by svrinai
part of zhkansas
...
Arandra seketika mengubah tujuan utamanya ketika melihat Terence CS sedang bergosip di sudut kantin. Arandra menarik sebuah kursi kosong menghadap meja Terence, lalu dia duduk di sana. Mulutnya sudah terbuka untuk bertanya hal tentang Orlando, tetapi Terence sedang semangatnya membicarakan teman kelasnya yang sudah di DO.
"Bener, kan? Dia itu emang munafik tahu. Dia pernah sewot sama Arandra karena gonta-ganti cowok." Terence menatap Arandra. "Dia pernah ngegosipin lo. Ngatain lo ujung-ujungnya pasti bentar lagi bunting, beberapa bulan kemudian dia yang hamil luar nikah akhirnya didepak dari sekolah."
"Aduh, udah deh ngegosipnya. Gue mau nanya hal yang penting!" seru Arandra, kemudian mendekat. "Ceritain lebih detail, dong, tentang Orlando!"
"Kak Orlando? Tumben lo sekepo ini sama cowok. Gue nggak tahu banyak selain dia yang juara renang."
"Itu coba tanya cowok lo. Satu klub kan sama Orlando? Nah, tanyain ke Dhanu soal Orlando kayak gimana. Beneran belum pacaran nggak, sih?"
"Aduh males gue nanya-nanya." Terence mengangkat bahu. "Lo jangan terlalu berisik nyebut namanya."
"Si Dhanu?" tanya Arandra dengan suara keras. Senyum liciknya terpatri di wajah melihat wajah panik Terence. "Gimana kalau kita buat kesepakatan?"
Terence memandangnya curiga.
"Lo harus dapat informasi tentang Orlando dari Dhanu. Kalau enggak gue bakalan cepuin lo ke Arvi. Kalau lo selingkhan dia." Arandra menaikkan alis sambil tersenyum licik.
"B-ngsat lo mainnya ngancem, ya?" Raut wajah Terence berubah kesal.
Arandra berdiri mengibaskan tangannya. "Ya elah mana mungkin gue serius? Tadi gue bercanda. Intinya gue cuma minta lo bantuin gue. Jangan mager napa?"
"Iyaaa," teriak Terence dengan pasrah. "Puas lo?
"Hehe." Arandra pergi dari geng itu sambil melambaikan tangan dengan senang hati. Hampir saja dia lupa dengan tujuan utamanya untuk menghampiri Daniyal jika saja dia tidak sengaja melihat cowok itu duduk sendirian di tengah-tengah kantin yang berisik.
Segera dia duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Daniyal. Daniyal yang sedang menatap makanannya berpaling dari sana untuk melihat siapa yang baru saja datang.
"Halo?" Arandra bertopang dagu sambil tersenyum manis. "Gue ganggu, ya?"
Daniyal tak menggubrisnya dan kembali menggigit roti isi sayur.
"Daniyal, ajarin gue Kimia dong. Gue bego banget sama pelajaran itu. Ajarin ya ya please?" Daniyal sibuk mengunyah. Menganggap tak ada siapa-siapa di hadapannya. "Kok cuek banget, sih?"
Daniyal menatap Arandra dengan tatapan datar. "Minggir nggak lo?"
"Ya ampun galak banget." Arandra mencibir. Dia melihat sekeliling. Sudah pasti tak ada Orlando karena mereka berbeda angkatan sementara kantin dipisahkan tiap tingkatannya. Meski tak bisa mendapatkan dua tujuan dalam satu waktu, Arandra bisa mendapatkan tujuan utamanya.
"Lo belum punya cewek, ya?" Arandra mulai basa-basi. "Waktu kelas X juga lo pendiem banget. Pernah ngelirik gue nggak? Atau sempet naksir gue gitu walau sedetik?"
Sudah Arandra duga. Respons Daniyal tak seperti kebanyakan cowok lain. Di wajahnya tergambar, "apaan, sih, nih cewek?"
Arandra tak malu terlihat over percaya diri. Justru dia senang melihat ekspresi cowok-cowok saat mengatakan hal tadi atau perkataan sejenis itu. Ada yang balas menggodanya. Ada yang salah tingkah. Ada juga seperti Daniyal meski tipikal cowok seperti itu sangat sedikit.
"Gue bercanda, ih. Jangan serius serius banget," kata Arandra setelah tertawa singkat. "Tapi soal ngajarin Kimia gue serius banget."
Masih menopang dagu, Arandra menambahkan andalan hipnotisnya. Memasang tampang puppy eyes. "Gue bakalan bayarin makan lo di kantin. Ajarin gue dalam waktu satu minggu, please."
Daniyal menurunkan rotinya ke piring. Kunyahannya telah habis. Arandra pikir, Daniyal sedang serius mendengar ucapannya. Maka Arandra jadi semangat.
"Gue nggak minta diajarin cuma-cuma, kok. Masa gue minta gratis? Gue tahu ilmu itu mahal. Gue kan nggak lagi pengin beli kunci jawaban, tapi ilmu. Masa lo nggak mau? Ngebantu sesama—"
"Berisik."
Arandra langsung terdiam.
"Oke. Gue terima. Sekarang pergi dari sini."
"Apa?"
Daniyal berdecak. "Gue bilang oke. Jadi lo bisa pergi sekarang dari sini kan?"
Senyuman Arandra merekah. "Lo makan juga sendiri, ya? Ya udah selamat makan." Kemudian Arandra berdiri dengan riang. "Nanti gue chat lo lewat WA. Lo ada di grup kelas kan? Dadah!"
Daniyal tak membalas. Dia lanjut makan. Arandra melambai sambil berjalan tanpa melihat jalan di depannya. Saat baru menghadap wajahnya ke depan, dia hampir menabrak seseorang yang tak dia sangka-sangka adalah Orlando.
Arandra memasang senyum andalan. "Halo, sayang?"
"Bareng siapa?" Orlando membalas senyumannya dengan senyum kecil penuh makna. Cowok itu menariknya mendekat, menggenggam tangan Arandra sambil melirik Daniyal. "Oh, yang semalam. Kirain siapa. Ternyata cowok mesum."
Daniyal berhenti mengunyah. Dia menatap Orlando dengan pandangan tak terima. Orlando mengangkat alisnya sambil tersenyum penuh arti. "Hai?"
Arandra yang tak tahu mereka saling kenal, langsung khawatir dan menarik Orlando pergi dari dekat Daniyal.
Tadinya Arandra yang menuntun jalan yang dia sendiri belum jelas akan mengarah ke mana kemudian tergantikan oleh Orlando yang membawa Arandra menuju kantin area kelas XII.
Orlando merangkul pinggang Arandra. Tak erat, tetapi mampu membuat Arandra yang tak pernah skinship dengan mantan-mantan sebelumnya jadi terdiam kaku.
Selalu seperti itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Between The Devil and The Deep Blue Sea
Fiksi RemajaSELESAI ✔️ "Kalau aku hamil?" Arandra memandang Orlando dengan ragu. Orlando tersenyum menenangkan. "Aku bakalan tanggung jawab." copyright, 2021.