by svrinai
part of zhkansas
...
Arandra tak mau mengajak Sheera bicara. Pun sebaliknya. Bahkan ketika Arandra sudah duduk di bangkunya, Sheera masih berdiri di ambang pintu. Arandra melihat Sheera sambil berpikir bahwa ucapannya tadi pasti menyakiti hati Sheera.
Namun, tak ada pikiran untuk meminta maaf. Bagi Arandra, Sheera juga salah. Harusnya Sheera yang lebih dulu meminta maaf padanya.
Sheera bersandar di lengan pintu. Dia berbalik sebentar untuk memastikan orang yang dicarinya memang belum tiba di sekolah. Ketika mencari siswa itu, tak sengaja dia dan Arandra bertatapan kemudian mereka sama-sama membuang muka.
Sheera menghela napas, lalu berdecak sebal. Canggung. Setelah ini sekalipun mereka baikan pasti tak akan sama dengan dulu lagi. Sheera tipikal seseorang yang sulit melupakan masalah dan baik-baik saja setelah saling memaafkan.
Daniyal muncul. Sheera segera menegakkan punggung. Daniyal menatapnya sekilas, lalu fokus untuk melewati pintu kelas. Sheera memblokir jalan cowok itu sehingga menjadi perhatian yang lain.
"Gue mau ngomong," kata Sheera pelan. Terpaksa dia melakukan ini. Tangannya terentang, tak membiarkan sedikitpun Daniyal untuk lewat.
"Minggir nggak lo?" bentak Daniyal agak pelan.
"Soal foto Arandra dan pacarnya." Perkataan pelan Sheera membuat sorot mata Daniyal berubah. "Kalau bukan lo pelakunya, siapa lagi? Setelah gue pergi dari koridor itu, gue lihat lo datang dan berhenti, lo ngelihat ke arah mereka. Gue pergi setelah itu dan nggak tahu apa yang lo lakuin, tapi kalau bukan lo emangnya siapa lagi yang motret?"
"Gue bilang minggir."
"Pasti lo, kan?"
"Ck."
"Tanggung jawab," bisik Sheera. "Kalau lo pelakunya, lo harus tanggung jawab udah ganggu hidup orang."
Daniyal memandang Sheera lekat-lekat. Kemudian dia menurunkan lengan Sheera dengan kasar sehingga Daniyal bisa lewat. Sheera merasakan tangannya sakit. Dia berbalik menatap punggung Daniyal dan tak bisa berkata-kata lagi.
***
Anggota OSIS diarahkan untuk ke semua kelas di waktu yang sama. Setiap kelas terdapat empat perwakilan OSIS yang diutus, dua cowok dan dua cewek. Kehadiran mereka membuat para murid heboh. Pergantian pelajaran itu bukannya didatangi oleh guru mata pelajaran selanjutnya, melainkan anggota OSIS.
Artinya ada sebuah berita yang dia bawa.
Seorang cowok berdiri di depan papan tulis sambil menatap sekeliling. "Perhatian."
"Siaaap." Balasan panjang para siswi diakhiri tawa kecil membuat para cowok di kelas XI IPA 6 memutar bola mata.
"Tolong semua tangan di atas meja. Mohon perhatiannya sebentar. Tolong yang di sana jangan main handphone dulu." Tatapan anggota OSIS cewek itu tertuju pada seorang siswi XI IPA 6 yang langsung gugup menyembunyikan ponselnya di dalam laci. Dia sedang update di grup angkatan dan semua membahas tentang kehadiran anggota OSIS yang dua di antaranya merupakan cowok ganteng.
Ternyata bukan hanya kelas mereka, tetapi semua angkatan kelas XI.
"Begini, saya dan tiga teman saya adalah perwakilan dari OSIS dan kami sudah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah untuk menjalankan salah satu peraturan STARA terkait privasi."
Semua saling pandang dan menerka-nerka. Saling bertelepati tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Taruh handphone di atas meja. Saya hitung sampai tiga semuanya sudah ada di atas meja." Anggota OSIS itu menatap area pantauannya. "Satu..., dua..., tiga."
Semua berisik terutama para siswi yang memang mayoritas di kelas itu buru-buru menaikkan ponsel di atas meja.
"Angkat tangan. Biarkan handphone kalian di atas meja." Kata-kata anggota OSIS itu bagai hipnotis. Mereka menurut begitu saja termasuk para cowok.
Empat anggota OSIS itu menarik meja depan area pantauan mereka. Ponsel siswa-siswi di tiap baris kelompok dibawa ke meja itu dan dibiarkan tergeletak di sana.
Banyak yang mulai protes. Anggota OSIS yang tegas mulai bicara setelah memukul papan tulis dengan keras. Membuat kelas itu hening.
"Pertama, sebelum kalian masuk ke STARA ada peraturan yang harus kalian setujui, yaitu mengenai privasi. Kalau kalian sudah masuk di STARA berarti kalian sudah membaca semua peraturan itu, kan?" tanya anggota OSIS cowok tersebut. "Di poin pertama, semua murid adalah tanggung jawab sekolah. Terkait poin terakhir dalam aturan itu, privasi setiap murid dijaga ketat untuk kebaikan murid dan sekolah ini sendiri."
"Jadi. Yang cewek akan diurus sama kakak-kakak cantik di samping." Anggota lain bicara sambil menunjuk arah dua anggota OSIS cewek yang langsung mencibir dan memutar bola mata. "Satu per satu tolong maju. Ini punya siapa?" tanyanya sambil mengangkat sebuah handphone.
Satu per satu mulai maju dan bicara dengan anggota OSIS dari dekat. Mereka disuruh naik untuk membuka kunci ponsel dan harus menunjukkan foto terkait privasi yang dimaksud, lalu menjelaskan apa kesalahan mereka. Tak hanya itu, para anggota OSIS memastikan bahwa foto itu benar-benar sudah terhapus di tempat lain.
Yang kewalahan adalah anggota OSIS cewek karena yang menyimpan foto Arandra berciuman adalah para siswi. Anggota OSIS cowok hanya memantau setelah itu.
Setelah dipastikan semua beres, mereka berempat keluar dari kelas. Dua siswi dari anggota OSIS menghela napas panjang.
Satunya berbicara. "Tadi di kelas itu bukan sih yang ciuman itu?"
"Iya, kentara loh tadi mukanya bete," balas cewek satunya. "Cuma karena fotonya Ketos sampai turun tangan nyaranin ke KepSek. Demi kebaikan STARA? Cih, tuh cewek di DO juga udah bagus. Ciuman di sekolah nggak bisa pesen hotel aja apa?"
"Iya, nih. Lagian emang tugas OSIS banget ya ngurusin ginian?" Cewek itu menoleh pada temannya yang cowok. "Kenapa cuma angkatan kelas XI aja?"
"Karena foto itu kesebar dan dibahas di grup angkatan mereka aja," balas cowok itu.
"Kok tahu? Mana tahu kan di angkatan kelas X dan XII juga ada?"
"Tenang aja. Udah dipantauin Mika semalamam," balas cowok satunya.
"Mika?" Cewek itu mengernyit. "Yang anak komputer bukan, sih?"
Dua cowok itu saling pandang dan sama-sama menjawab. "Iya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Between The Devil and The Deep Blue Sea
Ficção AdolescenteSELESAI ✔️ "Kalau aku hamil?" Arandra memandang Orlando dengan ragu. Orlando tersenyum menenangkan. "Aku bakalan tanggung jawab." copyright, 2021.