DI MANA CINTA?

22 19 21
                                    

13. FABIAYYI ALAA IRABBIKUMAA TUKADZIBAAN

Artinya: MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN? (Qs. AR-RAHMAN 13)

Mengapa masih ada, jerit tangis yang merobek telinga?  Mengapa masih ada, perang yang harusnya tinggal cerita?

Apakah nurani telah pergi dan putihnya hati, tak mampu hapuskan gelap ini?

Di mana cinta?

Asap-asap menghitam, semakin hitam mengisi jiwa-jiwa yang tenang. Dentuman suara meriam, bom, dan senjata api jadi alasan untuk perang yang tak pernah padam.

Kita di sini mejadi saksi tentang semua ini, lelah menahan perih di batin ini tolong cepat hentikan.

Tidak bisakah mencoba untuk berdiri bersama, dan rasakanlah hangatnya jiwa dalam balutan indahnya cinta. Tidak inginkah lihat senyum di wajah mereka, bukan semua yang menjadi luka di setiap deru napas mereka.

Jangan lagi air mata, biarkan damai menjadi raja resapi relung hati manusia. Resapi yang tak ingin teringat lagi, menjadi damai lagi melengkapi setiap mimpi-mimpi.

Boom!!

Boom!!

Suara mengerikan itu berulang selama tiga menit.

Kini suara ledakan meriam dan bom terdengar jelas di telinga Helmi dan adiknya. "Ya Allah ... lindungulah hamba-Mu ini," kata Helmi sembari memeluk erat adiknya.

"Kak ... Alika takut!" tutur Alika dalam tangisnya.

"Tenang Sayang, Kakak ... akan selalu melindungimu." Helmi mengelus punggung Alika.

Mereka berdua tetap merasa ketakutan meskipun sudah berada di asrama tentara laknat itu.

Tok ... Tok ... Tok ....

Suara ketukan dari luar kamar Helmi yang membuatnya sedikit tercekat.

"Tunggu!" teriak Helmi. "Sayang, tunggu Kakak di sini, ya!" kata Helmi yang dijawab dengan anggukan oleh Alika.

Helmi melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya lantas memegang gagang pintu untuk membukanya. Terlihat seorang tentara berada di depan pintu kamar Helmi.

"Ada apa?"

Kitmir memberikan pakaian pada Helmi. "Cucikan baju saya. Kenapa kamu masih berjilbab?" tanyanya sembari memerhatikan Helmi.

"Sebenarnya saya sudah ingin menanggalkan jilbab kemarin. Tapi, saya belum bisa," terangnya.

"Kenapa? Saya lihat adikmu sudah menanggalkan jilbabnya."

"Saya memakai jilbab ini pada saat umur saya enam tahun."

"Ya sudah ... mudah-mudahan kamu bisa menanggalkan jilbabmu," kata Kitmir sebelum beranjak pergi dari hadapan Helmi.

"I-iya."

Helmi pun kembali menutup pintu kamarnya lantas melangkah menuju Alika yang sedang ketakutan.

Alika Helmi memang memiliki trauma pada suara ledakan ditambah lagi Alika memiliki riwayat penyakit jantung.

Helmi memeluk Alika dari belakang yang sedang berbaring. "Sayang ... kamu sudah baikan?"

Alika turut memeluk lengan Helmi yang melingkar di perutnya. "Ia ... Kak, terimakasih."

Helmi terus memeluk Alika sehingga tertidur lelap. Helmi sering melakukan ini jika adiknya di landa ketakutan.

Setelah melihat Alika tertidur. Helmi pun segera mencuci pakaian Kitmir si tentara kafir tersebut.

Sementara itu di luar sana saudara seagama kita sedang memperjuangkan tanah Palestina dan Masjidil-Aqsa . Tembakan demi tembakan dilayangkan tentara kafir. Akan tetapi, hal itu tak mebuat umat muslim gentar.

Berbagai aksi yang dilakukan oleh tentara kafir pada umat muslim di tanah yang agung ini. Seperti kali ini salah satu tentara laknat itu sedang mengganggu umat muslim yang sedang mendirikan shalat.

"ALLAHUAKBAR!" suara takbir lolos dari mulut pria muslim yang sedang mendirikan shalat.

Sementara itu tentara Israel mengganggu pria muslim tersebut dengan menembakkan peluru beberapa kali di udara.

Dengan keadaan takut dan lutut yang gemetar pria itu tetap melanjutkan shalatnya hingga selesai.

Lihatlah kawan ... meski pria itu sedang di teror oleh tentara laknat itu, ia masih tetap mampu melaksanakan shalatnya.

FABIAYYI ALAA IRABBIKUMAA TUKADZIBAAN, itulah yang pantas kita katakan sekarang ini. Karena kita masih bisa melaksanakan shalat dengan tenang.

****




DARAH DI TANAH PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang