“Udah selesai fotonya?” tanya Ivan dengan wajah datar
“Kamu gak usah mengalihkan pembicaraan”
“Mending kamu foto dulu, baru kita bicara nanti pulang sekolah” Ivan menghapus air mataku
Aku terdiam
“Jangan nangis, nanti hasil fotonya jelek. Udah sana balik dulu”
Aku merasa saat ini Ivan sedang mengusirku, mungkin pikirannya sedang kacau jadi aku memilih untuk menurutinya untuk kembali menuju paving.
Setelah foto bersama, aku segera kembali ke kelas untuk ganti baju almamater kemudian duduk di bangku kelas sambil mengingat-ingat apa kesalahanku, sebenarnya aku tidak tau apa kesalahanku, tapi tidak ada salahnya aku minta maaf ke Ivan.
Keadaan kelas masih sepi, karena teman-temanku masih foto-foto di lapangan basket akhirnya aku menangis sejadi-jadinya aku bingung apa yang telah terjadi kepada Ivan. Aku merasa tidak berbuat kesalahan apa-apa.
***
Ivan mendudukan aku di paving sekolah, dia tetap diam seperti tadi.“Kamu gak berantem sama siapa-siapa kan?” aku membuka mulut karena kita saling diam sekitar 15 menit
“Enggak kok”
“Terus kenapa?”
“Mau tau kenapa?”
Aku mengangguk cepat
“Kita putus aja Ra”
“Ha? Kenapa tiba-tiba? Aku salah apa sama kamu?”
“Kamu kayaknya masih ada rasa sama Devano”
“Aku aja gak pernah ketemu sama Devano chatting aja juga enggak. Kamu menyimpulkan dari mana?”
“Tadi aku jam kosong waktu kamu di UKS terus aku gak sengaja denger temen-temen kelas mu bicarain kamu”
“Mereka ngomong apa aja?”
“Intinya mereka berharap nanti kamu balik ke Devano, orang sekitar aja gak ada yang mendukung kita Ra, apa alasan kita bertahan?”
“Please, aku gak ngerti. Kenapa tiba-tiba mereka bahas aku sama Devano?”
“Aku juga gak tau, cuma yang aku dengar itu. Mereka bilang kamu pasangan yang sempurna seandainya bisa sama Devano. Padahal disisi lain mereka juga tau kan kamu pacarku”
“Itu kan pendapat mereka, sedangkan aku pribadi sayangnya sama kamu. Kalau kamu tanya alasan kita bertahan? Ya karena kita saling sayang van. Gak usah dengerin apa kata orang. Karena ini kita yang jalanin bukan mereka”
“Aku juga baca chat kamu sama temen satu kelasmu tadi, di percakapan kalian kamu tanya sama temenmu apa alasan kita bertahan? Sekarang waktu aku tanya kamu, kamu bisa jawab sendiri kan? Kalau kamu tau jawabnya kenapa harus tanya orang lain Ra? Katanya yang jalanin hubungan ini kita tapi kenapa keraguanmu kamu bagikan sama orang lain bukan sama aku?”
“Hanya karena keraguan ini kamu mau kita putus?”
“Jelas lah Ra, buat apa kita bersama kalau salah satu diantara kita ragu sama hubungan ini?”
“Bukannya ragu, tapi aku cuma pingin cari solusi aja dan kalau aku curhat ke kamu pasti nanti ujung-ujungnya kita berantem”
“Gak tau lagi Ra, aku kecewa banget hari ini”
“Ya udah kalau kamu minta putus, gak masalah kok kalaupun aku tahan pasti kamu juga gak bakalan mau”
Aku pun meninggalkan Ivan di paving karena hari ini teman satu kelasku ada yang ulang tahun jadi aku tidak bisa lama-lama di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable 2 (END)
Teen Fiction*BASED ON TRUE STORY* "Aku tidak ingin kita menjadi pendosa atas nama cinta" Jeremy Ivan Janitra "Terkadang aku bingung, kita sedang mempertahankan sebuah hubungan atau menunda perpisahan" Zahra Gita Renjana (Disarankan membaca Irreplaceable yang p...