COBAAN

13 13 0
                                    

9.WAJ'ALNAA NAUMAKUM SUBAATAA

10. WAJ'ALNALLAILA LIBASA

11. WAJ'ALNAN NAHAARA MA'ASYAA

Artinya : 9. DAN KAMI JADIKAN TIDURMU UNTUK ISTIRAHAT.

10. DAN KAMI JADIKAN MALAM SEBAGAI PAKAIAN.

12. DAN KAMI JADIKAN SIANG UNTUK MENCARI PENGHIDUPAN. (Qs. AN-NABA' 9-11)

...

"Syira!" Helmi berlari-lari kecil lantas memeluk Syira dan Alika turut memeluknya.

Bola mata Syira membulat. "Helmi ... Alika ... Ya Allah ... kalian sudah bebas?" rintih Syira dalam pelukan Helmi dan Alika.

"I-ya ... ini adalah pertolongan dari Allah."

"Syukurlah ... Sayang." Syira mengelus punggung Helmi dan Alika.

Setelah Humairah Helmi dan Alika Helmi bebas dari hukumannya, Syira menyambut mereka dengan baik bagaikan saudari yang terpisah beberapa tahun.

Namun, sepertinya ada yang menganggu pikiran Helmi. Siapakah pelaku pembunuhan itu sebenarnya. Jika ia tertangkap apakah pelakunya akan dihukum?

Pelukan mereka bertiga terhenti setelah Syakir memanggil Helmi dan Alika dari balik pintu kamar Syira.

"Helmi ... Alika ... keluar!" pinta Syakir.

"I-iya," jawab Helmi dan Alika secara bersamaan.

Helmi pun segera membuka pintu kamar Syira dan langkah kakinya diikuti oleh Alika dan Syira. "A-ada apa, Tuan?"

"Kalian berdua ... ikut saya!"

...

Setelah berjalan beberapa menit, Helmi dan Alika akhirnya sampai di ruangan yang begitu asing.

Helmi melihat ruangan sembari menahan air liur, apabila kedua matanya melihat  berbagai alat penyiksa di sudut ruangan tersebut.

Berbagai macam alat penyiksa yang ia lihat,  cambuk, pedang, tombak, panah, hingga pistol.

Bola mata Helmi membesar setelah melihat  seorang wanita dipenuhi luka di sekujur tubuhnya sedang tersandar di tembok.

"Itulah pelakunya," ujar Syakir sembari memegang pistol.

Entah kenapa, Helmi merasa kasihan melihat wanita tersebut dan ingin sekali menolongnya. Tapi, dia tahu apa akibatnya jika ia menghalangi kesenangan Syakir.

"Dia yang telah membunuh Kitmir, karena itu ..." terang Syakir sembari menarik pelatuk pistolnya.

Door!

Suara tembakan bergema di ruangan tersebut. Bola mata Helmi dan Alika membesar setelah melihat wanita itu terkena peluru.

Helmi dan Alika saling berpelukan karena merasa ketakutan tangis pun tak bisa dibendung.

"Kamu tau dia siapa?" tanya Syakir sembari menunjuk wanita yang sudah meregang nyawa tersebut dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Helmi.

"Dia adalah Simra," terang Syakir.

...

Setelah melihat pemandangan yang mengerikan itu, Helmi tidak bisa tidur di malam hari. Helmi masih mengingat kejadian beberapa jam lalu. Rasa takut mulai menghantui dirinya.

Akankah dia berakhir seperti itu? Itulah yang dipikirkannya sekarang.  Sementara itu, Alika sepertinya sudah hanyut dalam dunia mimpinya.

Helmi mengelus kepala Alika. "Maafin Kakak, Sayang. Walaupun kamu selalu di samping saya ... kamu masih tidak merasa nyaman ..." rintih Helmi.

Alika mengerjapkan mata dan menggenggam tangan Helmi. "Kak ... kenapa tidak istirahat?" tanya Alika dengan suara serak.

"Iya ... Sayang, Kakak tidak bisa tidur," jawab Helmi sembari menghapus air matanya dengan tangan kanannya.

"Lebih baik Kakak ambil air wudu, supaya pikiran Kakak kembali tenang!" suruh Alika.

"Iya ... Sayang."

Salah keajaiban wudu adalah menentramkan jiwa. Jika sedang marah atau gelisa berwudu dan berzikirlah kepada Allah. Karena keduanya dapat menenangkan hati.

Ada beberapa kebiasaan Rasulullah di saat dilanda kegelisaan dan pikiran tidak tenang di antaranya : berwudu, berzikir, melihat air yang mengalir, dan melihat tumbuhan yang berwarna hijau.

Setelah berwudu Helmi segera menuju ke atas kasur untuk beristirahat. Helmi segera membaringkan tubuhnya di atas kasur yang berwarna putih polos di samping Alika.

"Kakak harus istirahat, ini sudah malam. Kakak dengar ini baik-baik, ya. WAJ'ALNAA NAUMAKUM SUBAATAA, WAJ'ALNALLAILA LIBASA, WAJ'ALNAN NAHAARA MA'ASYA," ujar Alika dilanjutkan dengan surah An-naba' ayat 9 sampai 11 lalu memeluk Helmi.

"Iya, Sayang. Makasih ...."


DARAH DI TANAH PALESTINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang