Gara-gara Kucing - Ten

196 22 0
                                    

Jangan lupa untuk vote dan comment untuk membangun cerita ini~

.

.

.

"Ayah! Aku beli cat tower baru buat Yuyu ya, yah."

"Iyaa."

"Ayah! Makanan khusus buat Ciko tinggal sedikit, nanti anterin aku ke petshop di depan ya, yah."

"Iyaa."

"Ayah! Aku mau ke cafe kucing yang ada di deket rumah om Dejun ya, yah."

"Iyaa, jangan lama-lama."

"Ten! Aku beli tas baru yaa."

"Iy- EHH GAK ADA YAA!"

.

.

Kurang lebih keramaian seperti itu lah yang terjadi di rumah keluarga Chittaphon setiap harinya. Kadang-kadang sang kepala keluarga pun sampai berpikir tentang 'bagaimana caranya resign?'. Namun Ten sangat bersyukur memiliki keluarga yang harmonis dan saling terbuka satu sama lain. Di tambah lagi dengan kehadiran Yuyu dan Ciko, kucing berkaki pendek dengan bulu yang tebal itu menambah keramaian di rumahnya. Tingkah kedua kucing itu bisa membuat siapa saja yang melihatnya jatuh cinta begitu saja. Lucu sekali.

Suasana ruang makan setelah makan malam sangat sepi, hanya ada Ten dan sang istri yang sedang sibuk mencuci piring. Ten memperhatikan setiap pergerakan istrinya dari meja makan, sambil sesekali meminum minuman yang ia temukan di-

"SIAPA YANG MINUM CAPPUCINO KAKAK DI KULKAS?!" Teriakan itu menggelegar ke seluruh penjuru rumah.

Ten yang mendengar itu pun hampir tersedak dan terbatuk.

"Nih kak, yang minum ada di meja makan," ucap wanita yang tengah sibuk mengeringkan piring yang baru saja ia cuci.

Ten agaknya sedikit panik saat mendengar teriakan dari anak pertamanya, "Kamu kok cepu sih, ay?"

Sang istri hanya bisa tertawa melihat suaminya gelagapan.

"Ayah! Kok di minum sih cappucino kakak?" tanya Ria dengan nada yang tidak bisa dibilang slow.

"Kirain ayah gak ada yang punya, makanya ayah minum," ucap Ten berusaha sesantai mungkin, ia merasa sangat bersalah dengan sang anak.

"Kenapa sih, bapak-bapak klo beralibi pasti begitu? Besok-besok aku tulisin deh punya ku kalo aku beli lagi," ucap Ria lalu hendak pergi meninggalkan ruang makan.

"Ehh.. mau kemana?" tanya Ten mencegah sang anak pergi.

"Kamar," ucap Ria singkat padat jelas.

"Kakak ngambek sama, ayah?" tanya Ten karena melihat wajah putri pertamanya yang murung.

"Nggak."

Ten menghela nafas berat lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Ria lalu menepuk pelan bahu sang anak, "Ayo siap-siap, kita beli cappucino yang enak."

Ria melihat sang ayah yang tersenyum kepadanya, "Sebuk ya, yah?"

"Terserah.. sana buruan siap-siap," ucap Ten yang mampu membuat putri pertamanya sumringah dan berlari menaiki tangga untuk bersiap.

"Kamu mau ikut gak, Li?" tanya Ten sambil menghampiri Lia, istrinya yang masih sibuk menyusun peralatan makan di rak.

"Nggak deh, aku nitip aja," ucap Lia sambil menyusun beberapa gelas.

"Kenapa? Kita udah lama gak jalan tau."

"Aku gak bisa ninggalin Yuyu sama Ciko di rumah sendirian, Danise sama Yuri kan lagi nginep di rumah temennya," ucap Lia yang membuat Ten terheran-heran.

"Yuyu sama Ciko kan gak bakal kemana-mana, Lia," ucap Ten meyakinkan istrinya.

"Ya iyaa.. aku tau, tapi aku gak tenang kalo Yuyu sama Ciko di rumah sendirian, takut ada apa-apa."

Ten termenung.

"Hey jangan bengong, itu Ria udah siap," ucap Lia sambil menepuk bahu sang suami.

"Yah ayoo!" ucap Ria sedikit berteriak.

.

.

.

"AKU BESOK MAU JADI KUCING AJALAH KALO BEGINI!"

"Kalo kucing modelan kamu aku gak mau"

"KOK GITU?!"

END

Neo Culture Terbucin // NCT Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang