09

5.8K 785 186
                                    

by svrinai

part of zhkansas

...

Daniyal adalah siswa kelas XI, yang merupakan salah satu anggota klub bela diri yang sering disebut orang-orang sebagai geng rahasia. Maka wajar Orlando mengenalnya meski Orlando pura-pura tak mengenal Daniyal di hadapan Arandra.

Yang Orlando khawatirkan, kehadiran Daniyal saat ini bukanlah sebuah kebetulan.

"Bukannya gue udah ngirim info kalau malam ini nggak boleh ada yang datang ke sini?" Orlando memandang Daniyal yang masih memunggunginya. "Punya telinga, kan?"

Daniyal berbalik menatap Orlando lurus-lurus. "Handphone gue rusak."

"Nyari alesan yang pinter dikit." Orlando memandang Daniyal dengan tatapan tak bersahabat. "Tigris yang nyuruh lo, kan?"

"Makanya, kalau lo pengin ngasih tahu sesuatu nggak usah nyebar pengumuman yang bikin dia penasaran. Lo pikir Tigris nggak akan cari tahu kenapa lo malah ngedeketin saudaranya ketimbang target langsung?"

"Itu gue juga tahu." Orlando berdecak. "Tapi, harusnya lo nggak perlu nurutin kemauannya. Kesannya lo jadi ikut campur."

Daniyal menunduk dan tertawa samar. "Harganya lumayan. Masa gue tolak?"

"Emangnya dia bayar lo berapa cuma untuk gangguin gue?"

"Sepuluh."

"Juta?"

"Menurut lo gue mau-mau aja dibayar sepuluh ribu? Segitu gue bisa dapat dengan sekali ngemis di pinggir jalan."

Orlando tertawa sinis. "Harga segitu buat jadi mata-mata malam ini doang?"

"Enggak lah." Daniyal berbalik memunggungi Orlando. "Sampai lo dan dia putus. Belum lagi bonus lainnya kalau gue dapat informasi terkait kalian."

Daniyal melompat ke kolam. Orlando hanya bisa terdiam menunggu Arandra selesai mengganti pakainnya.

Arandra berdiri di samping Orlando sambil merapikan rambutnya. "Aku udah."

"Ayo ikut," kata Orlando tenang. Berbeda dengan Arandra yang langsung terdiam. "Gue nggak mau lo ada di dekat dia." Orlando melihat ke kolam di mana Daniyal sedang berenang. "Dia itu mesum."

"Mesum?" Arandra ikut melihat ke arah Daniyal. "Dia ... nggak kelihatan gitu. Masa, sih?"

"Pokoknya dia itu mesum. Jangan deket-deket sama dia." Orlando menarik tangan Arandra ikut dengannya ke ruang ganti laki-laki. Arandra ikut tanpa melawan. Dia masih terkejut dengan perkataan Orlando.

Padahal kalau Arandra perhatikan, Daniyal tak terlihat seperti itu.

Orlando menutup pintu ruang ganti dan menguncinya. "Lo tunggu di sini aja. Jangan bukain dia pintu kalau dia mau masuk."

"Jangan biarin dia masuk?" Arandra berdiri sambil bersedekap. "Dia beneran mesum? Aku masih nggak nyangka. Dia deket sama cewek aja kayaknya nggak pernah."

Orlando memasuki sebuah bilik dan masih mengajak Arandra bicara. "Nggak percaya sama gue?"

"Emang kalian kenal? Emang tadi dia ngomong sesuatu yang enggak-enggak tentang aku sampai kamu ngecap dia mesum?" tanya Arandra sambil teriak dengan sengaja.

Orlando tak bersuara. Arandra menghela napas, masih menerka-nerka apa maksud Orlando. Kalau pun benar Daniyal cowok mesum, sudah dari dulu tingkahnya tercium yang lain dan menjadi bahan perbincangan di kelas.

Suara pintu yang berusaha didorong membuat Arandra terkejut. Cewek itu menjauh dari pintu dan mendengar suara pintu dipukul berkali-kali, tetapi tak begitu keras sehingga Orlando pun tak akan mendengarnya di bilik tempatnya mengganti pakaian.

Arandra melihat bilik Orlando. Cewek itu tersenyum. Terbersit sebuah ide untuk melihat kira-kira seperti apa respons Orlando ketika marah.

Jika pun Daniyal memang mesum, maka dia cukup berteriak sampai Orlando datang menolongnya.

Arandra membuka pintu dan tersenyum memandang Daniyal. Daniyal melewati Arandra tanpa memandangnya sedikit pun. Arandra langsung mencibir. Diperhatikannya Daniyal yang bersiap memasuki bilik setelah mengambil pakainnya di loker. Sebelum Daniyal masuk ke bilik, Orlando keluar dari bilik lain dan terkejut melihat kehadiran Daniyal.

Saat Orlando memandangnya, Arandra hanya melemparkan senyum kecil. Arandra berjalan menuju wastafel dan mencuci tangan di sana. Dilihatnya Orlando lewat cermin. Cowok itu berjalan mendekat tanpa mengatakan apa pun. Perhatian Orlando tertuju lewat cermin. Bukan memandang Arandra, tetapi melihat ke arah Daniyal yang baru saja keluar dari bilik dan sudah memakai kaos oblong dan celana training.

"Cepet banget." Arandra berbalik untuk melihat Daniyal. Cowok itu melewatinya begitu saja. "Heh, Dan. Besok ada PR, kan?"

Daniyal menoleh sebelum keluar dari sana. "Nggak ada."

"Tuh. Dia aja cuek. Gimana mungkin dia mesum?" Arandra kemudian terdiam ketika Orlando berdiri di hadapannya. Cewek itu mendongak, terkejut melihat Orlando yang sangat dekat.

Arandra semakin terkejut ketika Orlando membatasi gerak Arandra dengan menyangga kedua tangannya di tepi wastafel, mengurung cewek itu dalam kurungan lengannya.

"Hei." Ucapan pelan Orlando dan tatapan yang lurus ke manik mata Arandra membuat Arandra tak berkutik. Bukan tatapan yang membuat Arandra ketakutan, tetapi tatapan lembut yang penuh kekhawatiran. "Gue kan udah bilang, jangan biarin dia masuk."

"Tadi dia dorong pintunya. Kan kasiaaan."

Orlando memejamkan dan menghela napas panjang. Kemudian kembali dia menatap Arandra tanpa mengubah posisinya.

"Gue mau jujur, tapi janji jangan marah, oke?" tanya Orlando pelan. Arandra hanya menaikkan alis. "Sebenarnya gue nggak tahu dia mesum beneran atau enggak."

"Hah?"

"Gue cuma nggak suka aja dia ngelihatin lo makai baju renang. Alasan gue kenapa ngajakin lo ke sekolah juga karena gue nggak mau ada yang lihatin lo seperti Daniyal tadi."

"Orlando, ke kolam renang umum kan buat renang. Ngapain kamu takut aku dilihatin orang lain? Itu wajar, kan? Kalau ada yang nggak sengaja ngelihat aku, kamu tetep marah?"

"Bukannya marah. Cuma ... kamu nggak tahu aja pikiran beberapa cowok. Memang nggak semua, tapi beberapa orang itu bikin gue nggak tenang."

"Beberapa orang itu siapa?"

"Ya cowok-cowok mesum."

"Kamu aja kali yang mesum?" Arandra tersenyum. Niatnya untuk bercanda justru membuat Orlando terdiam kaget yang Arandra tak sadari.

Arandra jadi tertantang untuk membuat Orlando marah suatu saat. Ingin melihat ekspresi dan responsnya seperti apa.

"Gue mau ngasih tahu sesuatu," kata Orlando.

Arandra mengangkat kepalanya. "Apa?"

"Gue terlalu posesif sama milik gue." Orlando menyelipkan anak rambut Arandra ke belakang telinga dan menatap sepasang mata beningnya lekat-lekat. "Jadi, jangan heran kalau gue terlalu rewel saat ada cowok lain yang deket-deket sama lo di lain waktu."

***


 

Between The Devil and The Deep Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang