadi dia kesini waktu kamu latihan paduan suara"
Ini benar-benar tidak bisa dipercaya
"Sumpah tadi beneran Ivan yang kesini, kamu chat aja kalau gak percaya" Jeje masih berusaha meyakinkan aku yang saat ini terpaku menatap semua kue dan camilan ini
Setelah aku yakin bahwa Jeje sedang tidak menipuku akhirnya aku menghubungi Ivan dan ternyata benar, dia datang ke kosku dan tidak sengaja bertemu dengan Jeje yang baru pulang kuliah. Aku pun mengucapkan terimakasih dan bilang kepada Ivan bahwa dia tidak perlu repot-repot seperti ini.
Keesokan harinya aku menceritakan hal ini kepada Bian, dan dia juga berpendapat sama seperti Jeje ia ingin kembali lagi bersamaku, namun bingung dengan cara seperti apa mengingat beberapa bulan yang lalu dia dengan tega mencampakkan aku dengan tega.
***
Jadi gini rasanya kuliah?
Aku berbicara dengan diriku sendiri sambil menatap pemandangan Kota Malang saat malam hari di rooftop kampus, kebetulan hari ini aku ada janji dengan dosen karena ada sedikit masalah dengan tugasku dan beliau bisa diajak diskusi ketika selesai mengajar kelas malam, jadi aku pergi ke kampus sendirian tanpa ditemani Jeje.
Dan entah mengapa, secara tiba-tiba aku rindu suasana SMA, suasana kantin, suasana kelas saat jam kosong, aku rindu teman-temanku. Sejak kuliah aku benar-benar lost contact dengan Nabilla dan Salwa yang memang berkuliah diluar kota bahkan Nabilla di luar pulau. Aku pun juga tidak tau bagaimana kabar Reza, Rio, Devano, dan Aris meskipun beberapa kali kami sempat ramai di grup chat whatsapp, namun aku yakin pasti mereka akan segera kembali disibukkan dengan kegiatan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable 2 (END)
Novela Juvenil*BASED ON TRUE STORY* "Aku tidak ingin kita menjadi pendosa atas nama cinta" Jeremy Ivan Janitra "Terkadang aku bingung, kita sedang mempertahankan sebuah hubungan atau menunda perpisahan" Zahra Gita Renjana (Disarankan membaca Irreplaceable yang p...